Travel  

Lukisan hingga Benang, Karya Pertama Chiharu Shiota di Museum MACAN

Lukisan hingga Benang, Karya Pertama Chiharu Shiota di Museum MACAN

tribunwarta.com – Museum MACAN di Jakarta Barat tengah menggelar pameran bertajuk ” Chiharu Shiota : The Soul Trembles ” mulai Sabtu (26/11/2022) hingga Minggu (30/4/2023).

Chiharu Shiota, seniman asal Jepang yang tinggal di Jerman ini, dikenal melalui karya-karya seni instalasi menggunakan material benang. Kendati demikian, perjalanan artistik Shiota sebenarnya diawali dengan lukisan.

Karya pertama Shiota adalah lukisan Butterfly on the Sunflower, yang dibuat saat ia berusia lima tahun pada 1977 silam. Lukisan ini dipajang di dinding ruangan kedua di lokasi pameran.

“Karya ini dibuat pada saat usia Shiota baru lima tahun. Ia lebih dulu bisa menggambar, sebelum bisa menulis,” ujar Asisten Kurator Museum MACAN Asri Winata saat media tour di Jakarta Barat, Kamis (24/11/2022).

Karya itu menggambarkan bunga kuning dan kupu-kupu jingga, serta menggunakan media cat air di atas kanvas dengan ukuran 54×30 sentimeter (cm).

Di bawah lukisan pertamanya, terdapat potret diri Shiota kecil yang sedang duduk memegang kuas.

Kemudian, Asri melanjutkan, selama beberapa tahun kemudian Shiota masih terus melukis. Adapun lukisan terakhir yang ia buat sebelum benar-benar meninggalkan dunia lukisan untuk berpindah ke seni instalasi, performance, dan lainnya adalah lukisan berjudul Untitled pada 1992.

Lukisan dengan obyek abstrak ini dilukis menggunakan cat minyak di atas kanvas berukuran 166×134 cm.

Alasan meninggalkan dunia lukis

Saat Shiota masih menjadi mahasiswa tahun pertama di Kyoto Seika University, Jepang, ia merasa dirinya seperti kehilangan minat terhadap seni lukis.

Sang seniman dikatakan ingin lebih mengekspresikan isi dari karya-karya seni yang ia buat dalam lukisan, sehingga akhirnya memutuskan untuk berhenti melukis.

“Tahun 1992, ia (Shiota) seperti kehilangan passion pada seni lukis. Ia merasa lukisan hanya tentang permukaan, ia ingin bisa mengekspresikan isi dari seni tersebut,” tutur Asri.

Setelah cukup lama berhenti membuat lukisan, Shiota bermimpi dirinya masuk ke dalam lukisan. Saat itu ia masih berada di universitas dan menempuh pendidikan di Australia dalam program pertukaran pelajar.

Saat ia bangun dari tidur, kata Asri, Shiota memutuskan untuk menjadikan dirinya sebagai sebuah lukisan, dengan membaluri tubuhnya menggunakan cat enamel berwarna merah serta membalut dirinya dengan kanvas.

Bagi sang seniman, ini merupakan sebuah tindakan pembebasan sebab menjadi karya seni pertamanya yang bukan seni halus dan dipoles, melainkan ekspresi tubuh yang utuh. Performance itu kemudian diberi nama Becoming Painting.

Performance ini muncul pada tahun 1994, instalasi pertama yang ditampilkan setelah ia berhenti dari lukisan minyak,” ujar Asri.

Merambah ke jenis seni lainnya

Pada tahun 1994, Shiota juga menampilkan instalasi performance berjudul From DNA to DNA yang diadakan di Kyoto Seika University. Ini menjadi karya pertamanya menggunakan jalinan benang, yang tergambar hingga saat ini.

Selain karya seni berupa lukisan dan performance, sekitar 100 karya Chiharu Shiota seperti instalasi berskala besar, patung, video, dan desain tata panggung juga digarap oleh sang seniman.

“The Soul Trembles” dikatakan menjadi pameran tunggal terbesar untuk memperkenalkan karya-karya artistik Shiota selama 25 tahun lebih, yang telah dimulai sejak 1990-an.

Dalam pameran ini, ia menampilkan beragam karya yang berangkat dari pengalaman personal. Selain itu, Shiota juga mengeksplorasi gagasan identitas sosial dan budaya, serta tema universal, di antaranya dinding, jendela, batas-batas, kekosongan, dan eksistensi.

Karya-karya Shiota memberikan bentuk pada kesadaran manusia dan pengalaman bersifat non-fisik, sebagai ingatan, pemikiran, ketakutan, mimpi, dan keheningan.

Sebagai informasi, Shiota lahir di Osaka, Jepang, pada tahun 1972. Perempuan ini menempuh pendidikan di Universitas Kyoto Seika untuk belajar melukis pada tahun 1992.

Setelah menjalani tahun formatif di Canberra School of Art dari 1993–1994, ia lalu mengabaikan seni lukis untuk mendalami seni performance dan instalasi.

Akhirnya, ia menetap di Berlin, Jerman, dari tahun 1999 untuk mengembangkan praktik berkeseniannya di ranah internasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *