Travel  

Pulau Cangkir Tangerang

Pulau Cangkir Tangerang

tribunwarta.com – Lokasi: Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Provinsi BantenMap: Klik DisiniHTM: Rp.6.000

Destinasi Menarik

Pasca berpisah dari Jawa Barat serta mendirikan provinsi sendiri, Banten menawarkan beragam destinasi berlibur yang menarik. Tentu Anda tidak asing dengan Pantai Anyer, sebuah pesisir yang terletak di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang.

Salah satu wisata unggulan di provinsi yang menyimpan segudang misteri itu terkenal dengan pasir putih nan lembut dan air laut yg biru. Ombaknya cukup tinggi, sehingga sangat cocok untuk surfing.

Wisatawan juga bisa melakukan penyelaman dan snorkeling, meski pemandangan yang diperoleh tidak sebagus di Kepulauan Seribu.

Selanjutnya, ada Pantai Tanjung Lesung yang tidak kalah epic. Dinamakan demikian karena bentuk tanjungnya (daratan yang mencodak ke laut) mirip dengan ujung lesung atau alat tradisional untuk menumbuk padi.

Area tersebut menawarkan hamparan pasir putih yang berpadu dengan pohon-pohon rindang nan tumbuh di tepi pantai. Air laut yang amat jernih menambah keindahan panorama di sekitarnya.

Biasanya, pengunjung melakukan aktifitas pantai, seperti berenang, snorkeling, voli atau sekedar duduk-duduk menikmati angin sepoi-sepoi nan menyentuh kulit. Selain itu, para penghobi fotografi seringkali berburu gambar di sana.

Banyak spot yang menarik dan bisa diabadikan ke dalam foto, mulai dari ayunan di tengah pantai, perbukitan sampai karang-karang dengan bentuk unik.

Jika keduanya terdengar mainstream di telinga Anda, silakan mendatangi Pulau Cangkir. Ia tidak cuma menghadirkan pesona wisata alam, namun juga budaya dan religi. Jadi, begitu sampai, pengunjung akan disuguhi suasana nan tenang dan sakral secara bersamaan.

Sejarah Pulau

Menurut sejarah, awalnya kawasan ini merupakan sebuah pulau kecil yang terpisah dari Jawa. Tapi, sejak tahun 1995, ia terhubung dengan daratan pesisir utara Pulau Jawa.

Ia memiliki riwayat pengerukan, sehingga yang dulunya seluas 4,5 hektar menjadi tinggal 2,5 hektar. Sebenarnya, upaya itu bertujuan untuk mempermudah akses ke sana, tapi justru mengakibatkan kerusakan dan penyusutan pulau.

Pembuatan lintasan tanah yang menjadi jalur penghubung itu sendiri merupakan hasil swadaya warga setempat dan pengurus situs ziarah.

Jika berbicara soal nama, sebetulnya pulau yang satu provinsi dengan Penjarahan Kerajaan Banten itu berbentuk menyerupai gelas. Tapi, entah kenapa diberi nama Pulau Cangkir. Mungkin orang-orang jaman dulu lebih akrab menyebut alat minum tersebut dengan cangkir.

Berwisata Disini

Pulau kecil itu menawarkan perjalanan wisata nan mengasyikkan. Ketika menuju ke lokasi, pengunjung akan melalui desa nelayan dan melihat kegiatan mereka memperbaiki kapal serta menjemur ikan asin di depan rumah.

Di sebelah kanan, ada Sungai Ciduran yg berhilir di Pulau Cangkir, tempat dimana penjala mancing ikan di atas perahu. Sedangkan di sebelah kiri, tampak kolam tambak ikan bandeng yang pasti jarang Anda temui.

Begitu memasuki objek wisata, Anda akan disuguhi oleh pemandangan hutan mangrove yang tersebar di segala sisi.

Selain mengambil poto atau video dengan latar belakang spot tersebut, Anda bisa melakukan berbagai aktifitas, seperti berenang di perairan sekitar pulau nan bening dan bermain pasir pantai.

Makam Keramat

Spot yang telah menjadi ikon Pulau Cangkir ini berada tidak jauh dari area parkir. Pada bangunan beratap rumbia dan bertiang bambu itu terdapat tulisan, “Peziarahan Maqom Waliyullah Pangeran Jaga Lautan”.

Kawasan tersebut kerap dibanjiri peziarah yang duduk menghadap cungkup dengan lubang lengkung bertuliskan aksara Arab gundul di atasnya, terutama pada Bulan Muharram.

Beberapa puluh langkah dari situ, ada satu makam lagi yang tampak lebih besar dan lebih baik. Tapi, sama-sama menjadi tempat peristirahatan terakhir orang yang sama. Di cungkupnya, terdapat gentong besar dengan ornamen berwarna keemasan yang konon dikeramatkan.

Entah bagaimana legenda dan kisah di balik itu semua, sampai ada dua pusara untuk satu orang, dimana masing-masing dipisahkan oleh jarak yang sangat dekat. Jika beliau memang benar-benar ada dan dikuburkan di sana, maka salah satunya tentu asli dan yang lain palsu atau petilasan.

Masyarakat setempat meyakini bahwa tokoh yang disebut sebagai Pangeran Jaga Lautan adalah Syekh Waliyuddin. Ia merupakan putera Maulana Hasanuddin, yakni sultan Banten pertama atau cucu Sunan Gunung Jati, Cirebon.

Beliau diperintahkan ke daerah itu untuk berdakwah serta mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar.

Asal usul penemuan situs makam tersebut sebenarnya tanpa disengaja. Jadi, saat itu kuburan masih dikelilingi oleh pepohonan hutan nan lebat dan ada beringin besar yang melindungi cungkupnya. Kondisi makam pun sangat bersih, tanpa ranting atau dedaunan yang jatuh.

Menurut mitos, barang siapa yang melintasi pusara akan terjerembab. Bangkai burung dan binatang hutan yang ditemukan di sekitar area menjadi buktinya.

Dengan adanya cerita seperti itu, salah seorang warga berinisiatif mengundang ulama spiritual Banten untuk mendapatkan solusi. Lalu, diadakan ritual dan guna menghilangkan pengaruh gaib yg menyelimuti makam, disiramkanlah air dari hulu Sungai Cisadane di Gunung Salak, Bogor.

Cungkup makam juga diberi batu yang berasal dari sana. Alhasil, kuburan keramat tersebut tidak lagi membahayakan makhluk hidup di sekelilingnya.

Rute Menuju Lokasi

Alamat Pulau Cangkir ada di Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten. Jarak lokasi dari Jakarta sekitar 75 km, sedangkan dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Tigaraksa kurang lebih 35 km.

Dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) sendiri hanya selisih 4 km.

Bila berangkat dari Kota Metropolitan, pengunjung dapat menaiki bus jurusan Kali Deres – Kronjo. Alternatif lainnya menggunakan kendaraan pribadi melalui Tol Jakarta-Merak hingga Kabupaten Tangerang.

Jika telah menempuh 20 menit perjalanan, Anda akan menemui Jalan Pasar Kemis atau Siliwangi. Ikuti rute tersebut dan apabila telah tiba di Jalan Raya Cadas – Daon, belok kiri pada tikungan pertama.

Sekitar 10 menit dari sana, terdapat sebuah persimpangan. Silakan memilih tikungan ke kanan untuk menuju ke kawasan wisata.

Kalau masih bingung, gunakan aplikasi peta atau map pada gadget Anda. Ia akan menunjukkan denah lokasi secara akurat. Supaya tidak tersesat, jangan sungkan untuk bertanya dimanakah letak Pulau Cangkir kepada penduduk setempat.

Harga Tiket Masuk

HTM (Harga Tiket Masuk) Pulau Cangkir adalah Rp.6.000, belum termasuk retribusi parkir sekitar Rp.3.000 untuk motor dan Rp.5.000 untuk mobil. Tapi, dengan biaya tersebut, pengunjung sudah bisa masuk ke TPI.

Fasilitas yang tersedia cukup lengkap, mulai dari kamar mandi, mushola, tempat istirahat, warung-warung makan dan kios souvenir serta oleh-oleh.

Jadi, kesimpulan artikel di atas adalah Pulau Cangkir tidak hanya menawarkan wisata bahari, tapi juga religi.

Bahkan, ia lebih dikenal sebagai tempat ziarah dibanding hiburan.

Jika penasaran, Anda bisa mencoba datang ke sana. Namun, apabila telah membaca review para pengunjung sebelumnya dan kurang tertarik, masih banyak zona berlibur di Banten yang dapat Anda sambangi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *