Sebuah studi dari Amerika Serikat memperlihatkan seperlima video dari pencarian TikTok memuat informasi yang salah.
Di era digital seperti sekarang, banyak anak muda dari generasi Z hingga milenial yang beralih ke media sosial ketika ingin mencari sebuah informasi. Hal ini tentunya menyebabkan lebih banyak orang yang menghabiskan waktu untuk tetap berselancar secara online.
Salah satu platform yang saat ini biasa digunakan para anak muda untuk mencari informasi terbaru yaitu TikTok. Platform video pendek dari ByteDance ini menyajikan berbagai macam konten yang dapat dinikmati hanya dengan menggeser jari ke atas layar smartphone.
Menariknya, kaum muda kini lebih sering mencari informasi melalui respon audiovisual TikTok dibanding dengan mesin pencari Google. Namun, kebiasaan untuk mencari informasi di TikTok dinilai belum tentu baik.
Dilansir dari Gizchina (10/10), sebuah penelitian terbaru yang dilakukan NewsGuard memperlihatkan, hampir 20 persen konten di TikTok berisi informasi salah terkait topik yang serius. Konten yang berisi informasi salah ini muncul pada hasil pencarian di aplikasi video pendek tersebut.
Studi yang dilakukan oleh situs organisasi pemeriksa fakta ini mengungkapkan, masalah ini bukan hanya berasal dari konten video saja, melainkan juga cara TikTok dalam menampilkannya. NewsGuard mencatat, mesin pencari TikTok akan menyarankan istilah pencarian yang lebih kontroversial dibanding konten yang berisi informasi netral di platform.
Sebagai contoh, ketika pengguna ingin mencari informasi terkait ‘perubahan iklim’, TikTok justru menyarankan pengguna aplikasi melihat konten ‘perubahan iklim dibantah’ atau ‘perubahan iklim tidak ada’. Menurut NewsGuard, hal yang serupa juga terjadi dengan topik terkait vaksin Covid 19.
Dengan demikian, bahaya yang ada tidak hanya terletak pada kesalahan informasi yang ada di dalam konten. Akan tetapi, juga terletak pada keterbatasan kemampuan platform dalam mencari sumber informasi lain yang lebih andal dari berbagai konten yang ada.
Berdasarkan hal tersebut, TikTok mendapatkan kecaman dari federal Amerika Serikat karena praktik dan promosi konten yang dilakukan perusahaan. Mereka mengklaim, hal ini dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental dari para pengguna muda.
“Anak-anak kita tumbuh di era media sosial – dan kita harus menyaring apa yang mereka lihat di layar mereka. Kami sadar akan efek buruk ini pada kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak,” pungkas Rob Bonta, Jaksa Agung California dalam sebuah rilis berita.
Artikel ini bersumber dari www.tek.id.