Para ilmuwan dari Universitas Kyoto merancang pendekatan yang disebut prediksi tawa bersama pada robot humanoid berbasis AI.
Artificial Intelligence adalah teknologi pokok yang membantu banyak lini kehidupan manusia saat ini. AI juga ditambahkan dalam robot yang menyerupai manusia. Namun, satu tantangan yang dihadapi para ilmuwan di Universitas Kyoto adalah bagaimana robot berbasis AI tersebut bisa tertawa bersama di tengah-tengah percakapan dengan manusia.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, para ilmuwan merancang pendekatan yang disebut prediksi tawa bersama. Singkatnya, sistem AI akan merespon dengan tawa empati, ketika mendeteksi manusia yang sedang mengobrol sambil tertawa selama percakapan.
Menariknya, sistem ini dilatih dengan isyarat obrolan yang digunakan orang selama pertemuan sosial, ketika mereka mencoba memecah keheningan.
Berdasarkan video yang diunggah di salah satu saluran YouTube (Naijaholly TV), pengujian sistem tawa bersama ini dikembangkan pada robot humanoid yang disebut Erica, yang menggunakan bahasa Jepang.
Untuk diketahu, Erica adalah robot Android yang menjadi topik hangat pemberitaan karena penampilannya yang cantik dan memiliki kemampuan akting yang membuatnya mendapatkan peran utama dalam film fiksi ilmiah senilai USD70 juta.
Sebagai bagian dari penelitian, Erica duduk dengan subjek manusia dan meniru skenario kencan kilat. Percakapan kira-kira berlangsung selama 10 hingga 15 menit, di mana Erica mengikuti tawa subjek manusia setelah melalui beberapa proses.
Dilansir dari SlashGear (16/9), Setiap percakapan diberi anotasi lengkap dengan tawa dan kemudian dimasukkan ke dalam sistem untuk membuat model khusus. Dimulai dengan deteksi tawa dan kemudian pindah ke bagian prediksi tawa bersama. Di sinilah sistem memutuskan apakah harus tertawa atau tidak. Jika jawabannya afirmatif, model AI selanjutnya akan memutuskan jenis tawa mana yang harus dikeluarkan, antara tawa riang dan tawa sosial.
Tim berharap selanjutnya dapat bereksperimen menggunakan lebih banyak bahasa, selain bahasa Jepang dan dengan kumpulan data sampel yang lebih luas untuk meningkatkan interaksi robot-manusia.
Menurut Profesor Universitas Kyoto Dr. Koji Inoue, mungkin butuh satu atau dua dekade lagi sebelum “kita akhirnya dapat mengobrol santai dengan robot seperti yang kita lakukan dengan seorang teman.”
Artikel ini bersumber dari www.tek.id.