Bahas Talenta Berkualitas, B20-GIPA Gelar Global Human Capital Summit 2022

Bahas Talenta Berkualitas, B20-GIPA Gelar Global Human Capital Summit 2022

Bahas Talenta Berkualitas, B20-GIPA Gelar Global Human Capital Summit 2022
Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani

B20 Future of Work and Education Task Force (FOWE TF) bekerja sama dengan Global Indonesian Professionals Association (GIPA) menyelenggarakan side event Global Human Capital (GHC) Summit 2022 dengan tema ‘Redoubling our global digital talents, green talents, and health talents‘ secara hibrida.

GIPA mewakili profesional dan eksekutif Indonesia di luar negeri, terutama di negara-negara G20 dan ASEAN dalam 8 kelompok industri yang berupaya memajukan diplomasi ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia Indonesia. GIPA sendiri telah lama menjadi mitra Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan saat ini ikut membantu mempromosikan B20 Indonesia di luar negeri.

Dialog side event ini berfokus pada peningkatan pemahaman dalam tiga tema prioritas yakni digitalisasi, energi hijau dan kesehatan. GHC Summit 2022 ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi talenta digital, talenta energi hijau, dan talenta kesehatan melalui jaringan asosiasi profesional Indonesia di seluruh Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Asia Pasifik.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid dalam sambutannya mengatakan ke depannya, Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan adaptif dengan perubahan semakin menjadi kunci kemajuan bisnis sekaligus kemajuan suatu negara. Presiden Jokowi, kata Arsjad, dalam memperingati satu abad republik ini memiliki visi Indonesia Emas 2045 yang akan memiliki generasi unggul dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia.

“Namun, Indonesia saat ini masih tertinggal kualitas SDM-nya dari negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang sama. Pada tahun 2022, indeks human capital Indonesia berada pada peringkat 96 dari 174 negara dan berada di belakang beberapa negara Asia Tenggara. Bahkan saat pandemi, kita dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa kita kekurangan tenaga medis,” ujarnya.

Merujuk studi terbaru McKinsey, Arsjad mengatakan 30 persen pekerja global akan tergantikan oleh otomatisasi pada tahun 2030. Selain itu, pekerjaan administrasi juga nantinya akan tergantikan oleh teknologi AI sama halnya dengan sektor industri SDA yang secara perlahan akan transisi menuju industri hijau.

“Satu sisi, ini akan ada pekerjaan yang hilang. Namun secara positif, ada penciptaan lapangan kerja baru ketika dunia melakukan transisi menuju ekonomi hijau. Badan Energi Internasional menghitung, ada 40 juta lapangan kerja yang akan tercipta dari ekonomi hijau di tahun 2030. Indonesia yang memiliki generasi muda usia produktif atau bonus demografi harus memanfaatkannya. Ini kekuatan kita,” ujar Arsjad.

Arsjad memprediksi, di Indonesia, akselerasi teknologi 4.0 memiliki potensi untuk mendorong produktivitas dan menghasilkan keuntungan hingga 70 bagi perusahaan, menciptakan 20 juta lapangan kerja baru dan menciptakan tambahan 120 miliar dolar AS dalam output ekonomi tahunan. Hal ini merupakan momentum sekaligus peluang yang mesti kita siapkan untuk mencapainya.

Arsjad mengingatkan, tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi di era revolusi industri 4.0 ini. Untuk itu, agar SDM tetap mampu bersaing di era digital, perlu menambah skill dengan cara reskilling atau upskilling. Peningkatan lapangan pekerjaan juga harus sejalan dengan peningkatan investasi. Tidak hanya keterampilan baru tetapi keterampilan yang dibutuhkan untuk industri masa depan.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi terus mendorong keterlibatan dunia usaha, termasuk KADIN Indonesia bersama kementerian dan lembaga diarahkan untuk menyelaraskan pendidikan dan pelatihan vokasi serta mendorong adopsi literasi digital melalui bantuan sektor swasta.

KADIN Indonesia memiliki KADIN Tech Hub yang bertujuan untuk menghubungkan talenta digital seperti insinyur AI dan ilmuwan data dengan bisnis yang membutuhkan layanan mereka, memberikan platform bagi profesional digital yang sangat terampil dengan harapan mampu mengakselerasi kebutuhan digitalisasi dari semua sektor bisnis yang terus meningkat.

Dalam kesempatan yang sama, Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani dalam pidato pembukaan acara side events ini mengatakan GIPA sudah lama menjadi rekan strategis KADIN Indonesia untuk menjadi jembatan hubung dengan profesional dan jaringan bisnis terkemuka di dunia dalam bidang digital, energi hijau dan kesehatan.

“Tiga bidang prioritas itu sangat penting untuk menjadi perhatian dalam situasi pascapandemi saat ini. Seperti diketahui, digitalisasi mengubah semua sendi kehidupan, terutama dalam bidang pekerjaan. Melalui digitalisasi, peluang UMKM menjangkau pasar internasional terbuka besar dengan terlibat dalam e-commerce lintas batas. Sekitar 900 juta orang memiliki koneksi internasional di media sosial dan 360 juta bisa mengambil bagian,” ujar Shinta, belum lama ini.

Lebih lanjut, Shinta mengatakan digitalisasi juga mengakselerasi pertumbuhan industri telehealth baru yang telah membawa aksesibilitas dan efisiensi layanan kesehatan ke tingkat yang lebih tinggi. Industri telehealth sangat membantu dan vital selama pandemi Covid-19. Selain itu, globalisasi ekonomi telah mendorong penggunaan sumber energi terbarukan dalam transisi energi hijau yang pada akhirnya menciptakan peluang green jobs.

Namun,  kata Shinta, saat ini masih terjadi kesenjangan talenta digital, talenta energi hijau dan talenta kesehatan yang mumpuni antara negara maju dan negara berkembang. Untuk itu, Presidensi B20-G20 Indonesia berupaya untuk meningkatkan dan memperkuat kualitas SDM nasional terutama dalam industri digital, hijau, dan kesehatan.

“GHC Summit 2022 ini bukti komitmen Indonesia untuk menciptakan tenaga kerja yang tetap tangguh dalam menghadapi tantangan. Summit ini untuk melipatgandakan talenta digital global, talenta hijau, dan talenta kesehatan melalui jaringan asosiasi profesional Indonesia di seluruh Eropa, Timur Tengah, Amerika, dan Asia Pasifik. Kami sendiri melalui B20 FOWE TF sudah membuat rekomendasi kebijakan yang melahirkan legacy yang bertahan lama dan akan terus berlanjut setelah Presidensi B20-G20 Indonesia,” jelas Shinta.

Swa.co.id


Artikel ini bersumber dari swa.co.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *