Inflasi Inggris Kembali Tembus Level Tertinggi 40 Tahun gara-gara Harga Pangan Melonjak

Inflasi Inggris Kembali Tembus Level Tertinggi 40 Tahun gara-gara Harga Pangan Melonjak

tribunwarta.com – LONDON, Naiknya harga pangan ke level tertinggi sejak 1980 mendorong inflasi Inggris kembali mencapai dua digit pada bulan lalu. Ini menyamai rekor tertinggi 40 tahun pada Juli 2022 di tengah tingginya biaya hidup di negara itu.

Kantor Statistik Nasional (ONS) menyatakan indeks harga konsumen (IHK) tembus 10,1 persen secara tahunan pada September. Angka inflasi ini di atas prediksi para ekonom yang memperkirakan 10 persen dan naik dibanding Agustus sebesar 9,9 persen.

Harga makanan dan minuman non-alkohol menjadi pendorong terbesar inflasi September karena melonjak 14,5 persen. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak April 1980. Menurut laporan ONS, biaya hotel juga meningkat pada September.

“Rilis hari ini menyoroti bahaya bahwa inflasi yang mendasari tetap kuat bahkan ketika ekonomi melemah,” kata Kepala Ekonom Inggris di Capital Economics Paul Dales, dikutip dari Reuters, Rabu (19/10/2022).

Dia menunjuk kenaikan inflasi inti juga mencapai level tertinggi baru dalam 30 tahun, yakni mencapai 6,5 persen.

Kondisi ini akan semakin menekan rumah tangga Inggris, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Bank of England juga berada di bawah tekanan untuk menaikkan suku bunga bulan depan.

Sementara dukungan pemerintah untuk tagihan energi rumah tangga dan bisnis juga diragukan setelah Menteri Keuangan Inggris yang baru Jeremy Hunt membatasi cakupan program menjadi enam bulan, dari sebelumnya dua tahun.

Banyak rumah tangga menghadapi kenaikan biaya sebagai akibat langsung dari kejatuhan pasar keuangan dari agenda pertumbuhan ekonomi Perdana Menteri Liz Truss, yang sebagian besar dibalikkan oleh Hunt dalam upaya untuk memulihkan kepercayaan investor yang hancur di Inggris.

Bahkan tanpa gejolak politik dan keuangan baru-baru ini, Inggris terpukul keras oleh lonjakan harga gas yang disebabkan invasi Rusia ke Ukraina, yang telah menambah masalah pada rantai pasokan pasca-Covid dan kekurangan tenaga kerja, sehingga menciptakan tekanan yang kuat pada standar hidup.

Editor : Jujuk Ernawati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *