Kisah Sukses Aung San Suu Kyi, Pejuang Demokrasi Myanmar dan Pemimpin Wanita

Kisah Sukses Aung San Suu Kyi, Pejuang Demokrasi Myanmar dan Pemimpin Wanita

tribunwarta.com – Kisah sukses Aung San Suu Kyi yang melegenda membuat banyak masyarakat Myanmar yang menganguminya.

Wanita bermental baja ini dikenal karena perjuangannya membangun perdamaian dan semangat demokrasi di negaranya.

Simak kisah sukses Aung San Suu Kyi dan dapatkan inspirasi dari ketegaran hati sang “Lady of Myanmar” dalam artikel Finansialku berikut ini. Selamat membaca!

Rubrik Finansialku

Kisah Sukses Aung San Suu Kyi: Keluarga Pendiri Negara Myanmar

Pada tahun 1988 Aung San Suu Kyi menjadi pemimpin utama gerakan menuju pembangunan demokrasi di Burma (sekarang Myanmar).

Pada tahun 1991, ketika sedang menjalani hukuman tahanan rumah oleh pemerintah karena setiap aksi politiknya yang pro rakyat, Aung San Suu Kyi dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian.

Aung San Suu Kyi lahir di Rangoon (sekarang Yangoon), Burma, pada 19 Juni 1945. Beliau adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, dimana ayahnya bernama Bogyoke (Generalissimo) Aung San dan ibunya bernama Daw Khin Kyi.

Bogyoke (Generalissimo) Aung San, sang ayah dikenal sebagai pendiri Burma yang bergerak secara independen pada tahun 1948 dan dicintai oleh rakyat di negara itu.

[Baca Juga: Mau Jadi Orang Sukses? 13 Cara Ini Membuat Anda Mengalami Peningkatan Hidup]

Dia memainkan peran utama dalam membantu Burma memenangkan kemerdekaan dari Inggris, dan dia mampu memenangkan rasa hormat dari berbagai kelompok etnis melalui kekuatan kepribadiannya dan kepercayaan yang diilhaminya.

Ibu Aung San Suu Kyi juga turut aktif dalam kelompok politik wanita sebelum menikahi Bogyoke (Generalissimo) Aung San.

Pasangan itu sering mengadakan pertemuan politik di rumah mereka, bahkan setelah kelahiran anak-anak mereka.

Pada bulan Juli 1947, Bogyoke (Generalissimo) Aung San bersama dengan sebagian besar kabinetnya, dibunuh oleh anggota kelompok politik yang berseberangan.

Kejadian itu membuatnya tidak pernah melihat negaranya yang merdeka pada tanggal 4 Januari 1948.

Tapi sebelum itu, sudahkah Anda mengecek kesehatan keuangan saat ini?

Ketahui kesehatan keuangan Anda dengan Aplikasi Finansialku melalui fitur Financial Health Check Up.

Unduh terlebih dahulu Aplikasi Finansialku melalui Google Play Store atau lakukan registrasi terlebih dahulu melalui PC. Anda juga bisa memanfaatkan fasilitas free trial-nya selama 30 hari.

Selain itu, dapatkan potongan harga berlangganan hingga Rp50.000 dengan kode promo: POTONG50RIBU untuk menjadi member Premium.

Anda juga bisa berkonsultasi tanpa batas dengan Konsultan Keuangan Bersertifikat dari Finansialku.

Gratis Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 30 an

Kisah Sukses Aung San Suu Kyi: Meneruskan Perjuangan Sang Ayah

Aung San Suu Kyi menghabiskan tahun-tahun awalnya di Burma. Dia kemudian bergabung dengan ibunya, yang ditunjuk sebagai duta besar Burma (perwakilan) untuk India pada tahun 1960.

Aung San Suu Kyi sempat dididik di sekolah menengah di India dan kemudian melanjutkan studinya di St. Hugh’s College, Universitas Oxford, di Inggris.

Saat berada di sana, Aung San Suu Kyi belajar politik, ekonomi (produksi, distribusi dan penggunaan barang serta jasa), filsafat (studi gagasan).

Ia berhasil menerima gelar sarjana dan master di universitas bergengsi tersebut.

Dari ayahnya, Aung San Suu Kyi mengembangkan rasa kewajiban kenegaraannya, dan dari sang ibu, yang tidak pernah berbicara tentang kebencian atas pembunuhan suaminya, dia belajar untuk mengampuni.

Aung San Suu Kyi juga dipengaruhi oleh ajaran pemimpin India, Mohandas Gandhi (1869–1948), yang adalah seorang penganut pemberontakan sipil anti kekerasan.

[Baca Juga: 16 Cara Berpikir Positif Saat Menghadapi Tantangan yang Perlu Kita Praktikkan]

Selama dua tahun, Aung San Suu Kyi bekerja di PBB New York.

Pada tahun 1972, Aung San Suu Kyi menikah dengan Michael Vaillancourt Aris, seorang sarjana terkenal yang ia temui saat belajar di Universitas Oxford.

Mereka memiliki dua putra dan menetap di Inggris. Sebelum mereka menikah, Aung San Suu Kyi memperingatkan tunangannya – Michael Vaillancourt Aris, bahwa orang-orang Burma mungkin membutuhkannya suatu hari dan dia harus kembali.

Sebelum kembali ke Burma, Aung San Suu Kyi melayani sebagai sarjana tamu di Pusat Kajian Asia Tenggara, Universitas Kyoto, Jepang, dari tahun 1985 hingga 1986 dan di Institut Studi Lanjut India di Simla, India, pada tahun 1987.

Aung San Suu Kyi Ditahan & Pengambilalihan Pemerintah oleh State Law and Order Restoration Council (SLORC)

Setelah ibunya menderita stroke pada tahun 1988, Aung San Suu Kyi kembali ke Rangoon, Myanmar, untuk membantu merawat sang ibu.

Pada tahun-tahun itu, terjadi pemberontakan terhadap pemerintahan yang cukup menegangkan terkait dengan Partai Sosialis Burma yang dipimpin oleh pihak militer.

Pemberontakan ini dimulai dari sebuah perkelahian mahasiswa tanpa makna politik yang jelas.

Kejadian perkelahian itu akhirnya ditangani oleh pihak militer dari Dewan Restorasi Hukum dan Ketertiban Negara – State Law and Order Restoration Council (SLORC), namun dengan cara yang yang buruk.

Melanjutkan pemerintahan di Myanmar, Dewan Restorasi Hukum dan Ketertiban Negara – State Law and Order Restoration Council (SLORC) mengambil alih kekuasaan namun peran mereka malah tidak meningkatkan kondisi negara tersebut.

Pada Bulan Agustus 1988 Aung San Suu Kyi memperoleh pengakuan nasional sebagai pemimpin dari Liga Nasional untuk Demokrasi – National League for Democracy (NLD), yang kemudian menentang State Law and Order Restoration Council (SLORC) yang dipimpin militer.

Aung San Suu Kyi menjadi sekretaris jenderal National League for Democracy (NLD). Ia merupakan pembicara yang populer dan efektif dalam mendukung demokrasi di seluruh Myanmar.

Karena keterlibatannya yang dinilai positif dalam politik dan membuat rakyat mencintainya, Aung San Suu Kyi ditempatkan di bawah tahanan rumah oleh State Law and Order Restoration Council (SLORC).

Meskipun Aung San Suu Kyi tidak diizinkan mencalonkan diri dalam pemilihan umum pada bulan Mei 1990, partainya, National League for Democracy (NLD), yang sangat mengejutkan pihak militer, memenangkan 80 persen kursi legislatif.

Namun, kandidat yang menang – dalam hal ini adalah partai National League for Democracy (NLD) tidak pernah diizinkan untuk menjabat.

Untuk tahun-tahun pertama penahanan rumahnya, Aung San Suu Kyi tidak diizinkan untuk ditemui oleh siapapun.

[Baca Juga: Strategi Paling Ampuh untuk Para Pebisnis Menang Persaingan Dari Sun Tzu Art of War, Filsuf Tiongkok]

Tetapi seiring perkembangan waktu, ditetapkan bahwa keluarga dekatnya diizinkan untuk melihatnya.

Pada bulan Januari 1994, pengunjung pertama (tamu) di luar anggota keluarganya adalah anggota Kongres asal Amerika Serikat, Bill Richardson, seorang Demokrat dari New Mexico, diizinkan untuk bertemu dengannya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan pembebasan atas Aung San Suu Kyi, disamping sejumlah kelompok nasional dan internasional lainnya, termasuk Amnesty International, organisasi hak asasi manusia di seluruh dunia.

Aung San Suu Kyi memenangkan banyak penghargaan untuk perjuangan demokrasi dan hak asasi manusia, termasuk Hadiah Sakharov untuk Freedom of Thought (Parlemen Eropa, 1991), Hadiah Nobel Perdamaian (1991), dan Hadiah Simon Bolivar Internasional (1992).

Perjuangan Aung San Suu Kyi: Negara VS Keluarga

Meski ia telah diakui oleh banyak organisasi bertaraf Internasional atas kepemimpinannya dan berbagai organisasi menyuarakan atas pembebasannya, namun Aung San Suu Kyi masih tetap berada di bawah pengawasan militer dan tahanan rumah hingga bulan Juli 1995.

Pemerintah (militer) terus membatasi gerakan Aung San Suu Kyi dan jajarannya baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Selama tahun pertama kebebasan Aung San Suu Kyi, dia hanya diizinkan untuk melakukan perjalanan singkat di sekitar kota kelahirannya, Rangoon dan tidak diperbolehkan untuk bepergian ke luar Myanmar.

Meski demikian, Aung San Suu Kyi terus melayani sebagai pemimpin yang vokal dan menyuarakan demokrasi serta keadilan dan perdamaian melalui partainya, National League for Democracy (NLD) dan mendorong kemajuan demokrasi di negaranya.

[Baca Juga: Kisah Sukses Johnny Andrean Pendiri J.CO Donuts, BreadTalk, dan Johnny Andrean Salon]

Pemerintah militer pada masa itu, menutup sekolah-sekolah, mengabaikan kebutuhan perawatan kesehatan masyarakat dan memaksa banyak warga negara menjadi pekerja paksa sambil menyiksa dan memenjarakan banyak orang yang tidak sepaham dengan mereka.

Pada tahun 1999, Michael Vaillancourt Aris, suami Aung San Suu Kyi, meninggal di Inggris.

Perizinan untuk mengunjungi istrinya, Aung San Suu Kyi ditolak oleh pemerintah militer selama tahun terakhir hidupnya.

Pemerintah menyarankan agar Aung San Suu Kyi pergi mengunjungi sang suami, tetapi dia tetap di rumah karena takut jika di Aung San Suu Kyi pergi, dia tidak akan diizinkan masuk kembali ke negara itu.

Pada bulan September 2000 Aung San Suu Kyi kembali ditempatkan di bawah tahanan rumah setelah mencoba melakukan perjalanan ke daerah pedesaan di luar Myanmar untuk bertemu dengan anggota National League for Democracy (NLD) lainnya.

Pada bulan Desember tahun 2000, presiden Amerika Serikat, Bill Clinton memberikan penghargaan kepada Aung San Suu Kyi berupa Presidential Medal of Freedom, sebuah penghargaan tertinggi dari Amerika Serikat yang diberikan kepada warga sipil (bukan anggota militer, polisi, atau unit pemadam kebakaran).

Pemerintah Amerika Serikat juga melanjutkan larangan investasi baru di Myanmar dan mencegah perusahaan melakukan bisnis di sana sebagai bentuk protes atas perlakuan pemerintah militer terhadap Aung San Suu Kyi dan warga Myanmar lainnya.

Pada bulan Desember 2001, di Oslo, Norwegia, para pemenang Hadiah Nobel berkumpul untuk memprotes penahanan berkelanjutan Aung San Suu Kyi dan menandatangani naik banding kepada pemerintah Myanmar yang meminta agar Aung San Suu Kyi dan ratusan tahanan politik lainnya dibebaskan.

[Baca Juga: 40 Kata-kata Bijak untuk Startup dan Entrepreneur yang Memotivasi dan Penuh Inspirasi]

Pada Mei 2002, Aung San Suu Kyi akhirnya dibebaskan dari tahanan rumah. Bebasnya dari penjara membuat Aung San Suu Kyi semakin menarik simpati banyak orang.

Ke mana pun ia pergi, Aung San Suu Kyi terus menyuarakan aksi perdamaian dan persatuan, di samping berbicara kepada para pengikutnya untuk tetap optimis mengenai kebebasan dan perdamaian di Myanmar.

Ia menyuarakan bahwa partainya, National League for Democracy (NLD) bekerja untuk kesejahteraan semua orang di negara itu (Myanmar), bukan untuk kepentingan partai semata.

Ia mengatakan dan menegaskan pernyataan itu dengan penuh semangat kepada pada pendukung partai National League for Democracy (NLD) beberapa hari setelah pembebasannya.

Penghargaan dan Pengakuan Dunia Terhadap Aung San Suu Kyi

Pada tahun 1991, Aung San Suu Kyi dianugerahi Hadiah Nobel untuk Perdamaian.

Ia juga telah menerima hadiah Rafto (1990), Hadiah Simón Bolivar Internasional (1992) dan Penghargaan Jawaharlal Nehru (1993), di antara penghargaan lainnya yang membanggakan.

Pada bulan Desember 2007, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat memberikan suara sebesar 400-0 kepada Aung San Suu Kyi melalui Medali Emas, dan pada bulan Mei 2008, Presiden Amerika Serikat, George W. Bush menandatangani pemungutan suara untuk kebijakan dalam undang-undang, menjadikan Aung San Suu Kyi orang pertama dalam sejarah Amerika yang menerima hadiah saat dipenjara.

Pada tahun 2012, Aung San Suu Kyi merasa terhormat telah mendapatkan Elie Wiesel Award dari Museum Peringatan Holocaust Amerika Serikat, yang setiap tahun diberikan kepada “Para individu terkemuka internasional yang tindakannya telah memajukan visi Museum tentang dunia dimana orang menghadapi kebencian, mencegah genosida, dan meningkatkan martabat manusia,” menurut situs webnya.

[Baca Juga: 8 Kesalahan Investasi yang Sering Dilakukan, Bahkan oleh Investor Handal]

Penganiayaan dan Tentang Kaum Rohingya

Tidak lama setelah naiknya Aung San Suu Kyi menjadi penasihat negara, komunitas internasional mulai melihat pada serangkaian serangan yang meningkat pada kaum Muslim Rohingya di negara bagian pesisir Myanmar, Rakhine.

Pada bulan Oktober 2016, tentara dan gerombolan sipil bersatu untuk meneror dan menghancurkan desa Rohingya.

Gelombang kekerasan yang lebih besar meletus pada bulan Agustus 2017, mengakibatkan lebih dari 600.000 pengungsi Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh.

Aung San Suu Kyi yang sebelumnya dikenal karena keberaniannya menghadapi pelanggaran militer, Aung San Suu Kyi sekarang menuai kritik karena tampaknya menutup mata terhadap kekejaman yang terjadi pada kaum Rohingya.

Menyusul laporan bulan November 2017 oleh Museum Memorial Holocaust Amerika Serikat dan Fortifikasi Hak, yang merujuk pada tindakan “genosida” yang dilakukan di Myanmar, Sekretaris Negara AS Rex Tillerson bertemu dengan Aung San Suu Kyi dan secara terbuka menyerukan penyelidikan atas kekerasan tersebut.

[Baca Juga: Kisah Sukses Chris Gardner, Investor Amerika yang Sukses]

Di akhir bulan, kota Oxford di Inggris, tempat ia bersekolah, memberikan suara bulat untuk mencabut penghargaan Freedom of the City of Oxford yang diberikan kepadanya pada tahun 1997, karena penolakannya untuk mengutuk pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di bawah pengawasannya.

Pada bulan Maret 2018, Museum Peringatan Holocaust Amerika Serikat mengikuti dengan mengumumkan pihaknya membatalkan Elie Wiesel Award yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi pada tahun 2012.

Dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada pemimpin Burma, museum mencatat kegagalannya berbicara menentang kampanye militer brutal yang menghancurkan populasi Rohingya.

Museum mendesaknya untuk bekerja sama dengan upaya internasional demi penetapan kebenaran tentang kekejaman yang dilakukan di Negara Bagian Rakhine dan mengamankan akuntabilitas bagi para pelaku.

Ini dikarenakan Aung San Suu Kyi memiliki kendali terbatas atas militer, sehingga membuatnya dikritik karena gagal mengecam kekerasan di Rakhine.

Dari serangkaian kisah sukses Aung San Suu Kyi, apa pendapat Anda tentang pencabutan penghargaan yang terjadi karena kasus warga Rohingya? Inspirasi apa yang Anda dapatkan dari Aung San Suu Kyi?

Berikan tanggapan Anda ada kolom bawah ini! Terima kasih!

Sumber Referensi:

    Admin. Aung San Suu Kyi. Encyclopedia.com – https://bit.ly/2lUMkuV

    Admin. Aung San Suu Kyi Biography. Biographyonline.net – https://bit.ly/2kaIc9I

    Admin. Aung San Suu Kyi Biography. Notablebiographies.com – https://bit.ly/2jTPVIT

    Admin. Aung San Suu Kyi Biography. Biography.com – https://bit.ly/2kdfTrc

    Amin. Aung San Suu Kyi – Myanmar Politician And Opposition Leader. Britannica.com – https://bit.ly/2kbGHYT

    Admin. A Biography Of Aung San Suu Kyi. Burmacampaign.org.uk – https://bit.ly/2lpb12o

    Amin. 13 September 2018. Aung San Suu Kyi: The Democracy Icon Who Fell From Grace. Bbc.com – https://bbc.in/2GyobAV

    Admin. 22 Maret 2018. Aung San Suu Kyi: The Lady of Myanmar. Aljazeera.com – https://bit.ly/2jSdVfu

Sumber Gambar:

    Kisah Sukses Aung San Suu Kyi 1 – http://bit.ly/2m3PKfi

    Kisah Sukses Aung San Suu Kyi 2 – http://bit.ly/2nDZT2s

    Kisah Sukses Aung San Suu Kyi 3 – https://n.pr/2o9mK6n

    Kisah Sukses Aung San Suu Kyi 4 – http://bit.ly/2nCKC2g

    Kisah Sukses Aung San Suu Kyi 5 – https://on.ft.com/2nA0T7V

    Kisah Sukses Aung San Suu Kyi 6 – http://bit.ly/2nxEV5C

    Kisah Sukses Aung San Suu Kyi 7 – https://wapo.st/2mAqC03

    Kisah Sukses Aung San Suu Kyi 8 – http://bit.ly/2ogoVVW

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *