Ikan Asap Pari dan Manyung Puger

Ikan Asap Pari dan Manyung Puger

tribunwarta.com – Jember – Puger merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Jember yang terletak di pesisir selatan laut Jawa. Puger dikenal sebagai daerah penghasil sumber daya laut melimpah, didukung dengan adanya hasil laut dan keberadaan Pelabuhan Perikanan yang menjadi pusat dari poros maritim masyarakat disana. Beberapa hasil komoditi dapat ditemui di wilayah Puger, mulai dari ikan siak-siak, ikan benggol, udang, kerang, ikan tongkol, dan juga ikan pari.

Berbicara mengenai hasil laut, tampaknya hal tersebut turut mempengaruhi daya dukung masyarakat Puger untuk berwirausaha menjadi pengrajin ikan. Tepat di daerah Puger Timur terdapat adanya sebuah sentra usaha rumahan yang dipimpin oleh seorang perempuan dengan melakukan pengasapan ikan pari. Pengasapan ikan merupakan salah satu teknik yang ada dalam hal pengawetan ikan. Pengawetan ikan dengan teknik pengasapan sendiri banyak dilakukan oleh orang-orang yang hidup di daerah pesisir yang dekat dengan sumber ikan.

Teknik pengawetan dengan pengasapan ini terbagi menjadi dua jenis yaitu secara alami dan mesin. Tiap jenis teknik ini memiliki keunggulan kelemahannya masing-masing. Pertama dengan menggunakan mesin, secara keunggulan dalam produksi memang lebih cepat karena memakai instrumen oven sebagai alat produksi, namun secara kualitas rasa cukup berbeda dengan yang menggunakan teknik alami. Sedangkan untuk teknik alami sendiri memiliki keunggulan dalam cita rasa, dimana bau dan rasa ikan hasil pengasapan memiliki bau yang lebih khas dan enak, sedangkan kelemahannya dalam kecepatan produksi tidak seefektif dengan yang menggunakan mesin karena bergantung dengan kepiawaian manusia dalam proses produksi.

Dalam wawancaranya, kami memutuskan untuk mengunjungi rumah Ibu Sumini yang bertempat di Desa Gumuk Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember. Dimana Ibu Sumini ini seorang pengrajin ikan asap yang menggunakan teknik secara alami dan tradisional. Usaha yang beliau lakukan ini sudah berjalan selama kurang lebih 10 tahun sejak beliau memiliki suami sampai menjadi janda sampai sekarang ini. Beliau sendiri melakukan usaha ini untuk mencukupi kehidupannya sehari-sehari sebagai seorang single parent yang memiliki 2 orang anak. Beliau juga bercerita kalau usaha ini muncul karena inisiasi beliau sendiri yang ingin mendapat uang sendiri dari rumah, karena kebetulan letak rumah sendiri dekat dengan pesisir pantai dan mudah untuk mendapat ikan, akhirnya beliau memutuskan untuk melakukan usaha teknik pengawetan ikan dengan pengasapan.

Ibu Sumini melalui penuturannya sudah melakukan kegiatan usaha ikan pari asap atau yang kerap disebut warga sebagai “Ikan Pe” selama bertahun-tahun lamanya. Dengan teknik yang masih tradisional, ibu mengatakan bahwa sengaja untuk tetap mempertahankan cara pengasapan seperti itu. Himbaunya agar kualitas dari ikan asap yang dihasilkan dapat terjaga dan rasanya jauh lebih enak.

Total pengrajin ikan pari asap yang ada di Puger Timur sendiri terdiri dari 3 orang. Satu diantara mereka sudah menggunakan teknik modern melalui oven sebagai proses pengasapan ikan. Ibu Sumini menuturkan bahwa ikan pari asap yang dihasilkan terkadang dijual ke pasar sekitar ataupun langsung pada tengkulak. Selain ikan pari, Ibu Sumini juga menyediakan olahan ikan asap Manyung bagi para konsumen. Untuk olahan ikan asap pari dan ikan asap Manyung oleh Ibu Sumini dibandrol dengan murah, yaitu Rp 15.000 per kemasan.

Proses pengasapan ikan dilakukan sehari satu kali dari pagi hingga sore hari. Tutur Ibu Sumini untuk mengasap ikan tidak dapat dilakukan setiap hari karena ketersediaan bahan baku yang tidak menentu. Namun ditentukan pada setiap musim bergantung dari banyak sedikitnya pasokan ikan yang ada di nelayan. Untuk omset tutur Ibu Sumini beliau menjelaskan bahwa tidak menentu bergantung dari persediaan ikan. Dari ikan yang dibeli ke nelayan, Ibu Sumini merogoh kocek sebanyak Rp 300.000,00 untuk sepuluh kilogram ikan pari. Dari 10 kilogram ikan tersebut nantinya akan dipotong-potong lagi menjadi 10-14 potongan yang jika di total secara keseluruhan mencapai 350 pcs. Nantinya dari 350 pcs tersebut akan dikemas menjadi 10 potong per kemasan dengan daya jual sebesar Rp 15.000,00. Total omset Ibu Sumini jika dikalkulasikan mencapai Rp 225.000,00 dari selisih modal yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dalam pemilihan ikan yang akan digunakan untuk proses pengasapan ini Ibu Sumini tidak asal pilih dalam menggunakan ikan. beliau sendiri bercerita bahwa ikan yang digunakan harus yang masih segar dari tangkapan laut yang ada. Menurut penuturan beliau ciri-ciri ikan yang masih fresh adalah matanya masih cerah, insangnya masih merah, dan yang paling utama adalah ikan tidak memiliki bau aneh.

Untuk jenis ikan yang dipilih Ibu Sumini dalam usaha budidaya pengasapan ini adalah ikan manyung dan ikan pari. Kedua ikan tersebut dipilih oleh beliau karena rasanya yang enak dan daging ikan tersebut cocok untuk teknik pengasapan. Namun pemilihan ikan ini juga dirasa memiliki kelemahan tersendiri karena hasil tangkapan laut nelayan jarang yang mendapat ikan tersebut, terutama ikan pari.

Walaupun saat ini Ibu berstatus sebagai janda, tak menyurutkan semangat beliau untuk terus berwirausaha sebagai pengrajin ikan asap. Menurutnya ikan asap yang dibuat beliau sangat digemari oleh masyarakat sehingga banyak orderan dari konsumen peminat.

Untuk kedepannya usaha ikan asap yang dimiliki ingin Ibu kembangkan kembali agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Saran dari kami selaku kelompok, dapat membantu Ibu untuk melakukan branding terhadap produk ikan asap Ibu baik dari segi kemasan maupun pemasaran sekitar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *