Habis Bertengkar? Jangan Lakukan 5 Hal Ini Setelahnya

Habis Bertengkar? Jangan Lakukan 5 Hal Ini Setelahnya

Jakarta: Dalam suatu hubungan, terlebih pasangan suami istri, berbeda pendapat itu biasa. Bahkan sampai terjadi pertengkaran pun biasa terjadi. Namun, jika keduanya sama-sama menyadari, adanya konflik sebenarnya bisa membantu pasangan tumbuh bersama.

Satu yang pasti, pertengkaran dengan pasangan bukanlah mencari siapa yang menang. Kadang, pertengkaran menjadi jalan untuk mencapai solusi yang memuaskan bagi suatu masalah, walaupun mungkin tampak seperti akhir dunia.

Namun, inilah cara memastikan argumen kamu produktif bukan destruktif. Hal yang perlu diingat, ada beberapa yang sebaiknya tidak kamu lakukan ketika selesai bertengkar dengan pasangan.

 

1. Jangan seolah tidak terjadi apa-apa

Mengabaikan atau berpura-pura tidak pernah terjadi bukanlah ide yang bijak. “Berbagi apa yang telah kamu pelajari setelah bertengkar dapat membantu memperbaiki kerusakan. Itu kunci untuk hasil yang sukses,” kata Lesli M. W. Doares, konsultan pernikahan di California dan penulis buku ‘Blueprint for a Lasting Marriage: How to Create Your Happily Ever After With More Intention, Less Work.’

Sesuatu memicu pertengkaran harus diatasi. Pasalnya, bila hal tersebut diabaikan, bisa terjadi berulang bahkan menjadi masalah yang lebih besar.



(Marni Feuerman, psikoterapis berlisensi di praktik pribadi di Boca Raton, Florida  mengatakan jika bertengkar sebaiknya tak kamu unggah di media sosial. Foto: Ilustrasi/Pexels.com)

 

2. Jika bertengkar, jangan unggah di medsos

Ingin mengungkapkan perasaan kepada teman, keluarga, atau siapa pun yang mau mendengarkan adalah wajar. Tapi perjuangan kamu dan pasangan bukan untuk konsumsi publik. 

“Ini bisa sangat merusak kepercayaan yang dimiliki pasangan untuk kamu,” ujar Marni Feuerman, psikoterapis berlisensi di praktik pribadi di Boca Raton, Florida kepada Reader’s Digest. 

Dan begitu kamu mengeluarkan sesuatu di forum publik, kamu tidak dapat menariknya kembali. Dan orang-orang kemungkinan akan menilai hubungan kamu, bukan menjadi lebih baik. Bila benar-benar perlu membicarakannya, House menyarankan untuk berbicara dengan orang kepercayaan tepercaya yang dapat memberikan nasihat yang seimbang dan jujur.

 

3. Jangan menunda menyelesaikan masalah

Semakin lama pertengkaran itu berlarut-larut, semakin kamu akan merasa marah. “Kemarahan dan perasaan sakit hati yang tidak terselesaikan dapat tumbuh jika tidak diselesaikan tepat waktu,” pungkas Antonia Hall, MA, psikolog, pakar hubungan, dan penulis The Ultimate Guide to a Multi-Orgasmic Life. 

Dengan membiarkan waktu berlalu, akan memperpanjang perselisihan dan terus menderita stres yang terkait dengannya. Setelah memiliki waktu untuk menenangkan diri, tinjau kembali masalahnya dan selesaikan.

 

4. Jangan tidak memaafkan 

Jangan menahan amarah dan tidak memaafkannya. Jika dia menawarkan permintaan maaf yang tulus, tulus, dan sepenuh hati, terimalah. Memaafkan adalah praktik yang baik dalam hubungan jangka panjang. Sadarilah bahwa tidak semua orang sempurna. 

Amarah atau kesal, dengan keras kepala tidak menerima permintaan maafnya hanya akan memperburuk situasi. Jika tidak bisa menerima permintaan maafnya, cari tahu apakah perlu mencari konseling atau melakukan hal lain yang akan membantu memulihkan kepercayaan dan koneksi.

 

5. Jangan mendiamkan pasangan

Tidak apa-apa jika kamu membutuhkan ruang setelah bertengkar. Namun, mendiamkan pasangan hanya akan memperbesar rasa sakit dan kemarahan. Pasangan mungkin merasa seperti sedang dihukum jika kamu mengabaikan atau mendiamkannya. Tidak apa-apa untuk mengatakan, ‘Saya perlu waktu untuk menenangkan diri sehingga kita dapat mendiskusikan ini secara rasional.’
(TIN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *