Kisah Sukses Eka Tjipta Widjaja, Pendiri Sinarmas Group

Kisah Sukses Eka Tjipta Widjaja, Pendiri Sinarmas Group

tribunwarta.com – Eka Tjipta Widjaja – “Kami berlayar tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami hanya bisa tidur di tempat paling buruk di kapal.”

Sepenggal kalimat tersebut merupakan awal mula perjalanan kisah sukses Eka Tjipta Widjaja (Alm) sebagai pengalaman pertama beliau menginjakkan kaki dan bermigrasi ke Indonesia. Jauh sebelum kisah perjalanan luar biasa lainnya dimulai.

Rubrik Finansialku

Biografi Singkat Eka Tjipta Widajaja

Eka Tjipta Widjaja yang bernama asli Oei Ek Tjhong, beliau dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1923 di Tiongkok. Ia terlahir dari keluarga yang amat miskin. Tekadnya yang ingin mengubah hidup keluarganya, membuatnya memutuskan untuk merantau keluar dari kampung halamannya di Guang Zhou, Tiongkok.

Sepanjang umurnya, beliau dikenal karena keuletannya dalam menjalankan bisnis perusahaannya. Tercatat ia merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia menurut Majalah bisnis Globe Asia pada tahun 2018 dengan kekayaan mencapai US$13,9 miliar.

[Baca Juga: Sinarmas Catat DIRE Simas Plaza Indonesia di BEI]

Eka Tjipta Widjaja menduduki peringkat ke-2 sebagai orang terkaya di Indonesia. Beliau merupakan pendiri sekaligus pemilik dari Sinar Mas Group. Bisnis utamanya adalah pulp dan kertas, agrobisnis, properti, jasa keuangan dan teknologi informasi.

Bisnis-bisnis tersebut dikendalikan melalui empat unit usaha yang meliputi Asia pulp and paper co, PT Duta Pertiwi Tbk., PT Sinarmas Multiartha dan PT Sinarmas Agro Resources and Technology Tbk.

Eka Tjipta Widjaja tutup usia pada Sabtu, 26 Januari 2019 pukul 19.43 WIB di usia 98 tahun. Kepergian sang pendiri Sinar Mas itu meninggalkan kisah perjalanan yang menginspirasi yang ditorehkan lewat perjalanan hidupnya.

Mulai Berkerja Keras Sejak Menginjakkan Kaki di Indonesia

Pada usia 9 tahun, lebih tepatnya pada tahun 1932, Eka hijrah ke Indonesia. Beliau yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke kota Makassar menyusul ayahnya yang lebih dulu berada di Indonesia.

“…Bersama ibu, saya ke Makassar tahun 1932 pada usia sembilan tahun. Kami berlayar tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami hanya bisa tidur di tempat paling buruk di kapal, di bawah kelas dek. Ada uang lima dollar, tetapi tak bisa dibelanjakan, karena untuk ke Indonesia saja kami masih berutang pada rentenir, 150 dollar.” demikian tutur Eka Tjipta Widjaya mengingat bagaimana memulai perjalanan hidupnya di Indonesia.

[Baca Juga: 7 Penyedia Asuransi Perjalanan Eropa (Visa Schengen) Terbaik!]

Tiba di Makassar, Eka segera membantu ayahnya yang sudah merintis usaha dengan membuka toko kecil.

Pertama-tama yang menjadi tujuannya adalah mendapatkan 150 dollar untuk dibayarkan kepada rentenir. Dua tahun berselang, utang mereka terbayar dan toko ayahnya mengalami kemajuan.

Eka Tjipta hanya lulus dari sebuah sekolah dasar di Makassar. Hal ini dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan. Ia harus merelakan pendidikannya demi membantu orang tuanya menyelesaikan hutang ke rentenir.

Tamat sekolah dasar, beliau tidak melanjutkan sekolahnya karena masalah ekonomi. Ia pun mulai berjualan dengan mengendarai sepeda. Ia berkeliling kota Makassar. Menjajakan permen, biskuit, serta aneka barang dagangan toko ayahnya dari pintu ke pintu. Rupanya, ketekunan usahanya mulai menunjukkan hasil.

Meskipun pada awal mula beliau tidak dapat berbahasa Indonesia, Eka tetap menawarkan barang dagangan ayahnya secara eceran dengan menggunakan bahasa tubuh.

Di usia 15 tahun, Eka bakat berbisnisnya sudah semakin terasah, ia mulai mencari pemasok kembang gula dan biskuit dengan mengendarai sepedanya. Ia harus melewati hutan lebat, dengan kondisi jalanan apa adanya.

Tetapi kebanyakan pemasok tidak mempercayainya, mereka umumnya meminta pembayaran di muka, sebelum barang dapat dibawa pulang oleh Eka. Dikarenakan beliau tidak memiliki cukup modal, maka Eka tidak dapat mengambil barang-barang tersebut.

Tak habis akal, Eka pun menjaminkan ijazah SD miliknya agar ia dapat mengambil barang dagangan terlebih dahulu kepada pemasok.

[Baca Juga: Belajar Dari Pengalaman! Ini Rahasia Tetap Tenang Saat Kondisi Tertekan]

Berselang dua bulan, Eka sudah bisa mengantongi untung Rp20, jumlah yang besar dimasa itu, mengingat perbandingan harga beras masih berkisar 3-4 sen per kilogram. Lama kelamaan maka pada akhirnya Eka Tjipta bisa membeli becak untuk membawa barang dagangannya.

Namun ketika usahanya tumbuh subur, Jepang datang menyerbu Indonesia. Bukan hanya ke tanah jawa tetapi juga hingga ke Makassar sehingga usahanya hancur total.

Bagaimana CARA AMPUH Membeli Rumah Pertama?

Download ebook-nya, GRATIS!!!

Kejatuhan dan kebangkitan dimasa penjajahan Jepang

Setelah datangnya Jepang mengkespansi kekuasaannya di Indonesia, Eka Tjipta menganggur total, tak ada barang yang diimpor maupun ekspor yang bisa dijualnya.

Total keuntungan 2000 rupiah yang ia tabungkan dengan susah payah selama beberapa tahun, pada akhirnya habis terpakai untuk kebutuhan sehari-hari.

Dimasa-masa sulit dimana banyak orang berputus asa, Eka tidak menyerah. Beliau mengayuh sepedanya kembali berkeliling Makassar hingga sampailah ia di Paotere sebuah daerah di pinggiran Makassar.

Disana ia melihat ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik perhatian Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik.

Otak Eka pun segera berputar. Dengan cepat ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk membuka tenda di dekat lokasi itu. Ia berencana menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu.

Keesokan hari saat masih pukul empat subuh, Eka sudah bersiap di Paotere membawa kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk membuat air panas, cangkir, sendok dan sebagainya.

Semua alat itu dipinjam dari ibunya termasuk enam ekor ayam ayahnya juga ikut ia pinjam. Ayam itu dipotong dan dibuatnya menjadi ayam putih gosok garam. Dia juga meminjam satu botol wiskey, satu botol brandy dan satu botol anggur dari teman-temannya. Jam tujuh pagi ia sudah siap untuk berjualan.

Tepat pukul tujuh, 30 orang Jepang dan tawanan Belanda mulai datang bekerja. Tetapi sampai pukul sembilan pagi, tidak ada pengunjung. Eka memutuskan mendekati kepala pasukan Jepang dan mentraktirnya makan juga minum di tenda.

Rupanya cara ini berhasil membuat anak buah dan tawanan diperbolehkan untuk makan minum di tenda Eka. Tidak sampai disana Eka juga mengangkat semua barang yang sudah dibuang atas seijin dari tentara Jepang.

[Baca Juga: Anti Gagal! Ini Dia 7 Waktu Memulai Usaha yang Tepat]

Membawa barang-barang tersebut ke halaman rumahnya dengan mengupah anak-anak sekampung, Ia pun bekerja keras memilih apa yang dapat dipakai dan dijual. Seperti terigu yang masih baik dipisahkan dan yang sudah keras ditumbuk kembali dan perbaiki sampai dapat dipakai lagi. Dimasa itu pun, Ia belajar bagaimana menjahit karung.

Karena waktu itu keadaan perang, maka suplai bahan bangunan dan barang keperluan sangat kurang dan barang yang ia peroleh dari puing-puing itu menjadi sangat berharga.

Ia mulai menjual terigu semula hanya Rp50 per karung, lalu ia menaikkan menjadi Rp60, dan akhirnya Rp150. Untuk semen, ia mulai jual Rp20 per karung, kemudian Rp40.

Eka Tjipta juga sempat menjalani usaha sebagai kontraktor kuburan orang-orang kaya dengan bayaran Rp3.500 per kuburan. Setelah ia menolak menjual semen miliknya pada kontraktor.

Setelah bahan bangunan seperti semen dan besi beton habis, ia berhenti sebagai kontraktor kuburan dan mulai beralih menjalani usaha sebagai penjual kopra. Ia berlayar berhari-hari ke Selayar dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk memperoleh kopra murah.

Eka bekerja sama dengan CIAD (Corp Intendands Angkatan Darat) dengan menjual kopra pada mereka.

Dengan berjualan kopra Eka mendapat laba besar, tetapi mendadak ia nyaris bangkrut karena Jepang mengeluarkan peraturan monopoli kopra dan memberi harga Rp1,80 per kaleng. Eka pada akhirnya merugi besar dan Ia mencari peluang lain lewat berdagang gula, teng-teng, wijen, kembang gula.

[Baca Juga: Pahami Asuransi Properti All Risk Dengan Benar, Agar Tidak Ketipu!]

Seperti nasib baik tidak kunjung berpihak, ketika usahanya mulai menunjukan hasil harga gula jatuh dan kembali ia merugi lagi hingga modal pun ikut habis, bahkan berutang.

Hingga terpaksa Eka harus menjual mobil jip, dua sedan serta menjual perhiasan keluarga termasuk cincin pernikahan untuk menutup utang dagang.

Nilai-nilai dan Prinsip Hidup Sang Legenda Bisnis

Di tahun 1950, lagi-lagi usaha Eka Tjipta harus terhenti karena dirampas saat peristiwa Permesta. Di usianya 37 Tahun Eka pindah ke Surabaya, beliau mencoba bisnis kebun kopi dan kebun karet di daerah Jember.

Eka mendirikan CV. Sinar Mas dan mulai berbisnis membuat bubur kertas dari bahan sisa pengolahan karet.

Seiring perkembangan bisnisnya, Eka mendirikan PT Tjiwi Kimia pada tahun 1976, perusahaan ini bergerak dibidang kimia. Di tahun 1980, Eka mampu membeli 10 ribu hektar kebun kelapa sawit di Riau. Tahun 1982, Eka membeli Bank International Indonesia (BII) dan memulai berbisnis properti dengan nama Sinar Mas Group.

Eka Tjipta tumbuh di lingkungan orang tak mampu dan harus mengalami manis pahit perjuangan hidup di negeri orang. Puluhan kegagalan tidak membuat beliau patah semangat. Justru kegagalan seperti mengasah kegigihan mental Eka Tjipta untuk bangkit kembali dari keterpurukan.

“…Apa pun kesulitan yang dihadapi, asalkan memiliki keinginan untuk melawan, pasti semua kesulitan dapat diatasi” – Eka Tjipta Widjaja

Selain itu, rupanya keberhasilan tidak lantas membuat Eka senang berfoya-foya, melainkan malah berusaha untuk hidup hemat. Eka berprinsip untuk memiliki nilai hidup jujur, bertanggung jawab, baik pada keluarga, pekerjaan dan lingkungan.

[Baca Juga: Sinar Mas Group Berduka, Inilah Para Pewaris Kekayaan Senilai Rp205 triliun]

Hal ini pun diakui oleh Gandi Sulistiyanto selaku Managing Director PT Sinarmas. Beliau menyebut nilai-nilai luhur Sinar Mas meliputi Integritas, Sikap Positif, Berkomitmen, Perbaikan Berkelanjutan, Inovatif dan Loyal merupakan enam filosofi yang ditularkan dari sikap hidup seorang Eka Tjipta Widajaja.

Melalui kisah perjuangan hidup beliau, kita bisa belajar bahwa keberhasilan bukan suatu hasil instan, tetapi merupakan sebuah proses kegigihan mental dan kedewasaan sikap.

Kesuksesan seorang Eka Tjipta Widjaja tidak mungkin didapatnya dengan mudah. Anda tentu ingin menjadi sukses seperti beliau bukan? Anda bisa memulainya dengan perencanaan keuangan yang baik.

Aplikasi Finansialku dapat membantu Anda dalam menyusun perencanaan keuangan Anda sehingga pemasukan dan pengeluaran bisa menjadi lebih terkontrol. Download aplikasi Finansialku di Google Play Store dan Apple App Store segera.

Bagaimana, sudahkah Anda terinspirasi dari kisah beliau? Jangan lupa Ajak teman-temanmu untuk membaca artikel ini dengan membagikannya.

Sumber Referensi:

    Admin. 27 Januari 2019. Kisah Sukses Eka Tjipta Widjaja, Hanya Lulus SD Memulai Bisnis dengan Berdagang Biskuit Keliling. Jateng.tribunnews.com – https://bit.ly/2IW4ZOZ

    Wink. 2 Juni 2016. Biografi Eka Tjipta Widjaja – Pengusaha Sukses Pemilik Sinar Mas Group. Biografiku.com – https://bit.ly/2SR9pN7

    Wahyu. Kisah Sukses Eka Tjipta Wijaya: Perantau China yang Sukses Berbisnis di Indonesia. Klikmania.net – https://bit.ly/2VeaOid

    Muhammad Choirul Anwar. 27 Januaru 2019. Eka Tjipta Widjaja, Penjual Biskuit & Sukses Jadi Konglomerat. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/2SR9IaJ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *