Moeldoko wanti-wanti jangan sampai Indonesia krisis pangan

Moeldoko wanti-wanti jangan sampai Indonesia krisis pangan

Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko, meminta seluruh masyarakat mulai mempersiapkan diri dalam mengantisipasi krisis pangan dengan meningkatkan produktivitas di sektor pertanian dan melakukan diversifikasi pangan. Dia mewanti-wanti jangan sampai Indonesia mengalami krisis pangan.

“Sembilan belas juta orang di dunia mengalami kurang gizi. Tiga ratus sembilan puluh empat juta masyarakat global sedang kesulitan dalam sektor pangan. Menghadapi situasi ini kita ngapain? Ini yang harus kita cari solusinya,” Moeldoko Moeldoko saat membuka diskusi bersama ratusan stakeholder yang bergerak di bidang pangan secara daring, Senin (1/8).

Moeldoko mengatakan, saat ini ketersediaan pangan domestik masih sangat baik. Dalam tiga tahun terakhir, sebut dia, produktivitas di sektor pertanian, terutama pada komoditas beras mengalami surplus. Sehingga, kebutuhan konsumsi nasional tercukupi.  

Meski demikian, capaian tersebut tidak boleh membuat Indonesia lengah. Apalagi, situasi dunia terus berubah sangat cepat, seperti perubahan iklim, cuaca, dan kondisi geopolitik global.

“Perubahan iklim dan cuaca bisa menyebabkan kondisi gagal panen. Perubahan geopolitik global, bisa membuat negara-negara produsen komoditas pangan menghentikan ekspornya, dan menyebabkan kenaikan harga energi sehingga terjadi konversi dari makanan menuju energi karena kebutuhan kapital,” kata Moeldoko.

Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini menilai, Indonesia masih diuntungkan oleh kondisi iklim dan cuaca. Di mana, fenomena La Nina atau fenomena curah hujan tinggi yang terjadi saat ini,  berdampak positif pada sektor pertanian, yakni tidak mengalami gagal panen. Namun di sisi lain, Indonesia juga terkena dampak terjadinya geopolitik global, seperti konflik Rusia-Ukraina dan persoalan politik di Belarus.

“Konflik Rusia-Ukraina membuat kita tidak bisa impor gandum. Padahal kebutuhan kita sebesar 30 persen. Persoalan politik di Belarus, membuat kita harus impor pupuk dari negara lain dengan harga lebih tinggi. Belum lagi kenaikan harga minyak dunia yang membuat situasi semakin sulit. Ini tantangan dan harus kita cari solusinya,” tutur Moeldoko.

Menghadapi kondisi tersebut, Moeldoko menegaskan, pemerintah sudah bekerja keras untuk mengantisipasi terjadinya krisis pangan akibat perubahan iklim dan geopolitik global, seperti melakukan diversifikasi pangan, optimalisasi pupuk bersubsidi agar tepat sasaran, hingga kebijakan politik anggaran untuk ektensifikasi lahan-lahan pertanian.


Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *