Film Animasi Garuda Eleven Tak Kalah Dibandingkan Captain Tsubasa

Film Animasi Garuda Eleven Tak Kalah Dibandingkan Captain Tsubasa

Jakarta: Setelah sukses dengan film animasi Riki Rhino, rumah produksi Batavia Pictures menyiapkan animasi lain yang tak kalah apik. Salah satunya film animasi berjudul Garuda Eleven yang mengangkat teman soal sepakbola Indonesia.
 
“Film ini mengisahkan tentang para remaja yang berjuang mempertahankan nasib football academy mereka yang bernama Praja Garuda Kencana,” kata Script Writer dan Ide Cerita Batavia Pictures, Sweta Kartika dalam keterangan tertulisnya.
 
Animasi Garuda Eleven ingin menghadirkan dan menonjolkan lagi semangat daya juang klub sepakbola Indonesia di kancah internasional yang belakangan semakin jarang terlihat. Sama-sama mengangkat kisah berlatar dunia sepakbola, Sweta menjamin Garuda Eleven tidak akan mengikuti Captain Tsubasa yang berasal dari Jepang.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Kami riset dahulu untuk membuat animasi ini dan sudah kami rencanakan menjadi animasi 3 dimensi. Tadinya mau fantasy seperti Tsubasa di mana bola melambat dan melayang di udara, tapi kurang cocok. Kami akan sesuaikan dengan webtoonnya,” jelasnya.
 
Film animasi Garuda Eleven akan diluncurkan bertepatan dengan Piala Dunia U-23 yang akan berlangsung pada tahun 2024. Sejauh ini belum diumumkan siapa saja yang akan mengisi suara di animasi Garuda Eleven.
 
Garuda Eleven berkisah tentang sebuah football academy Praja Garuda Kencana dalam merekrut dan membiayai pelatihan anak-anak remaja berbakat dari seluruh pelosok Indonesia untuk dilatih menjadi pemain bola andal.
 
Namun, menyatukan ego anak-anak remaja itu sangatlah sulit. Galang (32), sang coach muda yang juga merupakan anak dari pemilik football academy tempat siswa Garuda Eleven digembleng, harus berjuang melawan egonya sendiri saat anak didik terbaiknya, Riga (14) si anak kota terus-terusan ribut dengan Cecep (14) si anak kampung.
 
Belum lagi membangkitkan kepercayaan diri anak-anak dari pelosok, seperti Aru dari Maluku dan Hao dari Nias, yang juga tak kalah menantang. Namun, sesulit apa pun, Galang ingin membuktikan bahwa hanya dengan memberi kesempatan bagi anak-anak pelosok inilah mimpinya mewujudkan klub berkualitas dan berprestasi secara internasional bisa terwujud.
 

(ELG)


Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *