Geram Jalan Menuju Pabrik Gula Kembali Hancur, Warga Blitar Ancam Tutup Total dari Truk-Truk Tebu

Geram Jalan Menuju Pabrik Gula Kembali Hancur, Warga Blitar Ancam Tutup Total dari Truk-Truk Tebu

SURYA.CO.ID, BLITAR – Jalan desa rusak yang disusul aksi penanaman batang pohon pisang seperti menjadi aksi musiman di desa-desa menuju pabrik gula PT Rejoso Manis Indo (RMI) di Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Senin (31/20/2022), aksi penutupan jalan dengan menanam pohon pisang kembali dilakukan warga sebagai protes atas kerusakan jalan desa akibat lalu lintas truk-truk tebu menuju PT RMI.

Aksi itu dilakukan di jalan sepanjang 10 KM di Desa Ngembul, Kecamatan Binangun, untuk menuntut perhatian dari pihak pabrik gula dan Pemkab Blitar. Karena kerusakan jalan desa terjadi akibat dilewati ratusan truk tronton yang mengirim tebu ke pabrik tersebut.

Selain menanami pohon pisang, warga yang marah juga meletakkan belasan saks pasir di sepanjang jalan yang rusak, terutama di jalan yang berlubang. Aksi itu dilakukan mulai dari jembatan Kali Brantas atau Utara Pasar Ngembul sampai ke Selatan balai desa setempat.

“Jalannya sudah tidak bisa dipilih karena semua seperti sudah berubah jadi lubang sewu. Itu karena saking banyaknya lubang sehingga kalau hujan berubah jadi kubangan,” ujar seorang warga.

Aksi warga itu menjadi perhatian polisi dan TNI yang bersiaga di lokasi meski tak melakukan tindakan apapun. Mereka hanya diam ketika melihat warga menaruh tumpukan saks pasir dan berbagai penghalang lainnya di tengah jalan, seperti batang kayu.

Sesekali para petugas mengatur kendaraan yang kerepotan melintas karena protes warga kali ini tidak seperti aksi-aksi sebelumnya, yang langsung menutup jalan desanya. Namun semua kendaraan masih bisa melintas meski bergantian, termasuk truk tebu juga masih bisa melintas.

Meski begitu warga tidak menampik kemungkinan memblokir total jalan itu dari lalu lintas, terutama truk-truk tebu. “Namun kalau masih tidak ada kepedulian dari pihak pabrik tebu, tidak menutup kemungkinan, jalan desa kami ini akan kami tutup total,” tegas warga.

Menurutnya, warga terpaksa kembali turun ke jalan karena pabrik tebu dianggap tutup mata dengan penderitaan yang dialami warga. Saat musim hujan seperti ini, jalan desa yang aspalnya sudah mengelupas berubah jadi kubangan karena tertutup air hujan.

Akibatnya, sering terjadi kecelakaan motor apalagi saat hujan pada malam hari, sudah tak bisa dihitung berapa banyak pengendara motor yang terjerembab di jalan rusak itu. “Sebaliknya, kalau tak musim hujan, jalan berubah berdebu apalagi yang lewat truk-truk besar bermuatan tebu, kami seperti dihujani debu,” paparnya.

Sejak pabrik gula PT RMI berdiri, persoalan dengan warga seperti tak pernah tuntas. Mulai dugaan pencemaran sungai, dugaan penyerobotan lahan, sampai jalan desa yang rusak di mana-mana. Bahkan kerusakan jalan itu sudah menjadi masalah abadi yang tak pernah terselesaikan, meski sudah berkali-kali diprotes.

Bahkan kerusakan jalan semakin parah dan meluas sampai sekitar 10 KM. Kerusakan terjadi sejak dari Dusun Brongkos, Kecamatan Kesamben sampai Desa Rejoso, Kecamatan Binangun atau sebelum masuk ke kawasan pabrik gula. Bukan hanya berlubang, namun jalan di dekat pabrik itu sudah hancur.

“Gimana tak hancur, yang lewat itu truk tronton dengan muatan tebu di atas 30 ton, sementara jalan desa kami hanya ditambal dengan pasir dan semen. Begitu dilewati dua kali, tambalannya mengelupas lagi, sehingga warga menuntut kali ini harus ada perbaikan total,” ujarnya.

Sementara, Pitoyo, Kades Ngembul mengatakan, aksi itu spontanitas dan memang keinginan warganya karena mereka menuntut agar semua pihak punya kepedulian atas kondisi jalan desanya yang rusak. “Kami nggak bisa berbuat banyak karena memang faktanya demikian. Dan, yang aksi itu warga kami sendiri,” kata Pitoyo.

Tidak ada perwakilan pemda yang memantau protes warga itu namun pihak PT RMI sudah meresponsnya. Putut Hendaruji, Deputy Project Manager PT RMI mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan anggaran untuk perbaikan jalan di sejumlah desa yang rusak itu. “Namun untuk sementara agar tidak memperparah kerusakan jalan itu, truk-truk yang mengirim tebu itu dihentikan dulu,” kata Putut. *****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *