Jadi Desa Devisa, Kabupaten Gresik unggulkan tenun Desa Wedani jadi produk ekspor

Jadi Desa Devisa, Kabupaten Gresik unggulkan tenun Desa Wedani jadi produk ekspor

Indonesia hingga saat ini telah memiliki 134 Desa Devisa per Juni 2022. Desa Devisa sendiri merupakan program pendampingan yang diprakarsai oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank dengan berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas (community development). LPEI adalah salah satu Special Mission Vehicle (SMV) dari Kementerian Keuangan.

Program Desa Devisa ini bertujuan memberikan kesempatan untuk wilayah atau daerah di Indonesia yang memiliki produk unggulan berorientasi ekspor guna mengembangkan potensi secara ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakatnya.

Sejak tahun 2021, Desa Wedani, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik menjadi salah satu Desa Devisa di Indonesia yang menghasilkan tenun Wedani dan berhasil diekspor hingga ke mancanegara, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, dan Ethiopia. Melalui acara Fashion Show Wastra Nusantara yang diadakan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) 2022 di Jakarta Convention Center pada Kamis (21/7), Kabupaten Gresik memamerkan hasil karya busana desainer lokal dan tenun Wedani bertajuk “The Beauty Tenun of Gresik”.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Gresik Nurul Haromaini menyebut tenun Wedani merupakan warisan budaya turun temurun yang saat ini sudah memasuki generasi ke empat.

“Tenun Wedani ini sudah sangat lama. Kami menyuplai permintaan baik dalam negeri, juga luar negeri yang dominan dibuat menjadi sarung,” ujar Nurul saat ditemui oleh Alinea.id di acara APKASI Otonomi Expo 2022.

Sebagai ketua Dekranasda, Nurul menyampaikan jika pihaknya bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kab. Gresik selama ini telah memberikan pembinaan kewirausahaan, seperti cara memasarkan baik offline maupun online dan cara memaksimalkan kinerja koperasi. Saat ini pun sudah banyak menurut Nurul pengrajin tenun yang mulai bergabung dalam koperasi, sehingga pengrajin bisa dengan mudah memasarkan produknya ke luar negeri

“Kalo secara teknis menenun, mereka sudah jago semua karena memang sejak dulu mata pencahariannya menenun. Kami Dekranasda mendampingi cara bagaimana mereka menjadi wirausahawan yang sukses dengan mengajarkan bagaimana produk-produk ini bisa terjual,” imbuhnya.

Nurul yang juga merupakan istri dari  Bupati Kabupaten Gresik Fandi Akhmad Yani menyatakan saat pandemi, industri  Tenun Wedani ini juga mengalami dampaknya di tahun 2021. Ia mengaku bahwa pengrajin kesulitan membeli bahan baku benang karena harganya menjadi sangat mahal.


Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *