Travel  

Suasana Sunyi Lebaran di Negara Jepang, Enaknya Gak Ada Tradisi Macet!

Suasana Sunyi Lebaran di Negara Jepang, Enaknya Gak Ada Tradisi Macet!

tribunwarta.com

Pernahkah anda membayangkan berlebaran jauh dari sanak saudara di tanah air? Jika belum, kali ini kita akan melongok bagaimana suasana lebaran di negeri sakura. Negeri yang dikenal lewat kemajuan teknologi tersebut memang tak begitu familiar dengan agama Islam.

Hampir sebagian besar masyarakatnya memilih tidak beragama atau ateis. Adapula orang-orang yang memilih agama matahari sebagai kepercayaan mereka. Sebagian lagi memilih agama Nasrani yang menuntun jalan hidupnya.

Setiap negara memiliki kebudayaannya masing-masing, begitu pula dengan Jepang. Beda negara akan berbeda pula kebudayaan yang mereka lakukan. Khusus di hari kemenangan, Jepang akan terlihat seperti hari-hari biasanya.

Tak ada tradisi mudik yang selalu dilakukan oleh masyarakat Indonesia, tak adapula sajian khas lebaran.

Anda takkan mendapati anak-anak yang berlomba-lomba menyalakan petasan dan kembang api. Disini, lebaran bukanlah hari spesial dan bukan hari libur yang bisa dimanfaatkan untuk bersilahturahmi.

Pada hari ini, setiap orang tetap harus bekerja, pergi ke kampus atau menjalankan aktivitas lainnya.

Anda benar-benar takkan mendapati semarak idul fitri layaknya di Indonesia. Mengingat Jepang adalah negara yang terkenal dengan kesunyian, anda akan sulit mendengarkan toa yang mengumandangkan azan.

Bahkan alunan takbir disuarakan secara samar-samar di mesjid-mesjid sekitar rumah penduduk. Berbeda jauh memang dari Indonesia yang dengan mudah dapat menemukan kemeriahan khas lebaran.

Negeri sakura benar-benar meniadakan suasana lebaran dalam daftar hari penting mereka. Itulah mengapa negeri ini sangat tidak cocok untuk anda yang selalu terbiasa berlebaran dengan suasana meriah.

Belum lagi keterbatasan fasilitas bagi umat muslim yang didapatkan dari negeri maju tersebut. Anda benar-benar takkan menemukan tradisi khas lebaran yang bisa mengobati rindu akan kampung halaman di tanah air.

Disini, anda menjalani salat eid dan silahturahmi singkat usai salat eid dilaksanakan. Kaum muslim sangat memanfaatkan waktu terbatas tersebut untuk meminta maaf dengan kerabat.

Biasanya mereka akan bertemu di mesjid, mengingat tak begitu banyak lokasi yang diperuntukkan bagi kaum muslim melaksanakan salat eid.

Meskipun tak ramai dan meriah, ukhuwah islamiyah diantara umat muslim Jepang terasa sangat kuat. Penduduk asli beragam muslim tak segan-segan bersalaman dengan muslim imigran.

Mereka juga dengan santai bersilahturahmi dan berbagi kebahagiaan dengan para pendatang. Kuatnya ikatan kekeluargaan antar sesama muslim ini salah satunya dilatarbelakangi oleh kondisi mereka di negeri Jepang.

Sebagai agama minoritas, kaum muslim merasa ukhuwah islamiyah menjadi sangat penting. Saudara sesama muslim menjadi tempat mereka bergantung dan meminta pertolongan antara satu dengan yang lain.

Mereka pulalah yang membantu saat salah satu diantaranya ingin belajar memperdalam agama Islam. Alasan mendasar inilah yang selalu terbersit di benak sesama muslim Jepang.

Walaupun jauh dari kata meriah, ada satu fakta menarik berlebaran di Jepang. Jika Indonesia identik dengan kemacetan dan mudik yang melelahkan, tak begitu dengan di Jepang.

Anda takkan mendapati satu jalanan pun yang macet hanya karena aktivitas orang-orang bersilahturahmi.

Boro-boro mudik, kebanyakan muslim Jepang adalah imigran yang tak mendapat libur sama sekali. Jadi, jangan harap anda akan mendengar kata mudik dari mereka-mereka yang memilih bertahan di negeri sakura.

Tak ada arus mudik yang terkesan macet dan menutup beberapa jalan. Tak adapula kebingungan membagikan angpao kepada saudara, sebab di negeri ini sulit menemukan satu keluarga besar muslim tinggal.

Bagi sebagian besar muslim Jepang, beritikaf di mesjid menjadi salah satu cara mereka memperingati lebaran.

Berdiam diri selama beberapa hari terakhir di bulan ramadan dapat membantu mereka menghilangkan kangen dengan kampung halaman. Belum lagi ganjaran pahala berlipat ganda yang dijanjikan Allah untuk para pelaku itikaf.

Apalagi momen itikaf bisa dilakukan usai jam bekerja selesai, sehingga tak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Mengingat sunyinya perayaan idul fitri di negeri ini, tentu bisa dibayangkan betapa terbatasnya informasi tentang Islam di Jepang. Masyarakat non muslim bahkan tidak mengetahui tentang perayaan ini sama sekali.

Itulah mengapa banyak dari mereka yang bersikap acuh tak acuh dengan hari besar umat muslim. Pasalnya tak ada informasi akurat dan luas yang bisa digunakan untuk menyebarkan informasi tersebut.

Untuk WNI sendiri, sebenarnya ada cara mudah melipur duka tak mudik ke tanah air. Setiap tahunnya, KBRI selalu melaksanakan acara rutin halal bihalal. Wisma Duta selalu melakukan open house untuk menyambut masyarakat Indonesia muslim yang tinggal di Jepang.

Tak hanya terbuka bagi masyarakat Indonesia, acara ini juga bisa dihadiri oleh imigran lainnya. Hal ini dikarenakan penyebaran informasi yang dilakukan oleh pihak KBRI untuk menjalin silahturahmi antar sesama imigran.

Jumlah WNI yang datang umumnya membludak hingga ribuan orang dalam satu sesi acara. Meskipun ramai, anda takkan mau melewatkan kesempatan bersilahturahmi dengan orang-orang dari kampung tercinta, Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *