CEK FAKTA: Tidak Benar Program Bulan Imunisasi pada Anak Berbahaya

Merdeka.com – Beredar informasi yang mengatakan bahwa vaksin pada kegiatan imunisasi pada anak berbahaya. Dalam unggahannya vaksin yang digunakan untuk membuat manusia terutama anak sakit sehingga menjadi pelanggan tetap rumah sakit dan obat-obatan kimia.

Selain itu disebutkan bahwa vaksin merupakan proses depopulasi untuk mengurangi jumlah penduduk dengan cepat. Tangkapan layar yang beredar disertai dengan narasi agar masyarakat berhati-hati terhadap program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di sekolah.

Hati2 program vaksin BIAN disekolah. Lindungi anak2 kita semuanya. Anak Indonesia harus Sehat dan Cerdas,” narasinya.

cek fakta tidak benar program bulan imunisasi pada anak berbahaya

Twitter

Penelusuran

Hasil penelusuran, Vaksin BIAS adalah kegiatan imunisasi lanjut pada anak sekolah dasar. Imunisasi yang diberikan pada golongan tersebut berupa vaksin campak, difteri tetanus (DT), dan tetanus difteri (TD).

Tujuan pemberian vaksin kepada anak ini, antara lain adalah untuk memperpanjang antibodi atau kekebalan, terutama terhadap penyakit difteri, tetanus, campak, dan rubella, karena penyakit-penyakit ini tidak hanya dapat dialami mereka ketika masih bayi tetapi juga bisa terjadi saat mereka di usia sekolah.

Dilansir dari health.detik.com, pemerintah menyelenggarakan imunisasi BIAS karena merasa imunisasi waktu bayi belum cukup untuk melindungi penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi) bagi usia anak sekolah. Hal ini didasarkan adanya penurunan terhadap kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi.

Sementara itu, dilansir dari situs covid19.go.id, cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi turun drastis, selama pandemi Covid-19. Ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021.

Untuk mengejar cakupan imunisasi yang rendah, pemerintah menggelar Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang berlangsung dua tahap.

Yakni Tahap I di seluruh provinsi di luar Pulau Jawa dan Bali yang sudah dimulai bulan Mei 2022, dengan imunisasi yang diberikan berupa imunisasi campak rubela untuk usia 9 sampai 15 tahun, serta imunisasi kejar untuk anak usia 12 sampai 59 bulan yang tidak lengkap imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib.

Sedangkan untuk BIAN Tahap 2 akan berlangsung di seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali mulai Agustus 2022. Imunisasi yang diberikan adalah imunisasi campak rubella menyasar usia 9 sampai 59 bulan, dan imunisasi kejar pada anak usia 12 sampai 59 bulan yang tidak lengkap imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib.

Bila kesenjangan imunitas ini tidak segera dikejar maka akan terjadi peningkatan kasus dan KLB (Kejadian Luar Biasa) yang akan menjadi beban ganda di tengah pandemi. Ayo vaksin/imunisasi, agar kita terlindungi.

Kesimpulan

Program vaksin untuk anak yang diklaim berbahaya dan memiliki tujuan tidak baik tersebut adalah tidak benar. Faktanya, program vaksin ini bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada anak terhadap berbagai penyakit.

Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan. Pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Referensi

[noe]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *