Indonesia Terancam Resesi, Begini Saran dari Ekonom UNAIR untuk Pemerintah

Indonesia Terancam Resesi, Begini Saran dari Ekonom UNAIR untuk Pemerintah

SURYA.CO.ID, SURABAYA – Baru-baru ini survei yang rilis oleh Bloomberg menunjukkan, bahwa Indonesia berada di peringkat ke-14 dari 15 negara yang terancam resesi.

Dalam survei tersebut, Indonesia terancam resesi dengan probabilitas sebesar 3 persen. Sementara, di urutan pertama diduduki oleh Srilanka dengan probabilitas mencapai 85 persen.

Meskipun kemungkinan resesi Indonesia kecil, namun kondisi ekonomi sekarang ini tetap patut diwaspadai.

Menanggapi kondisi perekonomian Indonesia saat ini, Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Imron Mawardi SP MSi menyarankan dua hal kepada pemerintah sebagai pemangku kebijakan.

Satu di antara dua hal tersebut berkaitan dengan ketahanan pangan, khususnya terkait peningkatan buffer pangan dan energi.

Menurut Dr Imron, Tidak dapat dipungkiri, jika resesi benar terjadi maka dampaknya ialah masyarakat sulit untuk menjangkau kebutuhan pokok seperti pangan dan energi.

“Sulitnya memperoleh barang-barang kebutuhan sendiri dipengaruhi ketersediaan yang minim dengan tren harga yang melambung tinggi,” ujarnya. Senin (25/7/2022).

Namun demikian, menurut Dr Imron, kondisi ini dapat diantisipasi dengan cara meningkatkan transportasi massal demi menghemat cadangan energi dan menambah buffer atau cadangan untuk pangan.

“Saya kira yang harus diwaspadai oleh pemerintah ke depan itu ialah pangan dan energi. Itu yang harus diperhatikan. Karena (di masa mendatang) ada peningkatan kebutuhan pangan dan energi yang besar, sementara produksi energi dan pangan itu boleh dikatakan stag begitu ya. Artinya sulit untuk ditingkatkan yang signifikan,” ungkap pakar ekonomi yang juga Wakil Dekan II Fakultas Teknologi dan Multidisiplin UNAIR itu.

Kebijakan pemerintah, sambung Dr Imron, dalam mengantisipasi kenaikan harga energi bisa dilakukan dengan cara meningkatkan produksi energi alternatif. Seperti tenaga surya atau meningkatkan transportasi massal untuk menurunkan penggunaan BBM pada kendaraan pribadi. Hal itu yang masih mungkin dilakukan, karena selama ini Indonesia masih menjadi net importir energi.

Kemudian, lanjut Dr Imron, kenaikan tren harga dari pangan dunia perlu dicarikan solusi dengan cara menambah buffer atau memperkuat ketahanan pangan sebelum terjadinya krisis. Hal ini penting dilakukan mengingat Indonesia masih cukup tergantung dengan beberapa produk pangan dunia.

“Ada tren bahwa pangan dunia akan naik, sementara kita cukup tergantung dengan beberapa produk pangan dunia seperti kedelai, jagung, kemudian produksi pangan yang lain yang trennya itu juga akan meningkat ke depan.

Sehingga, ini juga harus diantisipasi dengan pemerintah dengan membentuk buffer yang kuat disana (pangan, Red) termasuk juga padi,” tandasnya.


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *