Penyelenggaraan KMAN VI di Papua Bangkitkan Perekonomian Daerah

Penyelenggaraan KMAN VI di Papua Bangkitkan Perekonomian Daerah

Sentani: Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI telah berlangsung di Stadion Barnabas Youwe Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, pada 24-30 Oktober 2022. Kegiatan yang dihadiri ribuan orang ini turut membangkitkan perekonomian daerah.
 
Warga setempat memanfaatkan momen lima tahun sekali ini dengan menjajakan beragam produk khas Papua.
 
“Ada pameran kuliner dan suvenir. Kita berharap dari pameran yang melibatkan banyak UMKM ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jayapura, dan meningkatkan pendapatan masyarakat,” kata Parson Horota selaku Koordinator Side Event KMAN VI dan Kepala Bappeda Kabupaten Jayapura.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Lebih lanjut Parson menyebutkan penyelenggaraan KMAN VI bersumber dari dana APBD Kabupaten Jayapura.
 
“Dana KMAN VI 100 persen dari APBD Kabupaten Jayapura, dari sumber dana otsus maupun umum. Kami sudah berkunjung ke pejabat pemerintah namun hanya mendapat dukungan moral saja,” katanya.
 
Penyelenggaraan KMAN VI berjalan meriah. Tak kurang dari 2.500 anggota masyarakat adat dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti KMAN VI yang mengangkat tema “Bersatu Pulihkan Kedaulatan Masyarakat Adat untuk Menjaga Identitas Kebangsaan Indonesia yang Beragam dan Tangguh Menghadapi Krisis” Bahkan, peserta KMAN VI ada yang datang dari luar negeri, di antaranya Sekjen Masyarakat Adat Malaysia, Kamboja, Nepal, dan Filipina.
 
Sekitar 120 UMKM memadati lokasi acara. Mereka menawarkan kopi, cokelat, aneka makanan khas Papua, hingga suvenir.
 

Ross, salah satu pelaku UMKM yang memamerkan produk khas Papua di KMAN VI
 
Di antara ratusan UMKM tersebut ada seorang perempuan penjaja kerajinan dari kulit kayu, namanya Ross. Dia menjual beragam suvenir dari kulit kayu dan kain rajutan yang diolah menjadi tas hingga hiasan dinding.
 
“Ini harganya antara Rp100 ribu hingga Rp2,5 juta juta. Saya sudah lama berjualan, turun temurun dari nenek. Kami biasanya berjualan di Kampung Asei. Turis  datang langsung ke Kampung Asei membeli dagangan kami,” kata Ross.
 
Selain menjual produk secara offline, rupanya Ross sudah melek digital. Dia memperluas pasar melalui penjualan online.
 
“Saya juga menjual secara online di Instagram, website, dan e-commerce. Penjualan cukup banyak dari online,” ucapnya.
 

(ROS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *