Akses Finansial dan Teknologi Dibutuhkan untuk Dukung Ekonomi Sirkular

Akses Finansial dan Teknologi Dibutuhkan untuk Dukung Ekonomi Sirkular

Jakarta: Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Koordinator Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta W Kamdani menilai akses finansial dan teknologi masih sangat dibutuhkan agar mampu mendukung akselerasi penerapan ekonomi sirkular.
 
“Sejumlah tantangan masih mengemuka bagi sektor bisnis untuk melakukan transisi seperti akses finansial dan teknologi yang dibutuhkan bagi pengembangan teknologi hijau yang mampu mendukung akselerasi percepatan ekonomi sirkular,” katanya, dilansir dari Antara, Minggu, 17 Juli 2022.
 
Padahal, transformasi menuju ekonomi sirkular akan membawa banyak dampak positif, baik bagi lingkungan serta pertumbuhan berbagai sektor pembangunan di masa depan Indonesia. Shinta pun mengusulkan beberapa insentif yang bisa diberikan pemerintah untuk bisa mempercepat penerapan ekonomi sirkular.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Di sektor infrastruktur bangunan, misalnya, perlu ada insentif untuk mempromosikan efisiensi energi untuk program yang mendukung energi terbarukan, efisiensi energi, bangunan hijau, dan pariwisata hijau. “Pemerintah juga dapat mempertimbangkan izin jalur cepat untuk bangunan hijau,” imbuhnya.

Selanjutnya, untuk mendukung pengelolaan limbah dan sampah plastik, diperlukan insentif untuk meningkatkan pengelolaan sampah, misal untuk pengumpulan (collection), teknologi atau proses pemilahan sampah dari sumbernya.
 
Ketua B20 itu juga mengusulkan adanya insentif bagi pelaku usaha yang mau beralih ke kemasan layak daur ulang untuk mendorong recycling rate (tingkat daur ulang) dan reuse (penggunaan ulang) pada kerangka tanggung jawab produsen yang diperluas (EPR), contohnya dalam pemanfaatan atau pengembangan teknologi pengolahan daur ulang plastik PET.
 
“Juga insentif untuk bisnis yang mengurangi sampah plastik yang tidak bernilai ekonomis seperti plastik kemasan multilayer (berlapis),” kata Shinta.
 
Sementara itu, di sektor elektronik, pemerintah perlu memberikan insentif bagi konsumen atau produsen yang menggunakan kembali atau memperbaiki produk. Hal itu bisa dilakukan untuk mendorong atau mengurangi penimbunan produk usang atau rusak di rumah, yaitu dengan memberikan insentif untuk program penarikan kembali.
 
Circularity untuk sektor pangan yaitu adanya insentif untuk penanganan sampah makanan, misal, dalam pemanfaatan teknologi dan mendorong program foodbank,” pungkas Shinta.
 

(ABD)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *