Kebersamaan Pasutri Blitar Terampas Akibat Rusuh Kanjuruhan; Jenazah Suami Pulang dengan Ambulans

Kebersamaan Pasutri Blitar Terampas Akibat Rusuh Kanjuruhan; Jenazah Suami Pulang dengan Ambulans

SURYA.CO.ID, BLITAR – Emosi massa yang tidak terkendali akibat tidak bisa menerima kekalahan Arema, Sabtu (1/9/2022), mengakibatkan banyak pihak kehilangan orang tercinta.

Itu juga dialami Eni Anggraini (25), warga Desa/Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar yang harus merelakan suaminya, Kusnaini (27) pergi untuk selamanya karena menjadi salah satu korban saat suporter mengamuk usai laga di Stadion Kanjuruhan itu.

Eni memang diajak suaminya berangkat ke Malang untuk menonton pertandingan Arema melawan Persebaya Surabaya, sekaligus melalui akhir pekan. Tetapi tak disangka, kebersamaan mereka di Stadion Kanjuruhan itu menjadi yang terakhir bagi keduanya.

Begitu kerusuhan pecah, pasangan ini ikut panik dan terpisah di tengah keramaian. Eni dikabarkan mengalami luka dan dirawat di RSSA Malang bersama puluhan korban lainnya. Di tengah perawatan itu, Eni belum tahu bahwa suaminya adalah salah satu dari lima korban meninggal dari Blitar akibat tragedi Kanjuruhan itu.

Bahkan setelah kejadian yang menewaskan 174 orang lebih itu, Eni tidak bisa melihat dan mengantarkan kepulangan jenazah suaminya diangkut ambulans, Minggu (2/10/2022) dini hari karena masih dirawat di rumah sakit.

“Kami masih melakukan pendataan dan pencarian terhadap korban yang asal Blitar. Selain itu, kami menyiapkan 15 mobil ambulans buat kepentingan korban dan sewaktu-waktu bisa dipakai,” kata AKBP Aditya Panji Anom, Kapolres Blitar, Minggu (2/9/2022).

Tidak hanya Eni, ada beberapa korban luka lainnya yang berasal Kabupaten Blitar dan kemungkinan belum dipulangkan. Kebanyakan korbannya masih butuh perawatan intensif akibat terinjak-injak saat kebingungan untuk mencari jalan keluar, terutama ibu-ibu dan anak-anak.

Data sementara, ada lima orang asal Blitar yang tewas di Kanjuruhan, masing-masing tiga remaja dan dua pria dewasa. Sampai siang, banyak orang yang berdatangan ke rumah sakit untuk mencari keberadaan keluarganya yang menjadi korban.

Namun para korban itu dirawat di rumah sakit yang berbeda sehingga menambah kepanikan orang yang mencarinya. Di antaranya, para korban itu dirawat di RSUD Kanjuruhan, yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari Stadion Kanjuruhan dan RSAA Kota Malang, yang berjarak sekitar 17 KM dari stadion itu.

Sedangkan korban asal Kabupaten Blitar yang meninggal dunia, tiga di antaranya adalah MM (15) asal Desa Ngeni, Kecamatan Wonotirto; RD (16), asal Lingkungan Plosorejo, Kelurahan Bence, Kecamatan Garum dan Mh (17) asal Kelurahan Keduungbunder, Kecamatan Sutojayan.

Sedangkan dua pria dewasa adalah Khoirul Huda (28), warga Desa Sidodadi, Kecamatan Garum; dan Kusnaini seperti yang disebutkan di atas. Semua korban yang meninggal dunia sudah dimakamkan di pemakaman umum desanya masing-masing, Minggu (2/9/2022).

Namun pihak keluarga duka kebanyakan belum bisa berbicara banyak karena selain belum tahu apa yang dialami anaknya. “Kami nggak menyangka, kok seperti ini,” tutur keluarga dari salah satu korban saat akan pemberangkatan pemakaman.

Ternyata kebanyakan anggota keluarga duka mengaku kalau anaknya berangkat menonton dengan teman-temannya. Diduga karena terjebak kekacauan saat kerusuhan, mereka tidak tahu bagaimana mengamankan diri sehingga ikut menjadi korban. ****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *