Emiten Kelapa Sawit STA Resources Bagi Dividen Tunai Rp359,03 Miliar

Emiten Kelapa Sawit STA Resources Bagi Dividen Tunai Rp359,03 Miliar

Medan: Pemegang saham emiten perkebunan kelapa sawit yang baru tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) atau STA Resources menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp359,03 miliar. Angka ini setara dengan 33,34 persen Dividend Payout Ratio (DPR) dan 2,87 persen Dividend Yield (per harga saham Rp1.250).
 
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) sekaligus paparan publik secara daring, sejumlah agenda penting disetujui di antaranya pengesahan Laporan Tahunan Tahun Buku 2021 dan penetapan penggunaan laba bersih Tahun Buku 2021 yang senilai Rp1,08 triliun.
 

Dividen ini terdiri dari Rp250 miliar sebagai dividen interim yang sudah dibagikan kepada para pemegang saham sebelum perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) dan Rp109,03 miliar atau setara dengan Rp10 per lembar saham yang dibagikan sebagai dividen tunai.
 
Direktur Utama STA Resources Mosfly Ang, mengatakan perseroan memang berkomitmen akan membagikan dividen kepada para pemegang saham sesuai dengan komitmen saat perusahaan memutuskan untuk listing di BEI. Saham STAA pertama kali resmi tercatat (listing) di papan perdagangan BEI pada 10 Maret 2022. Selain itu, perseroan juga berkomitmen untuk membagikan dividen sebesar 30 persen DPR di tahun mendatang.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Setelah IPO, kami berencana membagikan dividen kas kepada pemegang saham dikisaran 30 persen dari laba bersih dengan tidak mengabaikan tingkat kesehatan keuangan kami dan tanpa mengurangi hak dari RUPS untuk menentukan lain sesuai dengan anggaran dasar perseroan,” jelasnya dalam paparan publik, dikutip dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 16 Juli 2022.
 
Adapun dari laba bersih 2021, akan dialokasikan Rp218,07 miliar untuk dana cadangan wajib perusahaan dan sisa dana yang belum ditentukan penggunaannya akan ditetapkan sebagai laba ditahan untuk mnambah modal kerja perusahaan.
 
Tahun lalu, perseroan berhasil membukukan penjualan neto Rp5,88 triliun, naik 39,96 persen dari penjualan neto 2020 Rp4,20 triliun. Dari penjualan tersebut, laba periode tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,08 triliun, meroket 162,72 persen dari Rp410,03 miliar di 2020.
 
Di sisi lain, dalam RUPST tersebut juga disampaikan laporan realisasi penggunaan dana bersih hasil IPO sebesar Rp526,69 miliar. Per Juni 2022, dana IPO sudah dipakai untuk pembangunan refinery Rp1,48 miliar (0,28 persen dari target alokasi), pembangunan fasilitas dermaga Rp304 juta (0,06 persen) dan tangki timbun Rp25,50 juta (0,00 persen). Jadi, dana IPO baru terpakai Rp1,81 miliar dan tersisa Rp524,88 miliar yang belum digunakan.

Prospek bisnis 2022

Mosfly menjelaskan, tahun lalu kondisi usaha di seluruh dunia belum normal akibat kasus covid-19. Namun di tengah ketidakpastian itu, perseroan mampu membukukan kenaikan kinerja yang signifikan seiring dengan naiknya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai produk utama perseroan di pasar dunia.
 
Pada 2021, perseroan berhasil menjual 574.539 ton produk, meliputi minyak sawit, minyak inti sawit, Tandan Buah Segar (TBS), inti sawit, bungkil sawit dan ampas sawit. Namun jumlah volume penjualan itu turun tipis 4,73 persen dari 2020 sebesar 603.051 ton.
 
Menurut dia, pencapaian kinerja perseroan sangat diuntungkan dengan harga CPO di pasar internasional yang pernah mencatat level tertinggi dalam sejarah Indonesia yaitu USD1.435 per ton di CIF Rottterdam dan 5.400 ringgit Malaysia ton di Malaysian Derivatives Exchange (MDEX).
 
Mosfly meyakini prospek sawit sangat menjanjikan, apalagi produk CPO dan turunannya masih menjadi komoditas unggulan penyumbang devisa Indonesia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) bahkan mengungkapkan nilai ekspor CPO menembus USD35 miliar di 2021, naik 52,8 persen dari USD22,9 miliar di 2020.
 
“Harga CPO juga akan tetap menguat dengan dimulainya kembali program Biodiesel 35 (B35) Indonesia atau B40 sesuai kebijakan pemerintah ke depan,” katanya.
 
Sebab itu, perseroan akan fokus mengembangkan hilirisasi sehingga memberikan nilai tambah dari produk baru dan terjadi diversifikasi basis pelanggan. “Kami telah melakukan hilirisasi usaha ke industri Pabrik Pengolahan Inti Sawit, Pabrik Ekstraksi Ampas Inti Sawit dan juga segera membangun industri Pabrik Minyak Goreng,” jelasnya.
 
Di bidang pemasaran, STAA akan meningkatkan kinerja bisnis hulu (upstream) dan ekspansi di bisnis hilir (downstream) melalui pembangunan refinery berkapasitas 2.000 MT CPO per hari, bersamaan dengan pembangunan fasilitas dermaga dan tangki timbun berkapasitas 35 ribu MT akan selesai pada Oktober 2023.
 
Direktur Keuangan STAA Lim Chi Yin mengungkapkan kinerja kuartal I-2022 sangat positif dengan pendapatan Rp1,63 triliun, naik 44,24 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp1,13 triliun. Laba bersih diraih Rp432,39 miliar, melesat 155 persen dari tahun sebelumnya Rp169,67 miliar. Dengan kinerja yang kuat, STAA juga meringankan tingkat utangnya dengan pelunasan sebesar Rp117,00 miliar kepada Bank Mandiri.
 
“Aset kami solid Rp7 triliun dengan kewajiban Rp2,83 triliun, ekuitas Rp4,17 triliun sehingga rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio [DER] kami terjaga di level 0,67 kali,” ungkap Lim.
 
Penjualan terbesar di kuartal I-2022 masih dari produk minyak sawit Rp1,31 triliun atau 80,36 persen dari total pendapatan. Sementara sisanya disumbang inti sawit, lalu TBS, bungkil sawit dan ampas sawit. Penjualan ke pasar lokal dominan mencapai Rp1,61 triliun, sisanya Rp22,54 miliar untuk ekspor.
 
Dia mengatakan bisnis CPO berpotensi besar dapat menguntungkan produsen karena margin laba yang besar, permintaan internasional yang tinggi diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia sebesar 9,6 miliar pada 2050, lalu tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibanding minyak nabati yang lain, dan gencarnya kampanye penggunaan biofuel secara global.
 
“Sejumlah faktor tersebut diiringi dengan harapan membaiknya perekonomian Indonesia dan upaya pemerintah mengatasi pandemi. Kami optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan kinerja yang stabil di masa mendatang,” pungkasnya.
 

(SAW)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *