Akhirnya Rupiah Berani Menguat, Walau Masih Nongkrong Rp15.200-an/USD

Akhirnya Rupiah Berani Menguat, Walau Masih Nongkrong Rp15.200-an/USD

Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah beberapa hari terakhir terus-terusan tergerus.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 29 September 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.219 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 47,5 poin atau setara 0,31 persen dari posisi Rp15.266 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp15.219 per USD hingga Rp15.227 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 6,70 persen.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berani unjuk gigi di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Rupiah bertengger di posisi Rp15.230 per USD, menguat sebanyak 30 poin atau 0,19 persen dari Rp15.260 per USD.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan hari ini diperkirakan masih melemah.
 
“Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.250 per USD hingga Rp15.310 per USD,” jelasnya.
 
Pelemahan ini didorong oleh sentimen pasar keuangan yang gelisah mendorong safe-haven dolar AS ke puncak baru dua dekade karena kenaikan suku bunga global memicu kekhawatiran resesi. Sementara sterling mendekam di dekat posisi terendah sepanjang masa di tengah kekhawatiran atas rencana pemotongan pajak radikal Inggris.
 
“Kenaikan dolar tanpa henti terjadi karena benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik menjadi 4,0 persen untuk pertama kalinya sejak 2010, mencapai 4,004 persen. Imbal hasil dua tahun mencapai 4,2891 persen,” urainya.
 

 
Di sisi lain Federal Reserve telah memimpin perjuangan global melawan lonjakan inflasi, berubah menjadi lebih agresif baru-baru ini dengan memberi sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut di atas pergerakan berukuran super dalam beberapa bulan terakhir.
 
Pesan itu diperkuat oleh Presiden Fed Chicago Charles Evans, Presiden Fed St. Louis James Bullard, dan Presiden Bank Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari, dengan Evans mengatakan bank sentral perlu menaikkan suku bunga ke kisaran antara 4,50 persen dan 4,75 persen.
 
“Meningkatnya biaya pinjaman telah mengintensifkan kekhawatiran resesi global, menambah lonjakan imbal hasil obligasi di seluruh dunia,” jelas Ibrahim.
 
Selain itu, otoritas moneter Tiongkok dikabarkan meminta bank-bank lokal untuk menghidupkan kembali alat penetapan yuan yang ditinggalkannya dua tahun lalu karena mereka berusaha untuk mengarahkan dan mempertahankan mata uang yang melemah dengan cepat.
 
“Eropa menyelidiki apa yang dikatakan Jerman, Denmark, dan Swedia sebagai serangan yang menyebabkan kebocoran besar ke Laut Baltik dari dua pipa gas Rusia di pusat kebuntuan energi,” pungkas Ibrahim.
 

(HUS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *