Bukti Warga AS Masih Doyan Belanja Meski Dihantui Resesi

Bukti Warga AS Masih Doyan Belanja Meski Dihantui Resesi

tribunwarta.com – Amerika Serikat (AS) dihantui oleh resesi ekonomi. Namun, tak menyurutkan langkah masyarakat untuk berbelanja online dengan memanfaatkan musim diskon Black Friday. Bahkan pada musim diskon kali ini transaksinya mencetak rekor.

Pada pesta belanja yang berlangsung sehari setelah Thanksgiving tersebut, penduduk AS telah menghabiskan US$ 9,12 miliar atau sekitar Rp 143 triliun

Berdasarkan data yang dihimpun Adobe dari situs peritel, total penjualan online naik 2,3% year-on-year. Nilai penjualan pada Black Friday, tercatat 221% lebih tinggi dari rata-rata harian sepanjang Oktober.

Data ini menurut laporan dari Adobe yang melacak penjualan di situs web pengecer.

Keseluruhan penjualan online setelah Thanksgiving naik 2,3% dari tahun ke tahun, dan elektronik merupakan kontributor utama, karena penjualan online melonjak 221% dari rata-rata hari di bulan Oktober.

Melansir CNBC Internasional, Senin (28/11/2022), mainan menjadi kategori populer bagi pembeli, naik 285% dan peralatan olahraga naik 218%.

Banyak konsumen menganut rencana pembayaran fleksibel pada Black Friday karena mereka terus bergulat dengan harga tinggi dan inflasi.

Sistem bayar Beli Sekarang Bayar Nanti (Buy Now Pay Later), meningkat 78% dibandingkan minggu lalu dan pendapatan Beli Sekarang Bayar Nanti naik 81% untuk periode yang sama.

Beberapa item menjadi item yang paling banyak dibeli termasuk konsol game, drone, Apple MacBook, produk dan mainan Dyson seperti Fortnite, Roblox, Bluey, Funko Pop! dan Disney Encanto.

Pembeli Black Friday juga memecahkan rekor pesanan seluler, karena 48% penjualan online dilakukan di ponsel cerdas meningkat dari 44% tahun lalu.

Meskipun Black Friday telah berakhir, tetapi aktivitas e-commerce tetap kuat sepanjang akhir pekan. Adobe memperkirakan konsumen membelanjakan US$4,52 miliar pada hari Sabtu dan US$4,99 miliar pada hari Minggu.

Menurut Adobe, Cyber Monday tahun ini diperkirakan akan mendorong pengeluaran US$ 11,2 miliar atau naik 5,1% dari tahun ke tahun.

Padahal hantu resesi tengah bergentayangan di AS, tetapi masyarakatnya masih bisa berbelanja. AS dikabarkan masih belum lepas dari isu resesi yang kemungkinan terjadi tahun depan, kini malah muncul lagi risiko yang berdampak buruk ke perekonomian, yakni gridlock.

Pasar finansial pun sudah merespon negatif. Bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Rabu waktu setempat jeblok, sebelum kembali bangkit kemarin pasca rilis data inflasi yang menurun tajam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *