Kasus Terus Bertambah, KPAD Nganjuk Gencar Sosialisasi Bahaya Penyakit HIV/AIDS Hingga ke Desa-Desa

Kasus Terus Bertambah, KPAD Nganjuk Gencar Sosialisasi Bahaya Penyakit HIV/AIDS Hingga ke Desa-Desa

Berita Nganjuk

SURYA.co.id | NGANJUK – Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) bersama Pemkab Nganjuk intensif gelar sosialisasi untuk pencegahan penularan penyakit HIV/Aids di setiap Desa secara bergiliran.

Sekretaris KPAD Nganjuk, Setiadi, menjelaskan kasus HIV/Aids di Kabupaten Nganjuk masih terbilang tinggi.

Berdasarkan Data Seksualitas ODHA (Orang Dengan HIV/Aids) tahun 2002 sampai bulan Mei 2022 secara komulatif mencapai 1.838 kasus.

Tercatat sebanyak 50 persen kasus positif HIV/Aids terjadi pada wanita, sebanyak 47 persen pada pria, dan 3 persen pada gay/waria.

“Kondisi itulah yang kini menjadi konsen utama KPAD Kabupaten Nganjuk bersama Pemkab Nganjuk untuk semakin intensif melakukan sosialisasi seputar bahaya HIV/Aids pada masyarakat,” kata Setiadi, kemarin.

Dijelaskan Setiadi, kegiatan sosialisasi bahaya HIV/Aids digelar KPAD di Balidesa setiap Desa di Kabupaten Nganjuk.

Dalam sepekan sosialisasi digelar dua kali dengan target peserta sosialisasi yakni perangkat desa, kader PKK, perwakilan lembaga desa, karang taruna, tokoh masyarakat, serta tokoh agama dari masing-masing desa.

“Selain itu juga menyertakan Dinkes Kabupaten Nganjuk, Puskesmas (pengelola program HIV), serta beberapa relawan di setiap Desa,” ucap Setiadi.

Lebih lanjut dikatakan Setiadi, ada dua jenis kegiatan yang dilaksanakan pada masing-masing desa di antaranya sosialisasi untuk ibu-ibu kader PKK dan sosialisasi tentang kewaspadaan serta kepedulian masyarakat terhadap penyebaran HIV/Aids di lingkungan desa.

Diharapkan, ungkap Setiadi, sosialisasi yang diberikan KPAD dari bahayanya HIv/Aids sekarang ini dapat tersampaikan kepada seluruh masyarakat desa yang ada di setiap Kecamatan tanpa terkecuali.

“Peserta sosialisasi bisa menyampaikan informasi tentang HIV/Aids itu terutama kepada keluarga, tetangga, dan lingkungan masyarakat disekitarnya,” ucap Setiadi.

Demikianya halnya dengan jajaran perangkat desa, tokoh masyarakat maupun agama dan organisasi pemuda desa, tambah Setiadi, juga selalu peka terhadap semua kejadian yang mungkin terjadi di lingkungan Desa masing-masing, khususnya yang berkaitan dengan penyebaran HIV/Aids.

“Di antaranya tentang status warganya, keberadaan kost-kostan, adanya warung remang-remang, dan lain-lain. Apalagi setelah dilakukan penutupan lokalisasi maka penyebaran pelaku risiko tinggi (WPS) sulit untuk dideteksi, sehingga peran masyarakat untuk aktif dan peduli sangat diperlukan dalam pencegahan HIV/Aids,” tutur Setiadi.


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *