Liputan mendalam ‘Malang Kota Genangan’, Terakota.id menangkan Data Journalism Hackathon 2021

Liputan mendalam ‘Malang Kota Genangan’, Terakota.id menangkan Data Journalism Hackathon 2021

Sebuah media online lokal di Malang bernama Terakota.id yang dibangun oleh para jurnalis di jejaring AJI (Aliansi Jurnalis Independen) baru saja menjadi salah satu pemenang dari Data Journalism Hackathon 2021 dari IDJ Network.

“Kami melaporkan soal Malang menjadi kota genangan. Jadi Malang bukan Kota Kenangan, tapi Malang Kota Genangan. Kami berkolaborasi antara jurnalis dengan web-developer. Tim IT kami menyajikan, menampilkan data secara interaktif. Mungkin di Malang belum banyak yang memainkan isu-isu seperti ini,” kata Eko Widianto, Pemimpin Redaksi Terakota.id.

Eko berbicara dalam sesi bertajuk ‘Jurnalisme Data di Media Lokal dan Media Alternatif’ yang dibahas dalam Konferensi Jurnalisme Data dan Komputasi Indonesia (DCJ-CI) 2022, Sabtu (27/7).

“Kami mencoba misalnya menyajikan pencitraan satelit. Kita menggunakan Google Earth dan kita menggunakan beberapa tools yang memungkinkan kita bisa melihat bagaimana kontras dari kondisi awal kawasan ruang terbuka hijau. Jadi penyebab banjir di Malang, selain karena cuaca ekstrim ternyata karena ruang terbuka hijau yang semakin menyempit,” imbuhnya.

Eko memperlihatkan slide sambil menjelaskan: “Ini adalah potret, tadi itu kawasan Malang Town Square. Jadi, dulu adalah kawasan terbuka RTH (Ruang Terbuka Hijau), kemudian menjadi mal. Ini ,juga foto satelit ini, adalah kawasan yang dulu dikenalnya dengan kawasan hutan kota. APP Tanjung atau Hutan Kota Tanjung. Tapi kemudian berubah menjadi hotel dan perumahan mewah.”

Bahan itu mereka elaborasi dengan beberapa data lain, yang kebetulan berbentuk data terbuka, soal curah hujan dan banjir di kota Malang. Data ini coba disandingkan, dilihat, jadi kecenderungannya soal banjir itu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini bisa ditampilkan secara jelas dan publik bisa mengetahui bahwa di Malang ancaman banjir itu nyata, tidak hanya sekedar ramai di media sosial.

“Kita tangkap juga bagaimana percakapan di media sosial, banyak orang yang membincangkan soal isu banjir tersebut,” sambung Eko.

Ditunjukkannya peta titik banjir yang ada di Malang. Tampak tiga layer peta. Peta sungai, peta permukiman, dan peta titik banjir. Mereka ingin memberitahu bahwa walaupun di kawasan-kawasan yang dekat dengan sungai, yang seharusnya cepat surut setelah banjir, tapi banjir selalu menjadi langganan di situ.


Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *