Corporate Secretary PTBA Apollonius Andwie dalam keterangan pers, Senin, digitalisasi sudah dilakukan perusahaan sejak 2020 untuk memantau aktivitas pertambangan secara “real time” (terkini) menggunakan beragam aplikasi.
Aplikasi yang digunakan perusahaan, yakni CISEA (Corporate Information System and Enterprise Application) yang mengintegrasikan beberapa sistem sekaligus, yaitu “Automation& SCADA System Integration” dan “Bukit Asam Mine Dispatch Optimation System”.
Selanjutnya, “Automatic Train Loading Station”, “Slope Stability Radar” (SSR), Digital Telemetri, Sistem Pemantauan Air Terintegrasi (SPARING), hingga “Corporate Social Responsibility” (CSR).
“Transformasi digital merupakan bagian dari langkah PTBA untuk menjalankan ‘Good Mining Practice’,” kata dia.
Baca juga: PTBA jajaki pasar Eropa kirim ratusan ton batu bara ke Italia
Penggunaan teknologi digital ini telah meningkatkan efisiensi dan keberlangsungan usaha.
Dengan terintegrasinya SCADA dalam platform CISEA, jarak tempuh tidak menjadi masalah untuk melakukan software “maintenance”, “trouble shooting” dan analisis terhadap sistem kendali di PTBA.
Analisis data juga menjadi lebih mudah dan akurat karena semua data operasional disimpan secara otomatis dan “real time”.
Melalui “Bukit Asam Mine Dispatch Optimation System”, produktivitas dan efisiensi pertambangan dapat ditingkatkan.
Data produksi, “real time performance unit” dan operator, “losstime”, konsumsi BBM, monitoring posisi unit (loader, hauler, ancillaries), status unit, “real time” perkiraan kondisi jalur tambang, “safety opersional”, “water monitoring’, ‘rain monitoring”, semuanya dapat diperoleh dari aplikasi yang tersedia telepon seluler.
Baca juga: Ekspor batu bara PTBA meningkat di kuartal II 2022
Melalui program “Automatic Train Loading Station”, pengisian dan penimbangan batu bara ke gerbong kereta api dilakukan secara otomatis dan bisa dipantau dengan ponsel.
“Waktu proses pengisian batu bara ke gerbong kereta lebih cepat,” kata dia.
Dengan begitu, konservasi sumber daya batu bara dapat ditingkatkan dan biaya atas risiko terjadinya longsor dapat diminimalkan.
Sedangkan program SSR memantau lereng tambang secara “real time” dan detail. SSR mampu mendeteksi pergerakan kecil yang tidak terdeteksi oleh alat monitoring lainnya.
Dengan begitu, konservasi sumber daya batu bara dapat ditingkatkan. Biaya atas risiko terjadinya longsor diminimalkan.
Ada juga Digital Telemetri yang menyediakan data curah hujan secara “real time” melalui CISEA. Kemudian SPARING memberi peringatan dini bila terjadi penyimpangan kualitas air yang tidak sesuai baku mutu.
Baca juga: Bukit Asam hemat Rp58,4 miliar per tahun berkat digitalisasi
Apollonius menambahkan, aplikasi CISEA membantu penyaluran CSR agar lebih tepat sasaran dengan menyediakan data kelompok rentan hasil “social mapping”, mempercepat evaluasi pemberian bantuan, dan memberikan data pembanding ketepatan penyaluran dana CSR.
PTBA telah mendapatkan pengakuan Hak Cipta dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia untuk aplikasi CISEA dengan jangka waktu perlindungan 50 tahun sejak diumumkan.
Sejumlah penghargaan diterima PTBA berkat capaian transformasi operasional digital.
Vice President Information Technology PTBA, Satria Wirawan pada 2021 mendapat penghargaan Satyalencana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo karena inovasinya dalam pemanfaatan teknologi digital untuk pertambangan.
Selain itu, Satria juga memperoleh penghargaan Dharma Karya Energi dan Sumber Daya Mineral dari Kementerian ESDM pada 2020.
Baca juga: PTBA-BKSDA Sumsel berdayakan masyarakat sekitar kawasan konservasi
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Sri Muryono
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.