Kepala Biro Kerja Sama dan Relasi Publik UKDW, Lucia Dwi Krisnawati, menyebut program bertujuan memberikan kesempatan pada peserta untuk bekerja sama, terlibat dalam lingkungan belajar antar budaya di lingkup internasional, merangsang kreativitas dalam menggambarkan cara hidup secara metodologis dan terstruktur, melatih keterampilan memecahkan masalah dalam hal kolaborasi dan komunikasi jarak jauh, serta meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
“Melalui topik yang diangkat, mahasiswa yang menjadi peserta program ini dapat mengamati kebiasaan dan berbagi wawasan tentang cara hidup yang berbeda. Mereka juga dapat mempelajari penerapan visual ethnography dalam aspek kehidupan modern melalui materi-materi yang disampaikan,” tutur dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 13 September 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Program ini digelar secara blended learning. Lewat sesi online, peserta dapat mempelajari sembilan materi dalam bentuk video yang dapat ditonton asinkronus, melakukan focus group discussion (FGD), dan presentasi kelompok. Sedangkan, pengamatan terhadap budaya hidup masyarakat Bali dan Jawa dilakukan langsung di tempat atau offline.
Peserta program dikelompokkan dan diberi proyek terkait visual ethnography. Dengan arahan dari dosen pembimbing, kelompok-kelompok yang terbentuk bebas memilih topik untuk proyek mereka. Kegiatan dapat dikonversi menjadi 2-3 SKS dan dapat dialihkan sebagai pengganti KKN atau mata kuliah Apresiasi Budaya.
Peserta yang berasal dari Hochschule Osnabrück University Jerman, Simone Heller, sangat senang bisa ikut program ini karena terorganisir dengan sangat baik. “Saya sangat bersyukur memperoleh kesempatan mengikuti program ini. Volunteer dan semua panita yang terlibat sangat membantu kami dan sangat perhatian. Saya tertarik mengikuti program ini untuk lebih mengenal Indonesia dan kebudayaannya karena saya belum pernah ke Indonesia sebelumnya,” ujar dia.
(REN)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.