Kecil Kemungkinan Sampah Antariksa Jatuh ke Pemukiman Penduduk

Merdeka.com – Sampah antariksa atau sisa roket Long March 5B milik Tiongkok jatuh melintasi wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan Barat. Beruntung, sampah antariksa yang memiliki berat 20 ton ini jatuh di perairan Samudra Hindia. Namun, sisa pecahannya terkonfirmasi jatuh di Sanggau, Kalimantan Barat.

“Di Sanggau ditemukan bagian pecahan roket tersebut. Sebagian besar pecahannya jatuh di laut atau hutan yang jauh dari pemukiman,” ungkap Thomas Djamaluddin, peneliti senior BRIN.

Kepada Merdeka.com, Selasa (2/8), Thomas mengatakan, sampah antariksa umumnya jatuh tak terkendali. Jadi tidak bisa diperkirakan dan diantisipasi. Hal ini karena kerapatan atmosfer belum bisa dimodelkan dengan baik, sehingga laju penurunan orbit tidak bisa dipastikan.

“Tetapi tidak perlu khawatir. Kemungkinan jatuh di kawasan berpenduduk sangat kecil. Alasannya, luas bumi berpenduduk sangat kecil dibandingkan dengan kawasan tidak berpenghuni seperti laut, hutan, dan gurun. Jadi sebagian besar pecahan sampah antariksa jatuh di laut, hutan, atau gurun,” jelas dia.

Sampah yang jatuh dengan ketinggian 120 km itu di Samudra Hindia, tidak berbahaya bagi biota laut. Lokasi jatuhnya sampah luar angkasa itu, dipantau space-track.org menunjukkan titik jatuh di barat daya Indonesia.

Sebelum kejadian ini, berdasarkan catatan blog milik Thomas, sampah antariksa juga pernah jatuh di Indonesia, yaitu pada 1981 sampah antariksa pernah jatuh di Gorontalo. Lalu pada 1988, juga pernah ditemukan bagian roket SL-4 milik Uni Sovyet atau Rusia dengan nomor katalog 19042. Roket tersebut digunakan untuk meluncurkan satelit Cosmos 1938 pada 11 April 1988.

Setelah itu pada 2003, pecahan badan roket yang ditemukan di Bengkulu. Hasil analisis orbit sampah antariksa menyimpulkan bahwa objek tersebut adalah pecahan roket CZ-3 milik RRT dengan nomor katalog 23416. Roket tersebut digunakan untuk meluncurkan satelit DFH-3 1 pada 29 November 1994.

Kemudian di Madura pada 2016. beberapa objek antariksa jatuh di perairan Madura pada 26 September 2016. Dari analisis orbitnya, objek-objek tersebut diidentifikasi sebagai bagian roket Falcon 9 dengan nomor katalog 41730 milik Space X Amerika Serikat. Roket itu digunakan untuk meluncurkan satelit JCSAT 16 pada 14 Agustus 2016.

Setahun kemudian pada 2017, sampah antariksa jatuh di Sumatera Barat. Lalu pada 2021 di Kalimantan Tengah, ditemukan roket CZ-8 dengan titik jatuh objek di laut sebelah barat-barat laut Kalimantan. Arus laut membawa objek tersebut ke pantai Kalimantan Tengah dan ditemukan warga pada 2021. Dan yang terakhir pada 2022, sisa roket Long March 5B milik Tiongkok.

[faz]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *