Gokil! Dulu Cuma Tukang Koran, Sekarang Hartanya Rp57 Triliun

Gokil! Dulu Cuma Tukang Koran, Sekarang Hartanya Rp57 Triliun

tribunwarta.com – Howard Schultz harus menghadapi jalan berliku untuk meraup keuntungannya saat ini. Bos Starbucks ternyata sudah mulai bekerja dari usia muda dan bahkan menjadi tukang koran.

Masa kecilnya harus menghadapi kesulitan keluarga setelah sang ayah Fred terkena kecelakaan. Fred sebelumnya merupakan mantan angkatan bersenjata dan bekerja sebagai supir.

Sayang saat kecelakaan, Fred tak memiliki asuransi kesehatan dan tidak bisa membayar pengobatan. Itulah yang membuat keluarga Schultz kesulitan ekonomi dan membuat Howard yang saat itu berusia 12 sudah mulai bekerja seperti tukang koran dan pelayan kafe. Pada usia 16 tahun, dia bekerja sebagai penjaga toko.

Howard pernah meraih beasiswa kuliah dan masuk ke Northern Michigan University jurusan komunikasi. Setelah lulus, dia pernah bekerja di Xerox sebagai sales manajer selama tiga tahun.

Perkenalan pertamanya dengan gerai Starbucks terjadi saat bekerja di perusahaan Swedia, Hammaplast. Saat itu Starbucks hanya kedai kopi kecil yang didirikan oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bowker.

Melihat ada peluang, Schultz yang saat itu berusia 29 tahun mencoba melamar di Starbucks. Akhirnya dia bekerja di divisi marketing dengan gaji yang jauh lebih rendah dari Hammaplast.

Setahun di Starbucks, dia dikirim ke Italia untuk belajar mengenai industri kopi. Dari sanalah dia mendapat ide pengembangan bisnis Starbucks.

Saat itu dia melontarkan ide untuk membuat cafe yang nyaman bagi para pembelinya. Di Italia telah mencoba konsep ini karena para pengunjung menghabiskan waktu berjam-jam untuk menikmati kopi.

Resign, Mendirikan Cafe Baru dan Kembali ke Starbucks

Sayangnya ide itu ditolak karena dianggap merugikan. Akhirnya Schultz memutuskan keluar dari Starbucks dan mendirikan kedai kopinya bernama Il Giornale dengan modal US$1,7 juta.

Namun bisnisnya tak berjalan mulus karena harus mencari pinjaman dana. Dia mengaku meminta bantuan pada 242 orang namun 217 orang menolaknya.

Dua tahun mengerjakan Il Giornale, Schultz mendengar pemilik Starbucks berencana menjual gerai, peralatan pembuat kopi, dan nama brand. Mereka menawarkan harganya senilai US$4 juta.

Dia berusaha untuk melobi pinjaman dana, dan salah satunya adalah Bill Gates yang menjadi investor pertama Starbucks. Terbukti di bawah kepemimpinan Schultz, Starbucks berkembang pesat dengan 165 gerai pada 1992.

Saat itu Starbucks mengantongi pendapatan bersih US$93 juta dan juga melakukan IPO. Tahun 2000, Starbucks merambah ke negara lain dan mendirikan 3.500 gerai di banyak negara dan total pendapatannya US$2,2 miliar per tahun.

Namun kesuksesannya juga sempat mandek, saat dia harus menutup 7.100 gerai tahun 2008 di AS. Namun 2010 pendapatannya melonjak tiga kali lipat dari US$315 juta menjadi US$945 juta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *