Mengenal Malcolm Steinberg, Pendiri Timezone yang Mendunia

Mengenal Malcolm Steinberg, Pendiri Timezone yang Mendunia

tribunwarta.com – JAKARTA, Banyak orang tahu dan sangat menyukai Timezone. Tapi tak banyak yang tahu dengan Malcolm Steinberg, pendiri Timezone, wahana bermain asal Australia yang mendunia.

Tak dapat dipungkiri, Timezone sangat dikenal dan menjadi surga bermain bagi semua orang, tak peduli tua maupun muda.

Timezone merupakan wahana bermain yang menyediakan banyak permainan. Untuk menikmati setiap permainannya, tiap orang diharuskan membeli koin yang nantinya dimasukkan ke dalam alat permainan. Namun kini penggunaan koin sudah diganti dengan top up saldo.

Salah satu daya tarik bermain di Timezone adalah mengumpulkan tiket yang bisa ditukarkan dengan hadiah. Setiap memainkan satu permainan, setiap orang dapat mengumpulkan tiket yang bisa ditukarkan dengan hadiah yang disediakan Timezone.

Bisnis awal Timezone dimulai pada 1978, di pojokan salah satu toko ikan di Murray Street, Perth, Australia Barat, pada 1978.

Hal itu, bermula dari 21 mesin pinball yang diberikan paman Malcolm Steinberg. Bermodalkan mesin pinball tersebut, Malcolm membuat kesepakatan dengan pemilik toko ikan yang juga memiliki bar yang menjual keripik dan susu.

Dia meminta kepada pemilik toko ikan tersebut untuk memberinya ruang di salah satu pojokan toko itu untuk menempatkan 21 mesin pinball.

“Malcolm Steinberg baru berusia 18 tahun saat itu tetapi dia membuat kesepakatan dengan pemilik toko ikan untuk memberinya ruang bagi mesin pinball dengan imbalan 50:50 untuk hasil dari permainan itu. Tentu saja ini agak kontroversial karena mesin pinball terlihat menarik di toko yang tidak terlalu dilirik,” bunyi laporan Pertnow, dikutip Selasa (18/10/2022).

Namun dari pojokan toko ikan itulah bisnis Timezone berkembang. Saat video game menjadi sebuah momen fenomenal yang laris di seluruh dunia pada tahun 80-an, Timezone juga mencapai masa kejayaannya bersama sejumlah permainan yang melegenda seperti Pacman, 1942, dan Street Fighter 2.

Di tahun 1988, Timezone sudah memiliki 20 gerai di Australia. Menyusul kesuksesannya di Australia, Malcolm Steinberg mengembangkan Timezone hingga ke Selandia Baru di tahun 1992 dan mulai ekspansi ke Asia dengan perilisan gerai Timezone di Singapura tahun 1993.

Indonesia juga masuk ke dalam daftar ekspansi gerai permainan Timezone yang resmi dibuka pada tahun 1995 di Legian, Bali. Adapun Timezone di Indonesia dikelola oleh divisi dari Matahari Graha Fantasi, bagian dari Lippo Group. Timezone Supermal Karawaci merupakan cabang Timezone terbesar se-Asia Tenggara.

Teknologi arcade game terus ditingkatkan dengan hadirnya Powercard sebagai alat pembayaran masing-masing permainan dan tidak lagi menggunakan koin seperti biasanya.

Pada pertengahan 1990-an, Malcolm Steinberg menghabiskan 55 juta dolar AS untuk memperbaiki 60 gerainya di Australia dan menggelontorkan 10 juta dolar AS ke pusat penelitian Timezone di Welshpool.
Salah satunya menghasilkan teknologi Powercard yang dikembangkan oleh Adam Steinberg dan Alan Freimuth di tahun 1997.

Pada 2017, Malcolm Steinberg menjual setengah bisnisnya ke raksasa ekuitas swasta Quadrant. Tak diketahui berapa banyak yang diperolehnya dari penjualan tersebut. Yang pasti saat itu Malcolm Steinberg sudan memiliki sekitar 200 arcade Timezone di seluruh dunia yang menghasilkan sekitar 150 juta dolar AS per tahun.

“Ternyata penjualan itu itu menjadi kesepakatan yang bagus karena pada 2019 dia adalah orang Australia Barat terkaya ke-40 dengan kekayaan diperkirakan mencapai 220 juta dolar AS,” bunyi laporan Forbes.

Di tengah gempuran game online saat ini, Timezone tetap menarik dan terus berkembang. Salah satu buktinya, hampir di seluruh mal Indonesia ada wahana Timezone.

Editor : Jeanny Aipassa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *