Laba Bersih IATA Melonjak Nyaris 345 Persen Jadi 44,95 Juta Dolar AS

Laba Bersih IATA Melonjak Nyaris 345 Persen Jadi 44,95 Juta Dolar AS

tribunwarta.com – JAKARTA, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) membukukan laba bersih sebesar 44,95 juta dolar AS selama sembilan bulan tahun ini atau hingga September 2022. Angka ini melonjak 344,75 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,11 juta dolar AS.

Capaian ini mewakili peningkatan sebesar 109,11 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari 6,25 juta dolar AS di kuartal III 2021 menjadi 13,08 juta dolar AS pada kuartal yang sama tahun ini.

Naiknya laba bersih perusahaan didukung pendapatan sebesar 137,62 juta dolar AS untuk tahun berjalan, melonjak 182,89 persen (yoy) dari 48,65 juta dolar AS pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tajam juga dapat dilihat jika dibandingkan dengan total pendapatan pada kuartal yang sama tahun lalu, dari 24,80 juta dolar AS di kuartal III 2021 menjadi 53,97 juta di kuartal III 2022 atau sebesar 117,61 persen.

Dampak dari peningkatan pendapatan, EBITDA perseroan tumbuh positif 215,2 persen mencapai 63,41 juta dolar AS hingga kuartal III dari 20,12 juta dolar AS pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan secara kuartal, EBITDA pada kuartal III 2022 tercatat sebesar 18,71 juta dolar AS, menguat 47,23 persen dibandingkan kuartal III 2021.

Melesatnya kinerja IATA merupakan hasil dari langkah strategis perseroan yang mengalihkan fokus bisnisnya menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi, dengan mengakuisisi PT Bhakti Coal Resources (BCR). BCR merupakan perusahaan induk yang mengelola 8 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, di mana 3 IUPnya sudah dalam tahap produksi dan IUP lainnya ditargetkan untuk beroperasi secara bertahap mulai tahun depan.

Mendekati akhir 2022, IATA terus menggenjot output produksi batu bara. Hingga akhir September 2022, perseroan telah memproduksi lebih dari 3 juta MT, lebih tinggi 64,1 persen dari produksi tahun lalu yang hanya 1,8 juta MT. Perseroan menargetkan produksi sebanyak 10 juta MT tahun depan dan akan terus meningkat seiring bertambahnya cadangan terbukti hasil eksplorasi.

IATA optimisis cadangan batu bara untuk semua IUP setidaknya mencapai 600 juta MT. Hingga kuartal III 2022 perseroan telah menjual 2,9 juta MT batu bara. Prospek cerah IATA semakin dikuatkan dengan telah ditandatanganinya kontrak pembelian jangka panjang antara BCR dengan para trader batu bara.

Perseroan memperkirakan akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar 108,42 juta dolar AS dari kontrak ini dan akan terus memperbanyak kontrak di masa depan, mencari peluang untuk akuisisi tambang baru, menakar prospek lain yang berkaitan dengan energi terbarukan, serta berevolusi guna meningkatkan sinergi dan efektifitas di semua lini.

HMETD IATA

Perseroan baru-baru ini telah memulai penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD atau rights issue) yang bernilai sebanyak-banyaknya Rp2.671.300.034.640, dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14.840.555.748 Saham Seri B yang ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp 180 dengan rasio 10:13 (10 Saham yang dimiliki berhak untuk mendapatkan 13 HMETD).

Selain itu, Perseroan juga akan memberikan tambahan hak dengan menerbitkan sebanyakbanyaknya 2.968.111.149 Waran Seri I, di mana setiap 5 saham hasil pelaksanaan HMETD melekat 1 Waran Seri I dengan harga pelaksanaan Rp 210.

Tinjauan Industri

Konflik antara Rusia-Ukraina masih belum berakhir dan menekan pasokan energi di kawasan Eropa, terutama menjelang musim dingin. Ditambah lagi dengan rencana pemotongan produksi minyak 2 juta barel per hari oleh anggota OPEC+, negara-negara diprediksi akan mencari sumber energi alternatif murah seperti batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.

Harga batu bara, meskipun telah turun dari titik tertinggi, masih bertahan di atas 50 dolar AS pada 55,83 dolar AS, lebih tinggi 31,58 persen sejak awal tahun 2022. Batu bara tetap menjadi salah satu sumber daya energi yang paling dicari karena aksesibilitas yang terbatas dan harga minyak dan gas yang tinggi mengganggu banyak negara dalam menyediakan energi yang hemat biaya bagi masyarakatnya.

Editor : Jujuk Ernawati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *