tribunwarta.com – Harga minyak merosot di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena lonjakan kasus COVID-19 di China meredupkan harapan pemulihan permintaan bahan bakar di importir minyak mentah terbesar dunia tersebut.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 79 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 82,47 dolar AS per barel pada pukul 07.30 GMT. Minyak mentah AS jatuh 80 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 78,16 dolar AS per barel.
Skala wabah terbaru dan keraguan atas data resmi mendorong beberapa negara untuk memberlakukan aturan perjalanan baru pada pengunjung dari China, bahkan ketika negara itu mulai membongkar rezim penguncian dan pengujian COVID yang paling ketat di dunia.
“Kurangnya kejelasan atas situasi virus di China telah mendorong beberapa aturan perjalanan baru dari berbagai negara, yang dapat meredam optimisme sebelumnya,” kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG.
“Menuju ke tahun 2023, ada peluang harga minyak untuk rebound tetapi masih akan bermuara pada kecepatan pembukaan kembali China, dan apakah pelaku pasar menilai risiko pertumbuhan sebagai trade-off untuk kebijakan bank sentral yang lebih ketat,” tambahnya.
Pasar minyak juga diterpa ekspektasi kenaikan suku bunga AS lainnya di Amerika Serikat, ketika Federal Reserve mencoba membatasi kenaikan harga di tengah pasar tenaga kerja yang ketat.
Persediaan minyak mentah AS turun kurang dari yang diperkirakan, sekitar 1,3 juta barel, dalam pekan yang berakhir 23 Desember, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute (API).
Itu dibandingkan dengan perkiraan penarikan 1,5 juta barel, menurut perkiraan para analis. Pemerintah AS akan merilis angka mingguannya pada Kamis pukul 10.30 waktu setempat (15.30 GMT).
Juga membebani harga, operator pipa TC Energy mengatakan sedang bekerja untuk memulai kembali bagian dari pipa Keystone yang ditutup setelah kebocoran bulan ini. Namun, itu terjadi ketika pembekuan Arktik telah memaksa beberapa fasilitas penyulingan minyak terhenti mencadangkan pasokan minyak mentah.
Penyulingan-penyulingan minyak terus meningkatkan operasinya, tetapi beberapa pemulihan diperkirakan akan berlanjut hingga Januari.
Namun demikian, pasar mendapat dukungan dari larangan Presiden Rusia Vladimir Putin atas ekspor minyak mentah dan produk minyak mulai 1 Februari selama lima bulan ke negara-negara yang mematuhi batasan harga Barat.
Jerman mengatakan larangan itu “tidak berguna secara signifikan” karena negara itu telah bekerja sejak musim semi untuk mengganti pasokan minyak Rusia dan memastikan keamanan pasokan.