Waduh, Lagi-lagi Kabar Buruk soal Startup Belanja Sayur Buah

Waduh, Lagi-lagi Kabar Buruk soal Startup Belanja Sayur Buah

tribunwarta.com – Industri belanja bahan makanan (e-grocery) dan antar cepat (quick commerce) yang tumbuh pesat selama pandemi kini berbalik terus tertekan. Satu lagi startup e-grocery dilaporkan terpaksa memangkas valuasi perusahaan.

Menurut Reuters pada Rabu (28/12/2022), startup pengiriman bahan makanan instan Instacart, telah merevisi valuasi perusahaan menjadi 20% lebih rendah. Berdasarkan laporan The Information, dua narasumber mengungkapkan bahwa valuasi Instacart turun dari US$13 miliar menjadi US$10 miliar.

Perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat tersebut sudah beberapa kali dilaporkan memangkas valuasinya seiring dengan pulihnya aktivitas belanja offline.

Instacart sebelumnya menikmati lonjakan permintaan pengiriman bahan makanan selama pandemi sehingga sukses memikat investor untuk bergabung dalam pendanaan US$265 juta pada Maret 2021. Pendanaan tersebut mendongkrak valuasi Instacart menjadi US$39 miliar.

Sejak saat itu, Instacart dilaporkan memangkas valuasi sebesar 40% menjadi US$24 miliar pada Maret. Kemudian, pada Juli, perusahaan dilaporkan menurunkan valuasinya menjadi US$15 miliar.

Sepanjang 2022, banyak perusahaan rintisan yang masih bergantung kepada pendanaan eksternal untuk operasi sehari-hari untuk menerima valuasi yang lebih kecil.

Biaya modal yang lebih mahal serta ancaman resesi membuat investor lebih berhati-hati dalam mengucurkan dana ke startup. Perusahaan yang terdesak dan membutuhkan suntikan modal banyak yang terpaksa menggalang pendanaan di valuasi yang lebih rendah.

Instacart didirikan pada 2012 oleh mantan pegawai Amazon.com Apoorva Mehta. Perusahaan yang bermarkas di San Fransisco ini sempat menjajaki rencana IPO tetapi dibatalkan karena ketidakpastian di pasar saham.

Perubahan pasca-pandemi juga menghantam kinerja perusahaan lain di bidang quick commerce dan e-grocery seperti Getir dan Gorrilaz. Kedua perusahaan memutuskan merger setelah melakukan PHK besar-besaran.

Menurut laporan Financial Times, Gorillas dibeli seharga US$1,2 miliar dan membuat valuasi Getir menjadi US$10 miliar. Aksi tersebut menunjukkan penurunan valuasi masing-masing 61% dan 15% dari penilaian terakhir.

Di Indonesia, startup quick commerce juga dilaporkan menghadapi rintangan setelah sukses menggalang jutaan dolar berbekal kinerja selama pandemi.

“Model quick commerce 15 menit di Asia Tenggara sangat sulit karena unit ekonominya sangat negatif. Ukuran keranjang dan ukuran pesanan cukup kecil,” kata Teo dari Altara Ventures kepada CNBC International.

Para startup juga harus bersaing dengan pemain besar dari peritel raksasa hingga para unicorn.

Astro adalah salah satu yang paling banyak menyedot modal. Terakhir, startup ini mengumpulkan US$27 juta atau sekitar Rp 395 miliar melalui pendanaan Seri A yang dipimpin oleh Accel dan Sequoia Capital India.

Lalu, ada Dropezy yang terakhir mengumumkan pendanaan pra-seri A senilai $2,5 juta. Selain Forge Ventures sebagai investor utama, founder Kopi kenangan dan Bukukas ikut memodali startup ini. Waktu pengiriman yang dijanjikan oleh Dropezy adalah 20 menit ke berbagai titik di wilayah Jabodetabek.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *