Baca juga: Hoaks! Cacar monyet menular lewat gigitan nyamuk
Lebih lanjut, anggota Komisi Bidang Pembangunan DPRD DKI ini juga mengharapkan Pemprov DKI Jakarta harus mempersiapkan langkah antisipasi penyebaran penyakit tersebut agar kasus cacar monyet tidak semakin mewabah, seperti kasus COVID-19.
Menurutnya, kasus COVID-19 bisa menjadikan satu pelajaran, bahwa virus yang belum ada vaksinnya tidak bisa dianggap enteng dan sebelah mata.
“Pemprov DKI harus sudah membuat perencanaan untuk pencegahan dan penanganan masalah virus ini secara masif, antisipasi sejak dini agar tidak mewabah seperti COVID-19, terlebih virus COVID-19 ini belum benar-benar selesai dan dengan munculnya virus cacar monyet, jika tidak ditangani dengan serius dikhawatirkan bisa menambah beban baru,” tutur dia.
Ketua IKAL PPRA LXII Lemhannas RI itu juga mengimbau warga Jakarta agar kembali mematuhi protokol kesehatan yang selalu digaungkan pemerintah, yaitu mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Selain itu, Kenneth menyarankan agar pemerintah memperketat sejumlah pintu masuk penyakit ini yang terkhusus di DKI Jakarta, langkah ini wajib dilakukan agar penyakit tersebut statusnya tidak meningkat menjadi pandemi.
Baca juga: DKI belum keluarkan kebijakan isolasi terpusat untuk cacar monyet
Meski begitu, Kenneth menyebut masyarakat tidak perlu panik dengan temuan penyakit cacar monyet di Jakarta, kuncinya adalah menjaga kebersihan dan patuhi protokol kesehatan, serta tidak abai dengan soal kebersihan.
Sebelumnya, seorang pria warga Jakarta terkonfirmasi positif cacar monyet usai perjalanan luar negeri ke Eropa, dan baru tiba di Indonesia pada 8 Agustus 2022. Pasien ini sempat mengalami gejala demam pada 14 Agustus 2022 dan mengalami pembesaran kelenjar limfa, selain itu, juga muncul bercak cacar di bagian tubuh.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memprediksi penyakit Monkeypox atau cacar monyet yang teridentifikasi di Indonesia tidak akan menyebabkan pasien mengalami perburukan gejala hingga menyebabkan situasi fatal.
Berdasarkan data terkini Kemenkes RI, dari 39-40 ribu kasus konfirmasi cacar monyet di dunia, setidaknya 12 orang yang tercatat meninggal dunia usai terinfeksi. Dengan demikian, “fatality rate” atau tingkat kasus kematian cacar monyet bisa disebut sangat rendah atau berkisar 0,04 persen hingga 0,05 persen.
Melansir dari laman WHO Internasional, Monkeypox alias cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox. Ini adalah infeksi zoonosis virus, yang berarti dapat menyebar dari hewan ke manusia, itu juga dapat menyebar dari orang ke orang.
Mereka yang berisiko lebih tinggi untuk penyakit parah atau komplikasi termasuk orang-orang yang sedang hamil, anak-anak dan orang-orang yang memiliki permasalahan sistem imun atau immunocompromised.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Taufik Ridwan
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.