Ekonomi Diramal Suram, Tapi Harga CPO Kok Ogah Turun?

Ekonomi Diramal Suram, Tapi Harga CPO Kok Ogah Turun?

tribunwarta.comJakarta, CNBC Indonesia – Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) naik tipis di sesi awal perdagangan Kamis (01/12/2022), setelah sukses membukukan kenaikan di sepanjang November 2022 sebesar 4,5%.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan menguat tipis 0,05% ke MYR 4.236/ton pada pukul 08:26 WIB.

Wang Tao, analis komoditas Reuters menilai harga CPO akan menguji titik resistance di MYR 4.329/ton, penembusan di atasnya dapat menyebabkan kenaikan ke MYR 4.400-4.497/ton.

Pada Rabu (30/11), harga CPO Malaysia berakhir menguat tipis 0,45% menjadi MYR 4.234/ton (US$ 953,86/ton) dan menjadi penutupan tertinggi sejak 11 November 2022. Dengan begitu, harga CPO sukses membukukan kenaikan selama dua bulan beruntun dan telah melesat 4,5% pada November 2022.

Kenaikan harga CPO tampaknya didorong oleh nilai ekspor CPO Malaysia yang naik. Surveyor Kargo Intertek Testing Services dan Amspec Agri melaporkan ekspor CPO pada November naik antara 1,7%-5,6% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Laju CPO juga dipengaruhi oleh kenaikan pada minyak saingan. Harga minyak kedelai di Dalian ditutup melonjak 2,1%, sedangkan minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) ditutup naik tipis 0,6%. Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Sehingga, ketika harga minyak saingan naik, tentu akan mengerek harga CPO di pasar nabati.

Di sisi lainnya, Dewan Minyak Sawit Malaysia kembali mempertahankan pajak ekspor CPO pada Desember sebesar 8% dan meningkatkan harga referensinya.

Sementara, pemerintah Indonesia menetapkan harga acuan CPO sebesar US$ 824,32/ton untuk pengiriman 1-15 Desember 2022. Dengan begitu, harga referensi akan menempatkan pajak ekspor pada US$ 33/ton dan retribusi pada US$ 85/ton, tidak berubah dari periode 16-30 November 2022.

Kenaikan CPO terbatasi oleh penguatan ringgit Malaysia. Pada Rabu (30/11) ringgit Malaysia melesat 2,1% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) membuat CPO menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing.

Namun, perusahaan perkebunan raksasa FGV Holdings memprediksikan harga CPO pada kuartal IV-2022 akan berada pada level MYR 4.000 (US$ 894,65/ton).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *