Startup Sayur Buah yang PHK, Bangkrut, atau Tutup Layanan

Startup Sayur Buah yang PHK, Bangkrut, atau Tutup Layanan

tribunwarta.com – Meski meraih modal triliunan, startup penyedia layanan belanja sayur dan buah tidak luput dari badai pemutusan hubungan kerja dan penutupan layanan. Terbaru, startup Sayurbox mengumumkan PHK.

Persaingan di e-commerce produk bahan makanan memang makin keras. Tidak hanya harus bersaing dengan pemain tradisional mulai dari peritel besar hingga pedagang pasar dan tukang sayur, kompetisi makin ketat dengan hadirnya banyak startup baru.

Startup yang menyediakan layanan pembelian dan pengiriman produk pangan segar kini harus menghadapi banyak pesaing yakni quick commerce, platform belanja online yang menawarkan barang tiba kurang dari 1 jam ke tangan konsumen.

Berikut ini CNBC Indonesia rangkum daftar startup sayur buah yang PHK hingga gulung tikar:

Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menerpa startup layanan sayur buah online Tanah Air. Kini giliran Sayurbox yang melakukan PHK 5% dari total karyawan yang dimiliki.

Alasan keputusan tersebut disebut menjadi bagian dari langkah Sayurbox agar menjadi perusahaan mandiri secara finansial. Selain juga agar bisa bertumbuh secara sustainable dalam jangka panjang saat ada tantangan ekonomi makro global.

“Keputusan sulit ini tidak dapat dihindari supaya perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan sehingga terus memberikan dampak positif bagi para konsumen, mitra pengemudi serta ribuan petani dan produsen lokal yang bekerjasama dengan kami dan supaya bisnis bisa sustainable dalam jangka panjang,” jelas Co-founder dan Chief Executive Officer Sayurbox Amanda Susanti, dikutip dari keterangan resminya, dikutip Kamis (8/12/2022).

Layanan e-Grocery Bananas yang baru diluncurkan awal tahun ini mengumumkan akan menutup operasionalnya pada Oktober lalu. Keputusan tersebut diumumkan oleh perusahaan lewat unggahan story di akun Instagram resminya.

Bananas mengungkapkan, selama 10 bulan beroperasi perusahaan telah berkembang dengan cepat. Namun pada akhirnya terpaksa harus menutup layanan tersebut.

“Kami telah beroperasi sejak Januari 2022, membangun brand bersama dengan grup yang cerdas dan brilian yang selalu berupaya 100% memberikan layanan dan pengalaman berkualitas tinggi bagi pelanggan kami. Kami telah berkembang dengan mantap dan cepat dari bulan ke bulan selama 10 bulan terakhir,” tulis Bananas.

Startup yang menjual sembako secara online untuk bisnis kuliner itu berhenti beroperasi pada 22 April 2020.

Satu hari sebelum penutupan, manajemen mengumpulkan karyawan yang mengabarkan penghentian operasional perusahaan. Stoqo juga mengumumkan penghentian layanan pada website resminya.

Startup itu memasok bahan makanan segar seperti cabai, telur dan ampas kopi ke gerai makanan atau restoran. Pada akhirnya, pandemi Covid-19 membatasi ruang usaha dan melemahkan bisnis Stoqo.

Stoqo dilaporkan memiliki 250 karyawan sejak pertama kali didirikan. Sejumlah investor juga telah menggelontorkan dana bagi perusahaan termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk’s Hill Ventures.

Hal serupa terjadi pada startup pertanian, Tanihub. Pada Februari tahun ini mereka menghentikan operasional dua gudang yakni di Bandung dan Bali.

Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group, Bhisma Adinaya, mengatakan, ditutupnya dua gudang itu agar pihaknya bisa mempertajam fokus dan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan B2B yaitu horeka, ritel modern, grosir UMKM, dan mitra strategis.

“Nantinya, serapan hasil panen petani pun juga akan makin besar dan tentunya akan turut memperkuat sisi hulu kami,” ujar Bhisma dalam keterangan yang diterima CNBC Indonesia.

“Dengan demikian kami menghentikan juga seluruh kegiatan yang berkaitan dengan B2C [melayani rumah tangga],” imbuhnya.

TaniHub juga melakukan PHK karyawan. PHK terhadap karyawan ini merupakan dampak dari ditutupnya operasional gudang di Bandung dan Bali tersebut. Namun perusahaan tidak menyebut jumlah karyawan yang terdampak PHK.

Menurut Crunchbase, TaniHub telah mengakumulasi modal senilai US$94,5 juta (Rp1,45 triliun) dalam beberapa kali pendanaan.

Layanan Brambang yang sebelumnya bergerak di sektor groceries disebutkan akan beralih ke marketplace smartphone dan elektronik. Perusahaan juga tak menyinggung alasan penutupan layanan tersebut.

“Halo pelanggan setia Brambang.com. Terima kasih atas kepercayaan Anda selama ini, kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti pada Jumat, 27 Mei pkl 19.00 WIB,” tulis akun Brambang.com. “Jangan khawatir, kami akan terus melayani Anda melalui bisnis layanan kami @brambangelektronik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *