PATEN Milik KIB Diharapkan Lebih Membumi

PATEN Milik KIB Diharapkan Lebih Membumi

Jakarta: Program Akselerasi Transformasi Ekonomi Nasional (PATEN) yang diluncurkan Koalisi Indonesia Hebat (KIB) disambut baik. Namun, Partai Golkar, PAN, dan PPP yang tergabung dalam KIB diminta membuat terobosan yang lebih membumi atau mudah diserap akar rumput.
 
“Gagasan itu bagus memang. Saya lihat yang diundang para akademisi, rektor, pengusaha, tapi kan yang memilih masyarakat akar rumput yang pemikirannya tidak sampai pada globalisasi, inflasi, atau apalah. Mereka tidak mengerti,” kata Pakar komunikasi politik dari Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo kepada wartawan, Jakarta, Kamis, 18 Agustus 2022.
 
Widodo mengungkapkan kelemahan partai politik (parpol) secara umum adalah kemampuan dalam membumikan gagasan sehingga lebih menggena pada masyarakat bawah. Gagasan itu bisa berkontribusi pada pemenangan suara ketika mampu diserap masyarakat.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Kelemahan politik kita, parpol kita adalah membumikan gagasan. Maka gagasan itu baru bisa menang ketika dibumikan. Bagaimana gagasan itu bekerja di grass root,” ujarnya.
 
Dia menilai hal ini terjadi pada KIB. Gagasan PATEN yang bagus belum diturunkan menjadi program yang bisa dipahami dengan mudah oleh masyarakat.
 
“KIB itu masih di awang-awang, hanya menjadi wacana para pemikir. Tapi bagi pelaku dan masyarakat luas kayaknya kok belum terbumikan dengan bagus. Itu yang menurut saya bagaimana gagasan itu dibumikan dengan bagus dengan bahasa sederhana dan sebagainya,” ucap dia.
 
Widodo menekankan pentingnya penerjemahan dan penyampaian gagasan besar dengan cara yang mampu meyakinkan konstituen. Sebab, masyarakat sekarang tengah dilanda krisis kepercayaan terhadap partai politik.
 
“Yang penting bagi parpol, bagaimana gagasan itu diyakinkan kepada masyarakat banyak. Sekarang repotnya, masyarakat sedang krisis kepercayaan sehingga tidak cukup mudah untuk meyakinkan masyarakat,” kata dia.
 
Dia menyarankan parpol mengubah cara politik lama menjadi gaya politik baru untuk bisa meyakinkan massa. Bagaimanapun, kata dia, pemilih pada Pemilu 2024 diperkirakan didominasi banyak pemilih milenial yang akrab dunia maya. Mereka terbiasa mencari segala sesuatu melalui internet, termasuk rekam jejak suatu partai.
 
“Jadi ada apatisme anak muda, orang tua, (ada) distrust ketidakpercayaan, padahal pemilihnya sebagian besar golongan Z dan Y, golongan millenial. Mereka kan butuh bukti dan mereka bisa searching (mencari) bukti-bukti. Jadi parpol menurut saya harus berubah orientasi kampanyenya, strategi komunikasi politiknya. Harus berubah dari cara-cara lama. Mestinya harus dicarikan bahasa yang tepat, simpel, dan yang menyampaikan juga mendapat kepercayaan masyarakat,” ujarnya.
 

 

Halaman Selanjutnya

Perlu pembuktian Sementara itu, pengamat…

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *