Bicara Peran Indonesia di Dunia, Sekjen PDIP Ungkit Era Soekarno hingga Jokowi

Merdeka.com – Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menilai, pemimpin nasional harus memiliki pemahaman terhadap geopolitik Indonesia, khususnya cara pandang outward looking.

Hasto memaparkan hal itu sudah pernah dibuktikan Sang Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno. Saat itu, atas perjuangan Bangsa Indonesia, bangsa-bangsa Asia Afrika seperti Maroko, Tunisia, Sudan, Aljazair, bisa merasakan kemerdekaan karena campur tangan Indonesia.

“Bahkan ketika Pakistan berjuang melawan Inggris, Indonesia mengirimkan angkatan perangnya. Atas upayanya tersebut, pada tahun 1965, Bung Karno mendapat gelar sebagai pendekar dan pahlawan kemerdekaan bangsa Islam, melalui Konferensi Islam Asia Afrika,” kata Hasto saat menggelar acara wisuda ke-127 di Aula Universitas Negeri Padang (UNP), seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (3/7).

Menurut Hasto, spirit kepemimpinan Indonesia sebagai bangsa besar di tengah dunia juga ditunjukkan oleh Presiden Kelima Megawati Soekarnoputri. Hal itu dibuktikan ketika mengutuk aksi sepihak Amerika Serikat terhadap Irak, dan menegaskan agar persoalan terorisme karena ketidakadilan masalah Palestina.

“Kepemimpinan Indonesia di tengah dunia di masa Presiden Jokowi juga tampak dalam doktrin Indonesia Poros Maritim Dunia, yang menempatkan wilayah kelautan sebagai halaman depan dan mengubah paradigma pembangunan menjadi Indonesia sentris,” jelas Hasto.

Menanggapi orasi Hasto, Rektor UNP Ganefri mengatakan generasi muda saat ini membutuhkan adaptasi dan transformasi seiring dengan perkembangan global, tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur bangsa yang dipegang teguh. Ganefri berharap, para wisudawan bisa meningkatkan kewaspadaan dan ketahanan nasional.

“Sesuai dengan pandangan Bung Karno, Ganefri menjelaskan bahwa ketahanan suatu bangsa haruslah dipupuk dari tiga hal. Yaitu ketahanan politik, ketahanan ekonomi, dan ketahanan militer. Ketiga hal tersebut hendaklah diinternalisasi secara mendalam, terutama pada proses pendidikan, baik pada jenjang dasar hingga pendidikan tinggi,” tutur dia.

Ganefri juga menekankan, penyelarasan nilai-nilai Pancasila pada pendidikan akan mampu memberikan unsur penting ketahanan nasional, melalui warisan budaya dan kearifan lokal. Nilai moral Nusantara yang luhur, akan menjadi jiwa bangsa dan pada akhirnya akan membentuk karakter, persatuan dan kesatuan.

“Tidak hanya hari ini, namun juga pada masa generasi muda mencicipi masa keemasannya. Penanaman budaya dan nilai-nilai Pancasila tersebut, diharapkan mampu meningkatkan kesadaran bangsa dan ketahanan nasional, sehingga mampu menjadi benteng pertahanan terhadap berbagai kemerosotan moral dan nilai yang menerpa bangsa kita,” Ganefri memungkasi.

Reporter: Radityo

[cob]


Artikel ini bersumber dari www.merdeka.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *