tribunwarta.com – Lokasi: Dusun Ngasem, Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa YogyakartaMap: Klik DisiniHTM: Rp.10.000 (sudah termasuk tiket untuk berkunjung ke Pantai Kukup, Drini, Baron, Sundak, Krakal, Sepanjang dan Pok Tunggal)Buka Tutup: 24 Jam
Sama halnya dengan Bali, setiap sudut Yogyakarta memiliki daya tarik dan nilai jual tersendiri bagi para wisatawan. Tidak heran jika Jogja menjadi pendamping Bali sebagai primadona wisata Indonesia.
Begitu banyaknya tempat wisata di DIY dan terus mengalami penambahan serta peningkatan hingga tahun 2022 ini membuat industri pariwisata di provinsi tersebut terus menggeliat.
Sehingga saat berbicara tentang pariwisata di DIY, ruang lingkupnya tidak hanya terpaku pada objek-objek wisata yang sudah sangat populer seperti Malioboro, Candi Prambanan, Pantai Parangtritis, Keraton Yogyakarta, Pasar Klewer, serta yang lain, namun merambah pada objek-objek wisata baru, salah satu diantaranya adalah Pantai Indrayanti.
Nama Pantai Indrayanti memang masih belum sepopuler tempat-tempat wisata di Jogja yang lebih dahulu ada. Namun perkembangan objek wisata yang satu ini begitu pesat, meski sebelumnya sempat menuai kontroversi yang membuat pantai ini untuk sementara waktu harus ditutup.
Indikator yang paling mudah untuk menilai semakin populernya nama Pantai Indrayanti dapat diketahui lewat banyaknya gambar, foto dan artikel di media cetak maupun media online yang memberikan deskripsi tentang keberadaan pantai ini.
Bahkan tidak sedikit makalah dan karya tulis ilmiah yang mengangkat Pantai Indrayanti, karena tempat wisata ini memang menarik untuk dikaji dari berbagai macam sisi, utamanya dari sisi ekonomi kerakyatan.
Hal tersebut didasarkan pada kondisi masyarakat di sekitar lokasi wisata yang perekonomiannya mengalami peningkatan cukup pesat setelah berkecimpung dan terlibat langsung di sektor pariwisata.
Sejarah Asal Usul
Terdapat beberapa versi tentang sejarah dan asal-usul dari Nama Pantai Indrayanti. Versi pertama lebih berbau mitos yang menceritakan tentang sepasang kekasih yang berasal dari dua desa yang berbeda yaitu Desa Wates dan Desa Gunungkidul.
Pada jaman dahulu berkembang mitos bahwa penduduk di kedua desa tersebut tidak boleh dijodohkan satu dengan yang lain.
Karena mitos tersebut, kedua orang tua dari sepasang kekasih itu tidak merestui hubungan mereka, begitu juga dengan penduduk setempat. Karena sudah terlanjur mencintai, mereka pun sepakat untuk kawin lari dan meninggalkan desa mereka.
Menurut rencana mereka akan meninggalkan desa dengan menempuh jalur air, menyeberangi laut dengan menggunakan perahu. Akhirnya, merekapun membuat janji untuk bertemu di tepi pantai.
Pada hari pertemuan si perempuan datang lebih dahulu. Karena angin laut yang sepoi-sepoi dan juga karena terbawa rasa lelah setelah menempuh perjalanan jauh, perempuan itupun tertidur di tepi pantai.
Tidak diduga air laut tiba-tiba pasang dan datang gelombang besar yang menyeret tubuh perempuan tersebut, hingga akhirnya dia mati terseret arus.
Tidak berapa lama kemudian sang laki-laki pun menyusul ke tepi pantai. Namun yang dia jumpai hanya selendang kekasihnya yang tercecer di atas pasir. Diapun mencari kesana-kemari. Berhari-hari bahkan berminggu-minggu lamanya dia terus mencari sampai lupa makan dan minum.
Pada akhirnya, laki-laki itupun tewas. Saat jasad laki-laki itu ditemukan, penduduk yang mengetahui kisah kasihnya yang tidak mendapatkan restu, memberi nama pantai tempat sepasang kekasih itu membuat janji dengan nama Indrayanti yang merupakan perpaduan dari nama sepasang kekasih tersebut yaitu Indra dan Yanti.
Benar-tidaknya kisah ini, sampai sekarang masih menjadi misteri.
Kisah lain dari nama Pantai Indrayanti yang oleh Pemerintah sebenarnya diberi nama Pantai Pulang Syawal lebih merujuk pada upaya peningkatan ekonomi kerakyatan oleh masyarakat setempat.
Dahulu pantai yang masih bernama Pantai Pulang Syawal ini, tidak terjamah sama sekali oleh pembangunan dan kegiatan wisata, sehingga kondisi di sekelilingnya banyak ditumbuhi tanaman pandan laut dan semak belukar yang oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk makanan ternak.
Sekitar tahun 2009, ada pihak swasta yang mencoba mendirikan cafe dan resto di pantai tersebut. Cafe dan resto itu diberi nama sesuai dengan nama pemiliknya, yaitu Indra dan Yanti sehingga disingkat “Indrayanti”.
Tidak disangka setelah adanya cafe dan resto pantai tersebut semakin ramai dikunjungi wisatawan, sehingga masyarakat yang ada di kawasan pantai pun tergerak untuk memberdayakan kawasan pantai dengan menambah berbagai fasilitas untuk menambah kenyamanan bagi para wisatawan.
Hanya dalam waktu singkat nama Pantai Indrayanti melambung. Pantai yang sudah dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas tersebut semakin banyak dikunjungi para wisatawan yang berbuntut pada meningkatnya perekonomian masyarakat di sekitar kawasan pantai.
Jika sebelumnya penduduk setempat sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani di lahan yang kering dan tandus dengan memanfaatkan sawah tadah hujan atau sawah yang mengandalkan sumber pengairan dari air hujan.
Sejak ramainya Pantai Indrayanti dikunjungi wisatawan, mereka ikut terlibat dalam kegiatan wisata, sehingga perekonomian masyarakat setempat dapat terangkat.
Namun, dalam perkembangannya pengelolaan pantai ini ternyata menuai kontroversi, karena tidak memenuhi kaidah perundang-undangan yang berlaku di Pemerintah Daerah DIY.
Keberadaan pantai yang dikelola pihak swasta tersebut dipandang telah menyalahi aturan yang berlaku, karena wilayah pantai merupakan kawasan Sultan Ground atau wilayah milik Kesultanan Yogyakarta, dan diduga kuat pengelola pantai telah membeli hak pakai yang sebelumnya dimiliki masyarakat setempat.
Disamping itu, pemanfaatan pantai sebagai objek wisata juga tidak mendapatkan ijin resmi dari Pemerintah DIY serta tidak memberikan kontribusi terhadap Pemda DIY.
Karena persoalan tersebut, Pantai Indrayanti terpaksa harus ditutup untuk sementara waktu dari berbagai aktifitas wisata.
Namun setelah adanya komunikasi dan koordinasi antara pihak swasta, masyarakat kawasan pantai dan Pemerintah DIY, pada tahun 2014 Pantai Indrayanti kembali dibuka untuk umum sebagai kawasan wisata, bahkan dilakukan promosi besar-besaran.
Sehingga nama pantai ini semakin dikenal bahkan sampai ke luar negeri, sehingga tidak sedikit wisatawan mancanegara yang datang berkunjung ke pantai ini.
Keindahan Lokasi
Banyak wisatawan yang menjuluki Pantai Indrayanti dengan “Pantai Jogja rasa Bali”. Hal tersebut disebabkan karena suasana di kawasan pantai tidak jauh berbeda dengan Kuta dan Legian.
Hamparan pasir yang ada di pantai ini juga tidak seperti pasir yang ada di Pantai Parangtritis yang berwarna hitam, tapi berwarna putih bersih layaknya pantai-pantai yang ada di Bali serta pantai-pantai yang ada di wilayah Gunung Kidul. Selain itu, kawasan pantai terlihat bersih dari sampah.
Bersihnya kawasan pantai dari sampah, pertama disebabkan karena masyarakat setempat sudah sadar wisata, dan kedua berkat aturan yang diberlakukan bagi para wisatawan untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Jika ada wisatawan yang tertangkap sedang membuang sampah sembarangan, mereka bakal dikenai denda sebesar Rp.10.000.
Untuk menegakkan aturan tersebut, pemerintah dibantu pihak swasta telah menyediakan tempat-tempat sampah di berbagai tempat, serta melakukan pengawasan yang ketat di seluruh area pantai.
Pantai Indrayanti yang dibatasi oleh tebing karang ini, sebenarnya hanya memiliki garis pantai yang pendek, apalagi jika dibandingkan dengan pantai-pantai yang ada di Bali dan Lombok.
Garis pantai yang ada di sini hanya 250 meter. Namun dengan pasirnya yang putih bersih ditambah air lautnya yang jernih serta pemandangan pantainya yang indah, membuat wisatawan yang datang kesini dipastikan bakal terpesona.
Terlebih banyak aktifitas yang dapat dilakukan para wisatawan untuk bersenang-senang saat berkunjung ke Pantai Indrayanti.
Mulai dari sekedar berjalan-jalan menyusuri pantai, bermain pasir, layang-layang, volley pantai, menikmati jajanan dan berbagai macam kuliner, berenang di laut atau mengarungi kawasan perairan dengan menggunakan jetski.
Untuk dapat bermain dengan jetski, tarif yang ditawarkan sebesar Rp.250.000 per 15 menit.
Bagi wisatawan yang hanya sekedar ingin menikmati pemandangan, di kawasan pantai juga tersedia gazebo-gazebo dan payung-payung peneduh layaknya pantai-pantai yang ada di Bali.
Jika memang berniat ingin menikmati indahnya pemandangan, disarankan untuk tidak meninggalkan tempat pada siang hari, karena puncak keindahan di pantai ini justru pada sore hari, tepatnya pada saat matahari akan berangkat ke peraduan.
Begitu indahnya sunset di Pantai Indrayanti, membuat banyak wisatawan yang mengabadikan dengan menggunakan kamera video dan menguploadnya di berbagai media sosial utamanya di Youtube.
Suasana yang berbeda akan tersaji pada malam hari. Gazebo-gazebo yang menghadap ke arah pantai, semuanya diterangi dengan lampu yang redup, menghadirkan suasana yang romantis.
Di tempat inilah Anda bisa mengajak pasangan untuk menikmati makan malam sambil melihat alunan ombak dalam suasana remang-remang dengan ditemani hembusan angin sepoi-sepoi.
Harga Tiket Masuk
Untuk dapat menikmati keindahan Pantai Indrayanti dan memanfaatkan fasilitas yang ada, HTM yang dikenakan relatif murah yaitu Rp.10.000 sudah termasuk tiket untuk berkunjung ke beberapa pantai yang ada di wilayah Gunung Kidul.
Yaitu Pantai Kukup, Drini, Baron, Sundak, Krakal, Sepanjang dan Pok Tunggal. Harga tiket tersebut belum termasuk ongkos parkir kendaraan.
Fasilitas Yang Ada
Sedang fasilitas yang tersedia bagi para wisatawan meliputi mushollah, kamar mandi dan MCK dengan ongkos Rp.2000 untuk buang air kecil dan Rp.5000 untuk mandi, gazebo dengan ongkos sewa Rp.30.000/unit dan payung Rp.20.000/unit, serta wahana permainan berupa perosotan, panjat tali, bangku putar dan jetski.
Bagi pengunjung yang tidak membawa bekal dari rumah atau yang ingin menikmati berbagai macam kuliner, di sekitar pantai banyak ditemui warung-warung, rumah makan, cafe & resto. Kisaran harga makanan dan minuman di tempat ini antara Rp.10.000 – Rp.100.000 permenu.
Jika ingin melewatkan malam di kawasan pantai, tersedia penginapan yang alamat atau jarak lokasinya cukup dekat dengan pantai dalam bentuk cottages, homestay dan hotel dengan biaya sewa permalam sekitar Rp.100.000 – Rp.350.000 untuk penginapan yang sederhana dan hingga Rp.2 juta untuk yang mewah tergantung dari tipe serta fasilitas kamar.
Beberapa penginapan yang ada di kawasan Pantai Indrayanti diantaranya adalah: Villa Indrayanti Hills, Griya Pesisir, Walet Guest House, Rock Garden Homestay and Resto, Griya Kusuma Bamboo Lengkung, Joglo Watu Kelir, dan beberapa penginapan yang lain.
Beberapa dari penginapan tersebut memiliki letak yang sangat dekat dengan pantai, bahkan hanya tinggal menyeberang jalan untuk tiba di hamparan pasir pantai.
Meski jumlah penginapan yang ada di sekitar Pantai Indrayanti cukup banyak, pada saat musim liburan terkadang tidak ada lagi kamar yang tersisa.
Jika itu yang terjadi, Anda dapat mencari penginapan di dekat tempat wisata yang lain yang lokasinya tidak jauh dari Pantai Indrayanti, yaitu Pantai Sundak dan Pantai Kukup.
Beberapa penginapan yang ada di dua pantai ini diantaranya adalah Omah Suket, Hotel Puri Thalaso, Penginapan Kukup Indah, Kukup Beach Nature Inn, Penginapan Citra Indah serta yang lain.
Jalan Menuju Lokasi
Untuk menuju ke Pantai Indrayanti dapat menggunakan mobil pribadi, menyewa mobil atau menggunakan jasa angkutan umum.
Meskipun jalur yang harus dilewati cukup mudah, namun untuk menghindari kemungkinan salah arah, alangkah baiknya jika selama dalam perjalanan senantiasa mengaktifkan google map. Terlebih jika perjalanan yang harus ditempuh cukup jauh, peta mobile akan sangat membantu.
Rute untuk menuju ke Pantai Indrayanti bisa dari Yogyakarta atau dari Solo. Jika dari Yogyakarta jarak yang harus ditempuh sekitar 70 km dengan melewati Jalan Wonosari menuju ke Piyungan.
Berlanjut ke Hargodumilah atau Bukit Bintang, diteruskan ke Patuk, Hutan Bunder dan Wonosari, lantas berbelok ke arah kanan atau Selatan menuju kawasan Karangrejek.
Sesampai di Karangrejek berbeloklah ke arah kiri atau ke Timur menuju Hargosari lantas ke Bintaos dan Tepus. Begitu sampai di Tepus akan Anda temui papan penunjuk arah ke pantai-pantai yang ada di wilayah Gunung Kidul, salah satu diantaranya adalah Pantai Indrayanti.
Rute diatas biasanya padat dengan arus lalu lintas dan polusi udara. Jika ingin lewat jalur yang lebih sepi dan bebas polusi, namun dengan jarak sedikit lebih jauh dapat menyusuri JLS (Jalur Lintas Selatan).
Rute tersebut melewati Imogiri menuju ke Siluk lantas ke Panggang dan berbelok ke arah kiri atau ke Timur menuju Saptosari dan Trowono, lantas berbelok ke kiri lagi menuju ke arah Baron.
Sesampai di kawasan Baron berbeloklah ke arah kiri atau Timur dan akan Anda jumpai deretan Pantai yang membentang di kawasan Gunung Kidul. Untuk jarak Baron ke Pantai Indrayanti sekitar 10 km.
Jika perjalanan diawali dari Solo ada dua jalur yang dapat ditempuh, yaitu melewati Klaten dan Sukoharjo. Jika lewat Klaten, Anda akan melalui Cawas, Semin dan Watukelir, dilanjutkan ke Karangmojo dan Tanjungsari, barulah sampai di Pantai Indrayanti.
Jika perjalanan mengambil rute Sukoharjo, Anda akan melewati Tawangsari, Semin dan Watukelir, lantas ke Karangmojo dan Tanjungsari sebelum sampai di Pantai Indrayanti.