Bryan Gunawan, Berpegang pada Purpose-Driven Leadership

Bryan Gunawan, Berpegang pada Purpose-Driven Leadership

Bryan Gunawan, Berpegang pada Purpose-Driven Leadership
Bryan Gunawan,VP of People Lemonilo.

Menduduki posisi sebagai VP of People Lemonilo, bagi Bryan Gunawan, ibarat pucuk dicita ulam tiba. Sejak dulu ia memang suka dengan kegiatan yang berhubungan dengan people. Apalagi, jika bisa empowering voice and ideas mereka.

Sebelum bergabung dengan Lemonilo, Bryan telah mendirikan komunitas On That Point (OTP). Ini adalah komunitas yang mewadahi setiap orang agar berani speak up; mengekspresikan kebebasan bersuara.

Obsesi Bryan nampaknya tidak lepas dari pengalaman masa lalu yang kurang mengenakkan. Bryan kecil tumbuh dalam dilema terkait perceraian orang tuanya. Saat itu ia merasa tidak punya suara di dalam keluarga. Meskipun ingin menyuarakan isi hatinya, suaranya tertekan dan bahkan tidak didengar. Hal itu membuatnya luka sekaligus terobsesi agar anak-anak lain tidak mengalami situasi seperti yang pernah ia alami.

 Lewat yayasan OTP, Bryan berusaha berdamai dengan keadaan sekaligus ingin membantu orang-orang lain yang memiliki masalah yang sama dengannya. Sebab, menurutnya, jangan sampai seseorang kehilangan tujuan karena hal-hal yang tidak diinginkan. “Saya percaya purposedriven leadership. Purpose dibutuhkan untuk menjadi pegangan agar dapat sustain dalam menjalani pekerjaan ataupun dalam memimpin,” katanya.

Ada tiga elemen yang menguatkan purpose-driven leadership tersebut, yaitu cause, creation, dan consistency. Cause adalah alasan atau sebab mengapa tujuan itu dilakukan. “Pada umumnya, semua orang (pemimpin) punya tujuan, tapi tak semua orang tahu apa dan ke mana arah tujuan mereka,” papar Bryan dalam Virtual Conference & Awarding Indonesia Young Business Leaders Award 2021. Padahal, menurutnya, purpose bisa menjadi pegangan agar mereka tidak salah langkah karena berbagai gangguan yang menjebak di sekelilingnya

Yang kedua, creation, yakni memahami bahwa bekerja bukan sekadar menjalankan tugas, melainkan bagaimana dapat memberi dampak pada orang lain dan perusahaan. “Kerja bukan hanya instruksi, melainkan kita harus melihat dampak kerja yang dilakukan itu apa. Sehingga, bisa menciptakan ekosistem yang menciptakan motivasi yang jauh lebih besar secara distribusi kerja,” ia menjelaskan.

Ketiga, consistency. Ini adalah syarat mutlak untuk memperoleh hasil terbaik. Konsisten membutuhkan daya juang; bagaimana kita konsisten terus-menerus menjalankan apa yang menjadi rencana dan cita-cita. “Hal inilai yang menjadi dasar berpikir dan inspirasi saya,” ungkapnya.

Sebagai salah seorang leader, Bryan belajar bahwa komunikasi itu sifatnya reaksi, bukan respons. Dan, terkait dengan komunikasi itu, banyak sekali tujuan yang sama tapi mendapatkan reaksi yang berbeda.

Intinya, Bryan berpesan, kebebasan berekspresi jangan sampai membuat salah kaprah. Justru sebaliknya, bekerja dengan tujuan yang tepat, dengan purposedriven itu sendiri, itu akan memberikan impact yang luar biasa.

Beruntung, Lemonilo sangat memahami paradigma berpikir yang ia kembangkan. Serupa dengan OTP, Lemonilo pun punya misi menciptakan generasi hebat dan sehat. “Ketika saya punya tujuan untuk menciptakan dampak baik bagi orang banyak dan itu bisa saya kerjakan lewat Lemonilo, tentu ini sangat membahagiakan kami dalam berkarya,” kata Bryan yang ingin melakukan transformasi dan inovasi terkait dengan legacy/warisan.

Ia meyakini, dalam menerjemahkan purpose, pada akhirnya akan kembali kepada karya dan kinerja. Dan, kalau bicara soal karya dan kinerja, yang dibicarakan adalah performance dan potensial. “Ini memang sebuah framework yang lazim ditemui di bagian Human Resources Development (HRD),” ujarnya.

Agar hasilnya optimal, Bryan mencoba berinovasi karena banyak sekali mind-box model yang diterjemahkan menjadi bentuk normal-distribution. Contohnya, distribusi normal dan terstandar-full entire across organization. Apa yang kemudian dilakukan?

“Saya menciptakan relative-distribution. Kurva yang saya pakai adalah kurva distribusi relatif, di mana itu sesuai dengan sebarannya, sesuai dengan kuartalnya, dan terutama terjemahannya sesuai dengan business unit masing-masing,” ia menjelaskan.

Jadi, kalaupun ada kompetensi dalam tiap-tiap potensinya, menurut Bryan, itu biasanya standarnya sesuai dengan kustomisasi tiap-tiap function. Juga dalam soal performance, mereka punya pilihan apakah mau pakai rating atau campuran rating dan KPI.

Program reseller Lemonilo, yang bernama Wiranilo, hadir untuk membantu masyarakat memulai wirausaha dari rumah, dengan modal rendah dan syarat pendaftaran yang mudah. Siapa pun yang bergabung menjadi Wiranilo akan dibekali dengan berbagai kelas wirausaha dan bimbingan bisnis gratis dari ahlinya.

Kali ini, Lemonilo menghadirkan rangkaian kelas untuk pengembangan bisnis Wiranilo bersama para pengajar yang ahli di bidangnya melalui Wiranilo Academy. Tidak hanya untuk pemula, Wiranilo Academy juga terbuka untuk para Wiranilo yang berpengalaman dan ingin mengembangkan bisnis/wirausaha lebih lanjut.

Ada tiga jenis kelas yang bisa diikuti Wiranilo di Wiranilo Academy, mulai dari beginner class, intermediate class, dan advanced class. “Intinya, kami berusaha lakukan dalam level Lemonilo untuk men-drive engagement dan juga education,” kata Bryan bersemangat.

Selain berinovasi mengembangkan Wiranilo, pada saat yang sama Bryan juga melakukan Bryan Gunawan’s Project. Sebuah proyek buat anak muda, untuk membuat pelatihan interpretasi dengan kurikulum sepanjang enam bulan intensif. Ia tidak mempersoalkan jika dalam perjalanan banyak kegagalan yang terjadi.

“Tidak mengapa, satu hal yang saya percaya adalah harus terus belajar, konsisten. Kalau kita bicara konsistensi, berarti kita bicara soal profesionalisme dan mencetak leader baru,” katanya. Juga, ia menegaskan, terus mengedepankan purpose-driven leadership itu. (*)

Dyah Hasto Palupi/Arie Liliyah

www.swa.co.id


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *