Pengukuhan Guru Besar UI, Fredy Tobing Angkat Isu Multidiplomasi Hubungan Internasional

Pengukuhan Guru Besar UI, Fredy Tobing Angkat Isu Multidiplomasi Hubungan Internasional

Jakarta:  Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. Dr. Prof. Dr. Fredy Buhama Lumban Tobing M.Si sebagai guru besar di bidang Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Dalam pidato pengukuhannya, Fredy membawakan tema “Diplomasi Ekonomi dan Kebijakan Luar Negeri Indonesia: Optimalisasi Multilevel dan Multitrack Diplomacy.
 
Tema ini ia ambil, karena interaksi yang intensif dan aktif antaraktor adalah syarat utama dalam upaya diplomasi ekonomi negara. Namun demikian, interaksi yang terbangun seyogyanya dilakukan di berbagai level (multilevel diplomacy). 
 
Dalam kaitan diplomasi ekonomi sebagai bagian dari upaya pencapaian kepentingan nasional Indonesia, kata Fredy, penting untuk memotretnya dari sisi upaya Indonesia dalam membuka pasar atau Diplomasi Ekonomi dan Kebijakan Luar Negeri Indonesia: Optimalisasi Multilevel dan Multitrack Diplomacy.

Temuan Penelitian

Dari temuan penelitian Fredy dan tim, Indonesia, Meksiko, Chile, dan Peru penting untuk memanfaatkan berbagai institusi di mana ketiga negara terlibat seperti Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan Forum for East Asia-Latin America Cooperation (FEALAC).  Melalui mekanisme kerja sama di dalam APEC dan FEALAC, Indonesia mendapatkan ruang untuk mempelajari karakter kerja sama perdagangan dengan negara-negara Amerika Latin, dalam hal ini khususnya Meksiko, Chile, dan Peru.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Selain itu, APEC dan FEALAC juga dapat mendorong peningkatan intensitas perdagangan di antara negara-negara anggota dikarenakan reduksi hambatan tarif dan non-tarif yang selama ini menghambat kerja sama di antara negara anggota.  Hal ini menunjukkan  bahwa variasi jejaring intersection dalam kerja sama perdagangan dapat dilihat sebagai media dalam mengoptimalkan hubungan antarnegara tersebut.
 
“Berkaca dari upaya memperkuat dan memperluas mitra baru Indonesia di kawasan Amerika Latin, juga untuk membangun narasi sebagai langkah awal pembentukan grand strategy perdagangan Indonesia ke  depan menjadi sebuah keniscayaan,” kata Fredy dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 7 Agustus 2022.
 
Menurut Fredy, dengan menggunakan strategi diplomasi ekonomi dalam kerangka konsep multilevel dan multitrack, optimalisasi perdagangan dapat dilakukan dalam kerangka multilevel tidak hanya oleh aktor pemerintah.  Namun juga oleh kelompok bisnis.
 
“Meski begitu, tetap berada dalam kendali pemerintah sebagaimana budaya ekonomi  politik Indonesia selama ini,” terangnya.
 
Hal ini, kata Fredy, tentu bertujuan untuk tetap menjaga  kepentingan nasional dan kesejahteraan masyarakat lokal di tengah daya saing global.  Melalui multitrack diplomacy berbagai aktor dilibatkan dalam proses perdagangan internasional.
 
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu melibatkan dan memfasilitasi perusahaan-perusahaan Indonesia untuk membuka relasinya dengan berbagai perusahaan di kawasan dengan potensi mitra baru.  Business to Business yang terjalin  akan mengoptimalkan capaian dalam diplomasi ekonomi Indonesia. 
 
Selain itu, dibutuhkan pula diversifikasi aktor komoditas unggul Indonesia yang telah menempati posisi strategis dalam komoditasekspor dunia, yakni dengan mendorong pegiat UMKM sebagai  manifestasi diplomasi ekonomi Indonesia.  Dengan demikian, tidak hanya melakukan perjanjian di antara para elit dalam pertemuan-pertemuan bilateral maupun multilateral, diplomasi ekonomi juga seyogyanya digerakkan dengan konektivitas antar individu.
 
Ia menambahkan, dengan harmonisasi berbagai aktor tersebut, maka diharapkan upaya ekspansi dan penetrasi  pasar bagi produk-produk Indonesia semakin masif, intensif, dan inklusif.  “Sebagai catatan terakhir, grand strategy diplomasi ekonomi  Indonesia, khususnya dalam bidang perdagangan, harus mampu menyesuaikan diri dengan dinamika global yang terjadi saat ini dan ke  depan,” imbuhnya.

Memperkuat Pengajaran dan Penelitian

Dekan FISIP UI, Semiarto Aji Purwanto menyatakan kegembiraannya bahwa salah satu dosen di Departeman Perhubungan Internasional dikukuhkan sebaga guru besar.  “Saya rasa kami semua di FISIP UI hari ini sangat bergembira, sangat bersyukur bahwa salah satu staf di Departeman Perhubungan Internasional, Prof. Fredy Tobing, hari ini memangku jabatan baru, jabatan tertinggi dalam profesi dosen, sebagai guru besar,” kata Aji.
 
Menurut Aji, makna guru besar bagi FISIP UI untuk memperkuat lini di bidang pendidikan dan pengajaran sekaligus penelitian.  “Tetapi bagi orang kebanyakan, masyarakat umum warga Indonesia, guru besar di bidang HI ini adalah suatu hal yang penting, apalagi tadi kita mendengarkan pidato pengukuhannya yang mengangkat isu multi diplomasi,” terangnya.
 
Ferddy, kata Aji, mencoba berbicara diplomasi tidak hanya di tataran aktor negara, namun juga aktor ekonomi.  “Jadi ini salah satu hal yang buat saya sangat menarik dan perlu digarisbawahi, di masa modern ini yang namanya diplomasi bukan wilayah negara saja, tetapi wilayah bisnis, dan mungkin wilayah non-government institution yang lain, baik nasional maupun internasional.  Kita sudah sama-sama ketahui bahwa selain isu-isu negara, di dalam diplomasi internasional, kita juga banyak sekali lembaga-lembaga internasional non negara,” beber Aji.
 
Sementara itu, alumnus Hubungan Internasional FISIP UI, Ahmad Akbar turut menyambut baik pengukuhan Fredy sebagai guru besar.  “Saat kuliah semester pertama di Jurusan HI tahun 1986 atau 36 tahun yang lalu, Mas Fredy, panggilan akrab mahasiswa kepada para pengajar waktu itu adalah dosen saya untuk mata kuliah Teori Hubungan Internasional. Maka bisa dilihat, bagaimana kedekatan hubungan antara mahasiswa dan dosen yang sampai saat ini terjalin dengan baik,” kata Akbar yang kini tengah menjadi calon ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) periode 2022-2025.
 
Tak hanya itu, kata Akbar, ucapan selamat untuk Fredy pun mengalir dari para mahasiswanya yang kini banyak menjadi diplomat di berbagai negara. “Menunjukkan bahwa lulusan HI banyak yang berhasil di karier sesuai ilmu yang dipelajarinya. Selain itu, kaderisasi pengajar juga begitu baik, sehingga saat ini sudah ada dua guru besar profesor untuk jurusan yang relatif baru tersebut. Jurusan HI baru dibuka tahun 1985 dan pada tahun 1986 saya masuk melalui Sipenmaru (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru),” tutup Akbar.
 

(CEU)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *