Ini Makna Tahun Baru Islam 1 Muharram Bagi Kapolres Bangkalan AKBP Wiwit Ari Wibisono

Ini Makna Tahun Baru Islam 1 Muharram Bagi Kapolres Bangkalan AKBP Wiwit Ari Wibisono

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Bulan Muharram menjadi salah satu dari empat bulan mulia di dalam Islam selain Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab.

Bulan Muharram juga disebut sebagai Syahrullah al Asham yang berarti Bulan Allah yang sunyi.

Introspeksi diri sekaligus menimbang serta menilai apa saja amalan yang sudah diperbuat atau dosa apa yang sudah dilakukan, merupakan salah satu cara sebagian besar Umat Muslim dalam menyambut datangnya Bulan Muharram atau Tahun Baru Islam.

Tidak terkecuali bagi perwira polisi berpangkat dua melati di pundak, AKBP Wiwit Ari Wibisono yang baru sekitar tiga pekan menjabat Kapolres Bangkalan.

Bagi Wiwit, momen 1 Muharram Sabtu (30/4/2022) merupakan kesempatan bagi setiap Umat Islam untuk melakukan yang terbaik dalam Hablum Minannas, Hablum Minallah, serta Hablum Minal Alam.

“Muharram, Tahun Baru Islam, kita beragama Islam. Hari ini yang kita nikmati adalah karena tahun kemarin yang telah kita lakukan. Nah, di Tahun Baru Islam ini kita harus melakukan yang terbaik dalam urusan hubungan baik antar manusia, hubungan baik dengan Allah, dan hubungan baik dengan alam sekitar,” ungkap Wiwit kepada SURYA.co.id, Sabtu (30/7/2022).

Sebagai kapolres baru, apalagi dengan balutan nuansa Bulan Muharram, perwira menengah kelahiran Jakarta itu semakin bersemangat menggelar silaturahmi kepada sejumlah tokoh ulama di Kabupaten Bangkalan.

Terakhir, Wiwit mengunjungi kediaman pengasuh Ponpes Ibnu Cholil sekaligus Rois Syuriah PBNU, KH Imam Bukhori Cholil (Ra Imam) di Jalan Halim Perdana Kusuma, Ring-road Bangkalan, Jumat (29/7/2022) malam. Sebuah implementasi dari penerapan Hablum Minannas.

“Agar bisa kita nikmati hari esok yang lebih baik dunia-akhirat,” terang mantan Kapolres Pacitan itu.

Di kediaman Ra Imam, Wiwit memperhatikan dan mendengar langsung Hafidz Quran, santriwati Ibnu Cholil berusia remaja, Halimah membaca Surat Al Baqarah dengan mata tertutup.

Dua hafidz lainnya bahkan mampu dengan benar menerjemahkan sebuah ayat tanpa memegang terjemahan.

“Ini hadiah, hadiah, hadiah. Ini voucher nanti ditukar di Indomart. Dan ini (uang) untuk ditabung, beli buku. Terus, diteruskan terutama hafalin semua (Surat) Al Quran,” ujar Wiwit kepada Halimah.

Mendengar itu, Ra Imam hanya membaca tasbih, “Subhanallah, Subhanallah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar. Terima Halimah, itu hadiah jangan ditolak. Dia mau lanjut (menghafal) hingga 30 Juz komandan,” ungkap Ra Imam didampingi Sekretaris DPC PKB Bangkalan, Rofik.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *