Kara Chenoa: Di Hip Hop Mungkin Gue Enggak Kasih yang Deep, Tetapi Menyentil

Kara Chenoa: Di Hip Hop Mungkin Gue Enggak Kasih yang Deep, Tetapi Menyentil

Kara Chenoa masih duduk di bangku SMA saat hip-hop Indonesia riuh merekah pada 2016. Kehadirannya dalam industri sekaligus sebagai penanda regenerasi hip-hop lokal yang masif dan menjanjikan. Pekan ini, Medcom.id mendapat kesempatan bertemu dengan Kara Chenoa, melihat visi seorang bintang muda yang sedang terbuka jalannya.
 
“Dulu gue ada kolektif Cul De Sac, awal-awal gue jadi MC dulu kemudian kenal produser-produser dan baru lebih dalam. Kara itu sebagai tool, gue sebagai songwriter bisa cerita yang lebih in-depth,” tutur Kara mengawali wawancara.
 
Kara adalah generasi yang melewati masa remaja dengan paparan tinggi spektrum hip-hop. Sebagaimana dijelaskan pada paragraf pertama, masa remaja Kara bertepatan dengan momen geliat hip-hop lokal dan internasional yang sedang ramai-ramainya. Kara menceritakan dirinya mengenal hip-hop lantaran banyak DJ dan musisi hip-hop yang nongkrong di dekat SMA-nya, di bilangan Kebayoran.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dari situ Kara terpapar hip-hop. Perangainya yang supel dalam pergaulan membuatnya didaulat menjadi MC dalam berbagai ajang hip-hop. Dalam membangun personanya sebagai musisi, Kara sebenarnya enggak terpaku pada label “hip-hop”, karena dia menyadari bahwa hari ini “hip-hop” melebur dalam musik pop-modern.
 
“Dulu gue ditarik jadi MC karena bahasa inggris bagus. Terus pas gue coba ternyata fun, dan dari situ jadi kenal banyak DJ. Kenal Jevin Julian juga. Dari awal gue enggak pengin jadi rapper. Tetapi I don’t mind juga sih. Karena gue mengimplementasikan musik hip-hop juga,” lanjut Kara.
 
Apa yang dikatakan Kara tercermin dari karya-karyanya. Kara bukan tipikal penulis lirik yang obsesif akan isu-isu sosial, atau menjadikan hip-hop sebagai identitas perlawanan. Dia menghadirkan tema-tema ringan seputar kehidupan sehari-hari, dengan permainan gaya bercerita yang relate dengan banyak orang.
 
“Gue bikin musik yang gue rasakan, gue masih muda masih hang out with a lot of people. sekarang gue lagi mencari day-to-day language tetapi bisa punya story telling yang vivid.” 
 
“Gue enggak berani ngomong hal yang gue enggak alami, lebih baik gue berbicara hal sehari-hari yang gue alami dengan pengembangan di situ,” papar Kara.
 
Kini, Kara bergabung dengan Stacks, label rekaman yang berada di bawah naungan Warner Music Indonesia. Single terbaru Kara, “Shoe” masuk ke dalam album kompilasi Asiatic.wav Vol 2, yang juga memuat track dari artis-artis Asia lain. 
 
“Shoe” merupakan salah satu contoh bagaimana karakter penulisan lirik Kara yang berangkat dari hal-hal kecil di sekitarnya.
 
“Yang ingin gue bicarakan sebenarnya truth about everything. Gue ngulik hal-hal yang biasanya lo curhat sama teman lo, misal cerita meninggalkan pasangan demi yang lebih baik. Atau perselingkuhan. Hal jujur tetapi tabu. Atau misal topiknya soal menari, finding your groove. Gue selalu bingung kalau di party kenapa orang di sini enggak joget. itu hal kecil. kalau di luar itu joget. Kalau di sini antara mabok banget untuk joget atau tebar pesona. Lagu ‘Shoe’ itu dari awal bilang joget itu untuk lo. Di hip-hop mungkin yang bisa gue kasih enggak deep, tetapi hal-hal yang menyentil,” jelas Kara.
 

 

Disinggung soal bagaimana dirinya melihat industri hip-hop lokal hari ini  dari kacamata pendatang baru, Kara melihat bahwa talenta-talenta yang ada memiliki kualitas musikalitas yang baik. Kara melihat ada perkembangan pesat dari para rapper muda yang hadir setelah gelombang hip-hop lokal era 2016. Hal itu pula yang membuat dirinya semakin yakin melakukan eksplorasi luas, dengan melibatkan talenta-talenta baru yang datang dalam masa yang sama dengan dirinya.
 

“Culture hip-hop di sini enggak tiba-tiba. Dalam lima tahun terakhir masing-masing daerah pesat banget.”
 

“Di hip-hop ada dua lane, people who are in hip-hop because they’re live that life sama peoplewho are in hip-hop because that’s the music they want to create for the messages. Dan sekarang sudah mulai banyak kelihatan musisi hip-hop yang create music for the messages,” tutup Kara.
 

 

 
 

(ASA)


Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *