tribunwarta.com – Susana lebaran di Mekkah tentu berbeda dengan suasana lebaran di Indonesia. Sebagai negara dengan umat muslim terbesar di seluruh Indonesia, perayaan idul fitri di negara kita ini sangatlah meriah.
Mulai dari habis magrib sampai isya, takbir dikumandangkan, menggema di seluruh masjid maupun mushola. Diikuti letusan kembang api di seluruh daerah. Karena itulah momen malam idul fitri menjadi yang paling ditunggu-tunggu.
Setiap daerah memiliki tradisi perayaan masing-masing, semua umat senang. Gema takbir dimana-mana menenangkan jiwa menentramkan hati. Namun, hal itu mungkin takkan kamu temui jika berlebaran di Mekkah.
Malam Lebaran
Malam takbiran idul fitri di Mekkah tidak ada gema takbir yang disertai bedug, baik di masjid maupun mushola. Takbir hanya dikumandangkan tanpa bedug serta alat pengiring lainnya. Suasana lebaran di Mekkah mungkin menurut kamu akan lebih hening dibandingkan Indonesia.
Selama berabad-abad kegiatan malam idul fitri tidak dilakukan dengan pawai atau konvoi. Takbir memang dikumandangkan menggunakan pengeras suara di masjid dan itu waktunya setelah sholat subuh, 1 syawal.
Tidak seperti di Indonesia yang mulai sehabis buka pada puasa terakhir atau malamnya. Walaupun malam terakhir puasa, lalu bersiap diri menyambut hari kemenangan, aktivitas tetap berjalan seperti biasanya. Tak ada keramaian di jalan-jalan.
Setelah magrib dan isya di Masjid seluruh Mekkah melakukan kegiatan sesuai rutinitas. Gema takbir tak bersahutan, tapi kebanyakan masyarakat sana beribadah seperti biasa di masjid serta merenungi semua kesalahan atau perbuatan yang sudah dilakukan selama satu tahun.
Suasana Jalanan
Jika di Indonesia, jalanan ramai sekali dipenuhi truk, mobil atau motor melakukan konvoi mengumandangkan takbir dengan pengeras suara dan beduk. Di Mekkah, kamu takkan menemui hal itu. Semua masyarakat melakukan aktivitas seperti hari-hari biasa.
Supir bus atau taksi melakukan aktivitas seperti biasanya. Kendaraan berjalan lancar tanpa macet panjang seperti di negara kita. Begitu pula aparat kepolisian maupun masyarakat muslim dengan profesi lainnya. Mereka bekerja sesuai bidangnya, termasuk jamaah umroh.
Semuanya tetap melaksanakan rutinitas, beribadah serta mendekatkan diri pada Allah. Berbeda dengan kita yang sudah libur jauh-jauh hari, kemudian mudik ke kampung halaman dan menyiapkan perayaan idul fitri.
Sajian Lebaran
Selama ini ketika lebaran tiba, kita selalu menikmati sajian ketupat, opor ayam serta sambal goreng. Ditambah lagi kerupuk, rasanya sedap dan nikmat tiada tara. Dimakan bersama orang-orang tercinta setelah saling bermaaf-maafan.
Kalau di Mekkah, sajian lebarannya adalah sama seperti saat puasa ramadhan. Kurma merupakan menu wajib ada serta beberapa makanan khas lainnya. Tak ada opor ayam ataupun sambal goreng, masyarakat di Mekkah tidak memiliki menu spesial.
Selain kurma, mereka juga menyediakan coklat serta beberapa makanan manis lainnya. Bila kamu umroh, minumnya bisa menikmati zam-zam. Itulah yang membuat momen lebaran di Mekkah lebih berkesan dan tak terlupakan.
Makanan berat akan disajikan dalam wadah besar, kemudian dimakan bersama-sama keluarga, kerabat maupun sahabat. Salah satu makanan wajib adalah kunafa yakni sejenis mi kering ditimpa susu kental. Kalau bagi kita, rasanya mungkin aneh tapi kalau untuk orang saja itu nikmat.
Pakaian Lebaran
Karena mereka melakukan aktivitas seperti biasanya saat malam menjelang idul fitri, maka pakaianpun begitu. Mereka tidak terlalu mempermasalahkan soal pakaian baru atau tidak. Tapi, paling penting pakaian untuk sholat ied harus bersih, suci serta rapi.
Sehari sebelum sholat ied, masyarakat Mekkah akan menyiapkan bajunya untuk dicuci. Kalau ada robek atau sobek, mulailah dijahit sampai benar-benar kembali bagus. Mereka biasanya mengenakan juba putih.
Suasana Masjid
Menurut beberapa jamaah umroh yang berlebaran di Mekkah, mereka melihat masjid dipenuhi para jamaah. Jamaah sholat ied, padat sekali. Jika ingin mendapatkan barisan depan, haruslah berangkat sangat awal.
Tak hanya memenuhi ruangan dalam saja, tapi setiap sudut dekat masjid juga dipenuhi jamaah. Bahkan sampai jalan raya dipadati para jamaah, rasanya tak ada celah sedikitpun. Kondisi seperti ini juga terjadi saat sholat idul adha.
Para jamaah sudah ada sejak sholat subuh yakni pada jam 04.45 waktu setempat. Setelah selesai sholat subuh, takbir mulai dikumandangkan. Semua jamaah khusuk serentak melafalkan kalimat-kalimat Allah itu sampai waktunya sholat ied tiba pada jam 06.10 waktu setempat.
Sesudah sholat ied, imam besar menyampaikan kotbah selama 1 jam. Kotbahnya berisi tentang mengingatkan umat muslim agar selalu meningkatkan ketakwaan serta menjaga tali silaturahmi sampai kapanpun.
Setelah Sholat ied
Selepas melaksanakan sholat idul fitri, seluruh jamaah saling berjabat tangan dan bermaaf-maafan. Semua dosa dilebur dengan berjabat tangan. Setelah itu, orang-orang membagikan hadiah pada anak-anak disana.
Lalu, ada pula yang turun ke jalan untuk menunjukkan kemurahan hatinya. Para pria disana, menjelang lebaran akan membeli bahan makanan pokok dalam jumlah besar. Lalu, mereka bagikan kepada fakir miskin dengan meletakkan di depan rumah secara acak.
Tradisi perayaan idul fitri ini berbeda sekali dengan Indonesia. Setelah sholat ied, biasanya kita langsung pulang, lalu meminta maaf kepada keluarga. Selanjutnya mengunjungi tetangga dan kerabat dekat.
Sebenarnya tradisi lebaran di Mekkah dan Indonesia berbeda, tapi paling penting adalah makna idul fitri. Sebagai pribadi yang kembali fitrah, kita harus menjadi semakin dekat dengan Allah.
Selain itu, kita juga harus mengutamakan kebersamaan serta persatuan, terutama antara seluruh umat islam. Namun, tak boleh pula melupakan umat lainnya, kita tetap menjaga toleransi antar umat beragama.