Bagaimana Prospek IPO BOLA Setelah FC Masuk BEI?

Bagaimana Prospek IPO BOLA Setelah FC Masuk BEI?

tribunwarta.com – Bagaimana prospek IPO BOLA setelah akhirnya klub Bali United F.C. menjadi klub bola pertama yang berhasil melantai di BEI pada Juni 2019 kemarin?

Pada awal perdagangan, sahamnya cukup menarik perhatian publik begitu pun para investor yang mengidolakan klub sepak bola ini.

Tak pelak, harga perdana sahamnya langsung naik sekitar 141% dari 175 ke 422-an pada perdagangan hari ketiga.

Bagaimana prospek usaha BOLA ke depan pasca mendapatkan dana segar Rp350 miliar? Dan apakah BOLA layak diinvestasikan untuk jangka panjang?

Artikel ini dipersembahkan oleh:

Sekilas Profil BOLA

Bali United FC berdiri pertama kali tahun 1989 dengan nama Putra Samarinda Football Club, dan berlaga di Galatama dan kemudian menjadi Liga Indonesia sejak kompetisi resmi bergulir musim tahun 1994-1995.

Sayangnya Putra Samarinda mengalami kesulitan finansial sejak mengikuti Liga Galatama, dan di tahun 2003 akhirnya Putra Samarinda dan Persisam yang merupakan klub perserikatan yang didanai APBD Samarinda merger menjadi Persisam Putra Samarinda, dan sejak saat itu resmi menggunakan lisensi Putra Samarinda untuk berlaga di Liga Indonesia.

[Baca Juga: 5 Website Populer Untuk Cek Jadwal Bola Secara Online]

Dan di tahun 2008/2009, Persisam Putra Samarinda berhasil menjadi juara liga Divisi Utama Liga Indonesia 2008-2009 dan dipromosikan ke Liga Super Indonesia.

Menjelang akhir tahun 2014, akhirnya didirikanlah perusahaan dengan nama PT Bali Bintang Sejahtera. Dengan ruang lingkup kegiatan usaha dalam bidang jasa keolahragaan, termasuk klub sepak bola profesional.

Dan untuk tetap menghindari kepailitan dan meningkatkan daya jual serta prestasi akhirnya di sekitar tahun 2015, Putra Samarinda diambil alih oleh pengusaha asal Indonesia yakni Pieter Tanuri dan akhirnya berubah nama menjadi Bali United F.C. dan menjadi klub sepak bola profesional perusahaan.

Kondisi itu juga membuat markasnya berpindah dari Stadion Utama Palaran – Stadion Utama Kalimantan Timur, ke Stadion Kapten I Wayan Dipta – Gianyar Bali.

Dan semenjak kepindahannya di Bali, Bali United F.C. menggunakan Lapangan Trisakti di Legian, Lapangan Banteng di Seminyak, dan Lapangan Gelora Samudra sebagai tempat untuk latihan.

Sebagai tambahan informasi, Bali United sendiri sampai dengan saat ini tercatat belum pernah menjuarai Liga 1 Indonesia.

Prestasi terbaik yang pernah dicatatkan Bali United adalah menjadi peringkat kedua di Liga 1 tahun 2017 (di bawah Bhayangkara FC).

Di tahun 2018, Bali United bahkan hanya menduduki peringkat 11. Dan baru di Liga 1 Indonesia tahun 2019 ini, Bali United menempati peringkat 1 sementara sampai dengan putaran minggu keempat.

Logo-logo Transformasi Bali United

PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. tidak hanya mengelola sepak bola saja melalui klub Bali United F.C., namun juga memiliki ranah bisnis yang beragam.

Diantaranya, Bali United Merchandise Store terdiri dari Megastore dan 19 toko kecil di Bali.

Lain dari itu, ternyata Bali United juga memiliki Bali United Playland yang merupakan perusahaan penyedia area bermain untuk anak-anak di area stadion.

Ada juga Bali United Academy, sebagai wadah kegiatan yang mencari dan mengembangkan bakat-bakat dari akademi sepakbola dengan rentang usia siswa mulai dari usia 6 tahun hingga 19 tahun.

Dan Bali United juga sudah memiliki saluran TV sendiri yaitu Bali United TV untuk saluran TV streaming online yang didedikasikan untuk Penggemar Klub yang bisa diakses melalui YouTube dan Oona TV.

[Baca Juga: Djarum Beli Como 1907, Tokoh Ini Juga Pernah Beli Klub Bola]

Sementara melalui anak usaha, Bali United mengoperasikan bisnis lainnya. Salah satunya PT Bali Boga Sejahtera yang mengelola Bali United Cafe di stadion utama.

Dan juga PT Kreasi Karya Bangsa yang beroperasi di agensi olahraga dan pemasaran, memberikan sponsor untuk klub sepak bola di Indonesia, jasa video live streaming pertandingan sepak bola Indonesia, dan sekaligus membuat video untuk sponsor iklan.

Di samping BOLA juga memiliki jaringan radio, yang dioperasikan melalui PT Radio Swara Bukit Bali Indah.

Dan terakhir PT IOG Indonesia Sejahtera yang mengelola eSports Club yang bersaing dalam kompetisi domestik dan internasional.

Pencatatan Saham BOLA

Pada tanggal 17 Juni 2019, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. secara resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.

Melalui IPO perdananya itu, perusahaan sepak bola klub Bali United ini memperoleh dana segar senilai Rp350 miliar dan resmi tercatat dengan kode saham BOLA dengan harga saham perdana sebesar Rp175 per lembar saham.

BOLA sendiri menawarkan sebanyak 2 miliar lembar saham yang setara dengan 33,33% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh.

Dalam proses pencatatan saham nya, BOLA menunjuk PT Kresna Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

IPO BOLA

Pencatatan saham BOLA, dinilai menarik karena ini adalah IPO pertama dari emiten industri sepakbola.

Alasan yang mendorong Bali United F.C. melakukan IPO untuk pertama kalinya adalah untuk menjadikan standar bisnis klub sepak bola, mengingat bidang olahraga sudah menjadi salah satu industri yang juga berkembang dan terus mendapatkan perhatian pemerintah.

Sayangnya hingga saat ini belum dikelola secara profesional.

Di sisi lain, BOLA yang memiliki klub Bali United F.C sudah memiliki kapitalisasi pasar yang mencapai Rp1 triliun sebelum IPO.

Sehingga dengan BOLA resmi menjadi perusahaan terbuka melalui BEI, besar kemungkinan dana yang dikelola akan semakin banyak.

Hal tersebut bisa menjadi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan para pesepak bola Tanah Air untuk bisa melatih dan melahirkan atlet-atlet sepak bola yang berkualitas unggul.

Dengan asumsi semakin banyak modal, maka akan lebih banyak dana untuk biaya sekolahnya.

Tidak hanya itu, BOLA sendiri sudah menentukan kemana arah dana hasil IPO akan digunakan.

Pertama, sekitar 19,1% nya akan digunakan sebagai belanja modal perusahaan seperti untuk pengembangan fasilitas dan peralatan di stadion, pengembangan fasilitas latihan dan akademi, ekspansi outlet Bali United Store dan Playland, pengembangan teknologi informasi (aplikasi dan program CRM/customer relationship management untuk penggemar).

Kedua, sekitar 20,4% nya akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan kepada anak usaha.

Ketiga, sekitar 60,5% nya akan digunakan untuk modal kerja perusahaan seperti merekrut pemain ataupun pelatih, menyelenggarakan event, operasional klub bola, Megastore, dan juga Akademi Sepakbola.

Bahkan sisi lain dari IPO BOLA adalah untuk bisa meningkatkan rasa kepemilikan para penggemar terhadap klub sepak bola Bali United.

Melihat potensi bisnis sepak bola ini tidak lagi terbatas pada penjualan tiket saja, karena sepak bola ini berada di bawah naungan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk. dengan bisnis yang cukup beragam (seperti yang sudah Penulis jabarkan di atas).

Pemain Bali United

Apakah BOLA Menarik untuk Investasi?

Dalam value investing, sebenarnya kita tidak terlalu menyukai berinvestasi di saham yang baru IPO.

Tapi okelah, kita lihat dulu bagaimana kondisi laporan keuangan berdasarkan prospectus nya.

Secara umum, klub sepak bola akan memperoleh pendapatannya dari penjualan Tiket Pertandingan, Hak Siar dan Sponsor. Kira-kira bagaimana dengan sumber Pendapatan BOLA?

Sumber Pendapatan BOLA terdiri dari Penjualan Tiket Pertandingan, Pendapatan Media: Hak Siar TV, Produk Merchandise Store, dan juga Sponsor.

Dengan kontribusi Pendapatan terbesar berasal dari Penjualan tiket pertandingan dan juga kegiatan live streaming. Adapun gambaran lebih detail mengenai Hasil Usaha BOLA adalah :

Hasil Usaha Bali United. Source : Prospektus BOLA Juni 2019

Dari prospektus BOLA terlihat bahwa Bali United mencatatkan pendapatan sebesar Rp115 miliar di 2018, atau mengalami peningkatan sekitar 121% YoY dari Rp52 miliar di tahun 2017.

Meningkatnya pendapatan di tahun 2018 kemarin, antara lain didorong oleh peningkatan harga tiket dari sebelumnya Rp35.000/tiket menjadi Rp50.000/tiket.

Dengan melonjaknya harga tiket tersebut ternyata tidak menyurutkan minat penggemarnya, malahan justru terjadi peningkatan jumlah penonton.

Meskipun baru terbentuk pada tahun 2015, Bali United sendiri memiliki basis supporter yang luas dan hampir menyamai klub-klub yang telah lebih lawas seperti Persija, Persib, dan Arema Malang.

Di sisi lain, juga terjadi peningkatan sponsor karena masuk ke AFC (The Asian Football Confederation) dan menjadi peringkat kedua di Liga 1 tahun 2017.

BOLA juga mendapat kontribusi dari bisnis baru anak usaha yakni marketing agency, dan juga penjualan merchandise yang juga banyak terjual.

Hanya saja meskipun pendapatan meningkat 2x lipat, beban operasi BOLA juga meningkat sekitar 114% dari Rp49 miliar di tahun 2017 menjadi sebesar Rp105 miliar di tahun 2018.

Beban itu muncul karena meningkatnya beban yang dikeluarkan untuk pertandingan tandang (datang sebagai tamu).

Demikian pula semenjak Bali United F.C. masuk AFC, banyaknya pemain yang mengalami cedera sehingga klub harus menambahkan pemain asing maupun lokal, dan juga untuk biaya renovasi stadion.

[Baca Juga: Kisah Sukses Cristiano Ronaldo, Pemain Bola Bayaran Termahal]

Dengan demikian, meskipun BOLA berhasil mencatatkan peningkatan Pendapatan hingga mencapai Rp63 miliar di 2018, BOLA hanya mampu menikmati penambahan laba bersih sebesar Rp4,2 miliar saja.

Tercatat di tahun 2018, BOLA mencatatkan peningkatan Laba Bersih dari Rp481 juta di tahun 2017, menjadi sebesar Rp4,7 miliar di tahun 2018. Sedangkan untuk di tahun 2016 nya, BOLA masih harus menanggung kerugian.

Jika dibandingkan dengan pendapatan yang sebesar Rp115 miliar, maka laba bersih sebesar Rp4,7 miliar hanya memberikan Net Profit Margin (NPM) sebesar 4,1% saja.

Demikian pula jika dibandingkan dengan ekuitas BOLA yang mencapai Rp118 miliar (sebelum IPO), maka laba bersih Rp4,7 miliar hanya memberikan Return on Equity (ROE) sebesar 3.9%.

Jadi, secara sekilas kita bisa mengatakan bahwa profitabilitas BOLA belum terlalu menarik hingga saat ini.

Bahkan kalau mau dirunut lebih jauh, sebenarnya BOLA bisa saja masih mencatatkan kerugian kalau tidak ada subsidi dari PT Multistrada Arah Sarana (MASA).

Pieter Tanuri sendiri baru saja melepaskan jabatannya sebagai Presdir MASA di bulan Mei 2019 lalu setelah MASA diakuisisi produsen ban asal Perancis yaitu Michelin.

Posisi Neraca Keuangan BOLA

Belum banyak yang bisa dieksplor dari posisi Neraca Bali United. Namun dalam prospektusnya, BOLA memiliki total liabilitas mencapai Rp28,4 miliar.

Dengan total ekuitas mencapai Rp118 miliar, maka menunjukkan Rasio utang terhadap Ekuitas (DER) hanya sebesar 0,24x.

Hal tersebut menunjukkan kemampuan Bali United F.C. dalam mengcover utangnya bisa diatasi dengan menggunakan modal yang dimiliki.

Demikian pula dalam jangka pendek, Aset Lancar BOLA yang mencapai Rp75,9 miliar jauh melebihi Liabilitas Jangka Pendek yang mencapai Rp22,9 miliar.

Dengan perbandingan tersebut, maka Liquidity Ratio mencapai 3,31x. Itu berarti Liabilitas Jangka Pendek bisa diatasi dengan Aset Lancar yang dimiliki oleh Bali United F.C.

Dan yang menariknya, hampir seluruh liabilitas yang dimiliki BOLA adalah tidak berbunga.

Adapun utang berbunga yang dimiliki BOLA hanya berupa pinjaman jangka panjang yang sebesar Rp4,5 miliar dan pinjaman yang jatuh tempo < 1 tahun sebesar Rp1,3 miliar per akhir 2018.

Jadi secara keseluruhan, kita masih bisa mengatakan bahwa posisi keuangan BOLA masih tergolong sehat dan tidak terlalu terbebani dengan utang.

Posisi Keuangan Bali United F.C. Source : Prospektus BOLA Juni 2019

Arus Kas BOLA

Setelah kita membahas profitabilitas dan posisi keuangan BOLA, bagaimana dengan cash flow-nya?

Nah ini bagian yang menarik. Meskipun di tahun 2017 dan 2018 kemarin BOLA mencatatkan laba bersih, namun Operating Cash Flow justru mencatatkan angka negatif di tahun 2017 dan 2018.

Operating Cash Flow BOLA di tahun 2017 tercatat negatif sebesar Rp5,9 miliar dan di tahun 2018 negatif sebesar Rp20 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa laba bersih yang dicapai oleh BOLA belum tercermin dalam arus kas nya.

Meskipun belum bisa menghasilkan nilai tunai operasi dari operasionalnya, namun BOLA tetap aktif dalam melakukan ekspansi.

Di tahun 2018, Investing Cash Flow BOLA tercatat negatif Rp40,1 miliar, karena di tahun 2018 Bali United F.C. banyak menggunakan dananya untuk memperoleh Aset Tetap, investasi jangka pendek, dan juga melakukan renovasi stadion.

Dan untuk Financing Cash Flow BOLA di 2018 tercatat positif Rp65,4 miliar karena terjadi perubahan piutang pihak berelasi, membayar utang dan pinjaman pihak berelasi, membayar liabilitas sewa pembiayaan.

Arus Kas Bali United F.C. Source : Prospektus BOLA Juni 2019

Secara garis besar, bisa disimpulkan secara historis kinerja keuangan Bali United F.C. masih belum terlalu menarik untuk diinvestasikan. Lantaran di tahun 2016 Bali United F.C. merugi, dan baru 2 tahun kemarin mereguk keuntungan.

Hanya saja, keuntungannya belum tercermin di dalam arus kas nya melainkan baru sebatas pengakuan akuntansi saja.

Apalagi melihat ke industri sepak bola Indonesia yang hingga kini belum benar-benar menunjukkan kemajuan signifikan, nampaknya akan cukup sulit untuk menjadikan pilihan saham di industri sepak bola sebagai pilihan investasi.

Bagaimana dengan Valuasi BOLA ?

Secara Valuasi bisa dibilang cukup mengagetkan, karena pada saat IPO Bali United membuka harga perdananya di Rp175 per lembar saham.

Jika dibandingkan dengan EPS yang hanya sebesar Rp1/lembar dan Book Value sebesar Rp20/lembar, maka valuasinya saat IPO adalah PER 175 x dan PBV 8,7x.

Dan ketika artikel ini ditulis, BOLA berada pada kisaran harga 374, yang otomatis membuat Market Cap nya yang kini sebesar Rp2,26 triliun.

[Baca Juga: Pajak Penghasilan PPh 21 Pemain Bola dan Atlet]

Dengan kenaikan harga saham BOLA beberapa hari pasca IPO ini, membuat valuasi BOLA makin tidak menarik, yaitu PER 374x dan PBV 18,7x, yang tergolong sangat-sangat mahal.

Jadi kalau Anda masih mau membeli saham BOLA di harga 374 an, artinya Anda membayar 374x lebih mahal dibandingkan profit yang diperoleh saat ini, serta 18,7x lebih mahal dibandingkan dengan nilai bukunya saat ini.

Kesimpulan

Saham BOLA saat ini memang sedang “digandrungi” oleh sebagian besar pelaku pasar, terlebih lagi bagi mereka yang mengidolakan BOLA.

Apalagi setelah BOLA menjadi perusahaan terbuka pertama dalam industri sepak bola yang melantai di BEI. Sehingga dengan memiliki sahamnya, maka akan menjadi kepuasan tersendiri bagi pengidolanya.

Kendati demikian, saham BOLA ini tidak sepenuhnya menarik bagi seorang value investor, mengingat industri sepak bola di Indonesia saja hingga kini masih belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Bahkan jika dilihat lebih dalam lagi pada kinerjanya, BOLA sendiri memiliki kinerja keuangan yang belum bisa dikatakan sepenuhnya memuaskan.

Lantaran BOLA sendiri baru bisa memperoleh keuntungan di tahun 2017 dan 2018 kemarin, namun belum tercermin di dalam arus kas nya.

Sementara dari sisi valuasi, saham BOLA bisa dikatakan sangat-sangat mahal. Membeli sahamnya saat ini berarti Anda membayar sangat jauh di atas harga wajarnya.

Meskipun harga sahamnya meningkat 141% dalam 3 hari perdagangan, namun kenaikan tersebut tidak akan bertahan dalam waktu yang lama.

[Baca Juga: Berniat Memiliki Klub Sepak Bola? 2 Klub Sepak Bola di Indonesia Berencana Akan IPO]

Jadi memaksakan diri membeli sahamnya saat ini lebih bersifat spekulasi ketimbang investasi.

Lantaran perlu diingat, bahwa pergerakan harga saham BOLA ini akan banyak digerakkan bukan oleh hasil pencapaian kinerjanya.

Melainkan cenderung dipergerakkan oleh faktor psikologis, salah satu contohnya misalnya Bali United memenangi pertandingan, atau berhasil mendatangkan pemain bintang, bisa saja hal tersebut yang membuat harga sahamnya melonjak.

Begitu pun dengan kondisi sebaliknya, jika BOLA menorehkan prestasi jelek, atau kehilangan pemain bintangnya, maka kemungkinan harga sahamnya akan jatuh.

Nah, kini Anda tahu bagaimana prospek IPO BOLA ke depannya seiring dengan masuknya klub bola ke BEI.

Apa pendapat Anda tentang hal ini? Anda bisa mengutarakannya pada kolom komentar di bawah ini.

Anda juga bisa menjadi agen informasi yang bermanfaat dengan membagikan artikel ini pada rekan-rekan Anda.

Sumber Referensi:

    Rivan Kurniawan. 25 Juni 2019. Klub Sepakbola Pertama Melantai di BEI, Bagaimana Prospek IPO BOLA?. Rivankurniawan.com – http://bit.ly/33DzeDr

Sumber Gambar:

    Prospek IPO BOLA 01 – http://bit.ly/2NSdI7a

    Prospek IPO BOLA 02 – http://bit.ly/2K0yh04

    Prospek IPO BOLA 03 – http://bit.ly/33t1qZz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *