Jurnalisme data di media lokal: Pembelajaran dari Zonautara

Jurnalisme data di media lokal: Pembelajaran dari Zonautara

Menerapkan jurnalisme data di media lokal dan alternatif menjadi tantangan tersendiri bagi setiap jurnalis di ruang redaksi. Bagaimana mereka memilihnya dan menggunakan data untuk menghasilkan cerita?

Sesi bertajuk ‘Jurnalisme Data di Media Lokal dan Media Alternatif’ digelar dalam Konferensi Jurnalisme Data dan Komputasi Indonesia (DCJ-CI) 2022, Sabtu (27/7). Salah satu pembicara yang tampil, Ronny Buol, Pemimpin Redaksi Zonautara.com. Selain itu, Adi Marsiela, Pemred Ekuatorial, Eko Widianto, Pemred Terakota.id, Malang dengan moderator Muhammad Irham, AJI Jakarta.

Ronny, saat ini berposisi sebagai Pemimpin Redaksi media lokal Zonautara.com, yaitu media lokal yang berfokus untuk wilayah Sulawesi Utara. Mungkin publik tidak banyak gambaran bahwa ternyata perkembangan media lokal cukup signifikan di sana. Roni juga bicara tentang bagaimana selama beberapa tahun terakhir dia cukup giat untuk mengaplikasikan jurnalisme data ke dalam ruang redaksi yang dia kelola. Ia mempresentasikan ceritanya tentang bagaimana mengaplikasikan jurnalisme data di Zonautara.

“Saya menyampaikan peluang dan tantangan mempraktikkan jurnalisme data, khususnya di media lokal di daerah. Kami adalah media kecil, audiens bisa mengaksesnya. Kami belum sekitar lima tahun berdiri, tepatnya Mei 2017, ketika saya yang sudah sekitar 8-9 tahun di Kompas.com kemudian diajak untuk mendirikan media kecil ini,” kata Ronny.

Fokus Ronny dan kawan-kawan sebenarnya adalah Sulawesi Utara. Mereka tim kecil, saat ini terdiri dari tujuh orang, meski di awal 2017-2018 tim mereka cukup besar. Tetapi sesuai dengan pembelajaran dan riset yang mereka temui dalam empat tahun terakhir, mereka berpikir bahwa mereka cukup berkekuatan di bawah 10 orang saja.

“Zonautara.com, kami bisa dibilang bahwa merupakan media yang masih berpegang pada prinsip independen dan mandiri. Dalam arti, bahwa di Sulawesi Utara sendiri ada hampir lebih dari seribu media. Media online khususnya. Barangkali, dari apa yang kami temui selama ini, kami satu-satunya media online yang tidak bermitra atau tidak melakukan kontrak dengan pemerintah daerah,” cetus Ronny.

Praktik lain yang mereka usung adalah tak sekadar menyajikan berita. Ini cukup berat karena ketika mereka mengusung tagar ini mereka berupaya untuk tidak sekadar menjadi media online seperti lebih dari seribu media online yang ada di Sulut.

“Kami berupaya untuk menjadi berbeda, ingin menghadirkan jurnalisme yang berkualitas di Sulut dan juga ingin memberikan ruang agar isu yang terabaikan baik oleh media mainstream atau media yang sudah puluhan tahun, bisa tayang di media. Juga, dalam dua tahun terakhir, kami ingin duduk bersama dengan teman-teman media yang lain membentuk jejaring kolaboratif,” serunya.


Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *