PBB Desak Taliban Buka Sekolah untuk Anak Perempuan

PBB Desak Taliban Buka Sekolah untuk Anak Perempuan

New York: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak kelompok Taliban untuk membuka kembali sekolah menengah bagi anak perempuan di seluruh Afghanistan. Mereka mengutuk larangan yang dimulai tepat setahun lalu sebagai ‘hal tragis dan memalukan.’
 
Beberapa pekan setelah Taliban merebut kekuasaan pada Agustus tahun lalu, kelompok garis keras ini membuka kembali sekolah menengah untuk anak laki-laki, tepatnya pada 18 September 2021. Namun, Taliban melarang siswi sekolah menengah untuk bersekolah.
 
Beberapa bulan setelahnya pada 23 Maret, Kementerian Pendidikan membuka sekolah menengah untuk anak perempuan. Sayangnya, dalam beberapa jam kepemimpinan Taliban memerintahkan kelas ditutup lagi.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sejak itu lebih dari satu juta gadis remaja kehilangan pendidikan di seluruh negeri. Hal ini dilaporkan Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA).
 
“Ini adalah hal yang tragis, memalukan, dan sepenuhnya dapat dihindari,” kata Markus Potzel, penjabat kepala UNAMA dalam sebuah pernyataan, dilansir dari AFP, Minggu, 18 September 2022.
 
“Ini sangat merusak generasi anak perempuan dan masa depan Afghanistan sendiri,” katanya. Ia menambahkan, larangan itu tidak ada bandingannya di dunia.
 
Baca juga: Taliban Rayakan Satu Tahun Mundurnya Pasukan AS dari Afghanistan
 
Sekjen PBB Antonio Guterres mendesak Taliban untuk mencabut larangan tersebut. “Setahun kehilangan pengetahuan dan kesempatan yang tidak akan pernah mereka dapatkan kembali,” kata Guterres di Twitter.
 
“Anak-anak perempuan seharusnya bersekolah. Taliban harus membiarkan mereka masuk kembali,” sambungnya.
 
Beberapa pejabat Taliban mengatakan, larangan itu hanya bersifat sementara. Selama ini, Taliban telah mengeluarkan banyak alasan terkait penutupan, mulai dari kurangnya dana hingga waktu yang dibutuhkan untuk merombak silabus yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
 
Awal bulan ini, menteri pendidikan yang dikutip oleh media lokal mengatakan bahwa masalah tersebut tertanam sebagai budaya, karena banyak orang pedesaan tidak ingin anak perempuan mereka bersekolah.
 
Setelah merebut kekuasaan pada 15 Agustus tahun lalu, Taliban menjanjikan ‘versi yang lebih lembut’ dari rezim mereka yang pernah memerintah Afghanistan pada periode 1996-2001.
 
Tetapi tak lama setelah itu, Taliban mulai memberlakukan pembatasan keras kepada wanita dan anak perempuan, termasuk seputar pendidikan dan dunia kerja.
 
Selain menutup sekolah menengah untuk anak perempuan, Taliban telah melarang perempuan dari banyak pekerjaan pemerintah dan juga memerintahkan mereka untuk menutupi di depan umum, lebih disukai dengan burqa.
 
Meski demikian, beberapa sekolah menengah untuk anak perempuan tetap dibuka di provinsi yang jauh dari basis kekuatan pusat Kabul dan Kandahar. Pembukaan sekolah dilakukan karena tekanan dari keluarga dan pemimpin suku.
 

(WIL)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *