Mengenal Sosok Marc Benioff, Pendiri Salesforce yang Pernah Magang di Apple

Mengenal Sosok Marc Benioff, Pendiri Salesforce yang Pernah Magang di Apple

tribunwarta.com – JAKARTA – Badai PHK bagi perusahaan teknologi pada 2023 terus berlanjut. Selain, Amazon.com Inc. dikabarkan akan melakukan pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 18.000 karyawannya.

Kini, giliran Salesforce Inc, perusahaan perangkat lunak berbasis cloud yang berkantor pusat di San Francisco, California berencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK karyawannya sebesar 10 persen dan menutup beberapa kantor.

Salesforce.com, Inc. sendiri adalah perusahaan perangkat lunak berbasis awan (cloud computing) yang menawarkan aplikasi untuk semua aspek bisnis Anda, termasuk CRM, penjualan, layanan pelanggan, otomatisasi pemasaran, analitik bisnis, hingga pembuatan aplikasi seluler yang semuanya bekerja pada platform yang sama dan terhubung, diambil dari data pelanggan yang sama.

Salesforce menempati peringkat pertama dalam daftar 100 Best Companies to Work For. Bahkan, hingga saat ini Salesforce telah memiliki partner yang tersebar di seluruh dunia.

Tentu, dibalik keputusan besar perusahaan Salesforce melakukan pemecatan tersebut, ada sosok Marc Benioff sebagai pendiri terus disorot publik.

Pasalnya, dia didapuk menjadi CEO teknologi terbaik di dunia, bahkan berdasarkan Glassdoor dengan approval rating sebesar 97 persen. Hebatnya lagi, Marc sudah berada di dalam list ini selama 6 tahun berturut-turut.

Lantas, seperti apa sosok dari Marc Benioff ini? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.

Kehidupan Awal Marc Benioff

Sebelum bisa sesukses sekarang, Benioff menjelaskan bahwa dirinnya sempat menjalani profesi sebagai pembersih toko perhiasan.

Berkat kegigihannya dalam mewujudkan impian sebagai pebisnis dan kesukaannya pada programming, dia pun berpikir untuk memulai karirnya saat dia masih duduk di bangku SMA dengan membuat sebuah aplikasi “How to Juggle” seharga US$75.

Melansir dari akun Twitter @benioff, saking gemarnya dengan dunia programming, membuat kedua orang tuanya khawatir, karena dia menghabiskan begitu banyak waktu di depan komputer.

Namun, bukan sekadar untuk bermain game. Benioff menghabiskan waktunya untuk membangun perusahaan rintisan perangkat lunak pertamanya yaitu “Liberty Software”.

Dia mengembangkan game seperti pewaris Raja Arthur, The Nightmare, dan Escape from Vulcan’s Isle, yang pada usia 16 tahun, hingga dia memperoleh royalti sebesar $1.500 per bulan, membayar biaya kuliahnya sendiri.

Magang di Apple

Saat Benioff menjalani kuliahnya, dia berbincang dengan karyawan legendaris Apple, Guy Kawasaki yang menawarinya posisi magang di Apple selama musim panas.

Di sini, Benioff merasakan pengalaman pertamanya bekerja di perusahaan teknologi.

Dirinya menjalani tugas sebagai programmer bahasa assembly di macintosh divisi Apple Computer, alhasil dia pun kian terinspirasi dengan perusahaan Apple dan co-foundernya, Steve Jobs.

Kehidupan Karier Marc Benioff

Usai lulus kuliah di University of Southern California, dosennya pun menyarankan untuk dirinya mengambil pekerjaan yang berorientasi kepada pelayanan costumer alias customers relationship, hingga akhirnya dia pun bekerja sebagai costumer service pada perusahaan Oracle setelah lulus dari USC.

Di sana, Benioff bekerja selama 13 tahun dan menjadi kepercayaan sang CEO, Larry Elisson. Benioff pun sudah menempati berbagai posisi eksekutif di bagian sales, marketing, dan pengembangan produk (product development).

Di umurnya yang beranjak 23 tahun, dia pun mendapatkan award sebagai karyawan berprestasi.

Karena mempunyai otak encer, kariernya pun kian melesat. Pada usia 25 tahun, dia menjadi VP termuda dan sangat sukses yang menghasilkan lebih dari US$1 juta atau setara dengan Rp15 miliar per tahun.

Mencari Arti Kehidupan

Pada usia 31 tahun, dengan semua kesuksesan yang telah diraih Benioff, dia merasa bahwa pencapaiannya adalah semu ini dan tidak memberikan dirinya kebahagiaan.

Bos Benioff, pendiri Oracle, Larry Ellison, menyarankan cuti panjang. Akhirnya, Benioff dan seorang temannya melakukan perjalanan bersama ke India dalam perjalanan yang mengubah hidupnya.

Melalui perjalanan itu, Benioff menemukan arti kehidupan, di mana dia bertekad untuk membangun jenis perusahaan yang berbeda, di mana dirinya ingin menciptakan perusahaan yang tidak hanya mengembangkan produk hebat, tetapi juga memberikan dampak positif bagi dunia.

Alhasil, Setelah pulang cuti selama 6 bulan lamanya, dia pun membuat keputusan untuk keluar dari Oracle. Larry Ellisson pun mengerti.

Dari perjalanan inilah Benioff mendapatkan ide untuk Salesforce, CRM berbasis cloud yang dapat diakses semudah Amazon.com.

Dirikan Salesforce untuk Memberikan Dampak Positif ke Dunia

Pada tahun 1999, Benioff memulai salesforce di salah satu apartemen San Fransisco dan merealiasikan idenya sebagai The End of Software (berakhirnya perangkat lunak).

Benioff mendirikan Salesforce bersama tiga orang lainnya, di sebuah apartemen kecil dengan 1 kamar tidur di atas Telegraph Hill di San Francisco. Mereka menggunakan lemari sebagai ruang server.

Sejak saat itu, Salesforce telah mempekerjakan lebih dari 77.000 orang dan menjadi penyedia perangkat lunak CRM terkemuka di dunia.

Dari awal yang sederhana, seorang anak yang suka mengutak-atik elektronik dan menulis program komputer, Benioff telah membangun salah satu perusahaan paling mengagumkan di dunia dari nol.

Total Kekayaan Marc Benioff

Kini, dengan kekayaan sebesar US$6 miliar atau setara dengan Rp94,1 triliun Benioff dan istrinya, Lynne, memfokuskan filantropi mereka pada perawatan kesehatan, lingkungan, pendidikan publik, dan tunawisma.

Pada tahun 2018, Benioff dan istrinya menggunakan uang hasil jerih payah mereka untuk bekerja dan membeli Majalah Time.

Keluarga Benioff telah memberikan lebih dari US$250 juta atau setara dengan Rp3,9 triliun kepada University of California, San Francisco untuk membangun Rumah Sakit Anak UCSF Benioff di San Francisco dan Oakland.

Keluarga Benioff juga telah mendirikan Benioff Ocean Initiative di University of California, Santa Barbara, UCSF Benioff Homelessness and Housing Initiative, UCSF Benioff Initiative for Prostate Cancer Research dan UCSF Benioff Center for Microbiome Medicine, dan mereka telah menyediakan dana awal untuk Prakarsa Terapi Microbiome Stanford.

Jadi CEO Terbaik di Dunia

Chief Executive hari ini mengumumkan bahwa Marc Benioff, co-founder, chair, dan co-CEO Salesforce, dinobatkan sebagai Chief Executive of the Year 2022 oleh rekan-rekan CEO-nya.

Benioff dipilih oleh komite independen selama beberapa dekade kepemimpinan kewirausahaannya, karena menjadi sosok penting dalam merevolusi bisnis global. Mereka juga mengakui upaya filantropisnya menjadi inspirasi banyak korporasi besar di Amerika Serikat.

Adapun, modelnya dari kegiatan filantropi Benioff adalah 1-1-1, yaitu 1 persen dari modal perusahaan akan disumbangkan kepada yayasan miliknya, salesforcefoundation.org, 1 persen disisihkan dari waktu kerja untuk kegiatan nirlaba, dan 1 persen keuntungan untuk membantu 1.000 organisasi nirlaba.

“Selama lebih dari dua dekade, Marc telah menjadi contoh yang menonjol tentang apa artinya menjadi pemimpin yang inovatif dan berpikiran maju,” kata Ken Frazier, mantan CEO Merck dan CEO of the Year 2021.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *