Jelang Nataru, UMKM Produsen Sambal di Malang Ini Genjot Produksi

Jelang Nataru, UMKM Produsen Sambal di Malang Ini Genjot Produksi

tribunwarta.com – Jelang akhir tahun atau masa Natal dan Tahun Baru (Nataru), salah satu UMKM sambal botol di Pandanwangi, Kota Malang meningkatkan produksi sambalnya.

Heni Wardhani, pemilik usaha ini menggenjot produksinya meskipun harga cabai mulai merangkak naik

Menurutnya, pada momen jelang Nataru ini, dia bisa mengirim produk sambal botolnya ke beberapa toko ritel dan toko oleh-oleh di berbagai daerah di Jawa Timur hingga dua kali lipat.

“Untuk saat ini jelang Nataru produksi meningkat karena seperti tokoh oleh-oleh permintaannya lebih tinggi, biasanya kirim sebulan sekali, itu bisa lebih banyak atau dua kalinya, juga ke 7 toko ritel yang sudah kerjasama di Malang, Sidoarjo, Surabaya, karena ini kan termasuk high season,” kata Heni pada Kamis (8/12/2022).

Berbagai jenis sambal dengan 23 varian dijualnya yang setiap botol berisi 150 gram, seperti sambal bawang merah, sambal cumi asin, sambal kacang teri dan lainnya.

Menurutnya, saat ini harga cabai di kisaran Rp 38.000 per kilogramnya dan kondisi itu dirasanya masih aman.

“Kalau saya cabai dibawah Rp 50.000 per kilogram itu menurut saya masih normal, kalau diatas itu mahal,” katanya.

Namun, dia tidak memungkiri harga cabai yang terus naik akan berpengaruh terhadap ongkos produksi yang dikeluarkan. Selain itu hal tersebut juga berdampak terhadap keuntungan yang diperoleh.

“Terdampaknya pasti meningkatkan cost produksi, secara margin keuntungan berkurang, pas cabai lagi mahal-mahalnya bisa berkurang sampai 20 persen, kalau sekarang belum terlalu mahal,” katanya.

Heni memiliki cara untuk menghadapi saat harga cabai mahal dan tidak menaikkan harga jual yang ada. Ia melakukan perhitungan perencanaan Harga Pokok Penjualan (HPP) pertahun. Selain itu juga mengurangi stok produk dengan mengutamakan pesanan yang sudah masuk terlebih dahulu.

“Biasanya kita hitung rata-rata, kita hitung dalam enam bulan atau satu tahun rata-rata harga cabai berapa, pas mahal enggak sepanjang tahun, cuma di dua bulan paling lama tiga bulan, pas murahnya juga kapan, itu kita bisa sampai kasih promo, beli dua gratis satu,” katanya.

“Kedua kita mengutamakan pesanan, kita kurangi produksinya, jadi satu bulan kita produksi sekitar 3.000 botol, yang keserap 2.000 botol, sisanya kita stok buat sewaktu-waktu kirim, jadi kalau pas cabai mahal stok itu berkurang,” tambahnya.

Disisi lain, dia bersyukur justru permintaan produknya meningkat ketika harga cabai mahal. Tetapi Heni tetap mengimbangi produksi yang ada sesuai perencanaan HPP yang telah dilakukannya.

“Pas cabai mahal mungkin orang malas nyambal jadi beli supaya bisa irit, pas cabai murah malah permintaan menurun karena orang cenderung bikin sendiri. Tapi pas cabai mahal kita kurangi produksi dengan mengurangi stok di rumah, karena costnya terlalu tinggi,” katanya.

Tetapi, baginya kondisi paling terdampak saat harga kebutuhan pokok beberapa bulan lalu hampir bersamaan meningkat. Usahanya terpaksa menaikan harga produk yang ada.

“Kita enggak menaikkan harga ketika cabai naik, kecuali kalau semua bahan baku naik, kapan itu pernah naik selisih beberapa ribu pas minyak goreng mahal, harganya kalau sekarang perbotol Rp 25.000, sebelumnya beberapa bulan lalu Rp 23.000,” katanya.

Promosikan UMKM Anda dengan beriklan di jaringan Kompas Gramedia lewat . Konsultasikan strategi iklan bisnis Anda bersama tim sales sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *