tribunwarta.com – Jakarta, CNBC Indonesia – Sepanjang 2022, CNBC Indonesia menampilkan tulisan khas CNBC Insight, salah satu tulisan yang paling populer antara lain kisah rokok Bentoel yang berganti merek karena wangsit mimpi. Bagimana kisah lengkapnya? Berikut disarikan kembali kisahnya.
Bentoel sejak awal hingga kini adalah produsen rokok dari Malang, Jawa Timur. Namun, pendiri Bentoel tak berasal dari Malang. Ong Hok Liong lahir di desa Karang Pacar, Bojonegoro, Jawa Timur 12 Agustus 1893. Sejak era 1930-an, Ong Hok Liong bersama Tjoa Sioe Bian mendirikan pabrik rokok di Malang.
“Awalnya, perusahaan ini bernama Strootjes-Fabriek Ong Hok Liong. Kemudian nama itu diubah menjadi Hien An Kongsie,” tulis Rudy Badil dalam Kretek Jawa: Gaya Hidup Lintas Budaya (2011:107). Pabrik itu mulanya memproduksi rokok tjap Burung, tjap Klabang, dan Djeroek Manis.
Ong Hok Liong adalah seorang yang suka berziarah. George Quinn dalam Bandit Saints of Java (2019) menyebut pada 1954 Ong Hok Liong berziarah ke makam keramat Mbah Djugo di sekitar Gunung Kawi, Jawa Timur.
Saat berziarah itu, Ong Hok Liong tertidur di dekat makam dan bermimpi melihat ubi talas. Setelah bangun, dia bertanya kepada juru kunci makam tentang mimpinya dan juru makam berkata bahwa Ong Hok Liong dapat petunjuk dari Mbah Djugo agar mengganti nama pabriknya.
Kala itu merek rokok yang dibuatnya dirasa masih kurang laku. Pabriknya kemudian mengganti merek rokoknya juga. Nama yang dipilih adalah sebutan Jawa untuk ubi talas, yakni bentul, yang sebelum ada Ejaan Yang Disempurnakan (1973) masih sering ditulis sebagai Bentoel.
Nama perusahaan yang sejak 1951 adalah NV Pertjetakan Liem An itu, pada 1954 berubah menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel. Setelahnya usaha rokok Ong Hok Liong berkembang. Sebelum 1960 saja, karyawannya mencapai 3.000 orang. Bentoel tak ragu berpromosi. Dalam iklannya, tertulis: memang betul merokok tjap Bentoel.
“Ketika dia meninggal pada tahun 1967 dia adalah seorang multi jutawan dan Bentoel telah tumbuh menjadi rokok pribumi terbesar kedua di Indonesia,” tulis George Quinn dalam Bandit Saints of Java (2019). Anak-anak Ong Hok Liong lalu menggantikannya. Budhiwijaya Kusumanegara, anak sang pendiri menjadi presiden direktur Bentoel.
Pada 1970-an Bentoel termasuk pemain besar nomor 3 dalam pasar rokok Indonesia. Setelah 1980-an, PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel tidak mampu membayar pinjamannya ke BRI dan Bank Bumi Daya senilai US$ 170 juta. Hutang Bentoel dengan kreditor asing bahkan kemudian menggelembung menjadi US$ 350 juta.
Akhirnya 70% saham keluarga Ong Hok Liong dilego. Hutomo Mandala Putra gagal membelinya. Kemudian Bentoel dipegang Peter Sondakh dan Rajawali Wira Bhakti Utama. Pada tahun 1997, aset Bentoel diserahkan kepada perusahaan baru bernama PT Bentoel Prima dan PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel bubar.
Bentoel Prima pada 2000 ganti nama menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Belakangan saham perusahaan itu dipegang oleh British American Tobacco, sebagai pemegang saham 92,48% dan sisa saham lain dipegang oleh publik.